Chapter 20 - Kebenaran (1)

14 3 6
                                    

Beberapa hari berlalu, kesehatan Mel membaik dan sore harinya sudah diperbolehkan untuk pulang.

Tok tok

Decitan pintu terdengar setelah seseorang mengetuk pintu. Muncul Nath dari sana, membawakan sebuket bunga berwarna putih.

"Hai Mel." Sapa Nath dengan senyuman hangat khasnya.

"Em.. hai." Mel membalas senyumannya. Mel sangat menyukai senyuman manis nan memukau Nath.

Nath menyerahkan bunga yg ia bawa kepada Mel, Mel mengangkat sebelah alisnya bingung. "Anu.. Nath, apa ini?"

"Hm? Ini bunga." Jawaban Nath membuat Mel sedikit mengerutkan keningnya bertambah heran,"Iya aku tahu itu bunga, Nath."

Nath yang melihat perubahan ekspresi Mel malah tertawa gemas.

"Ini bunga mawar putih untuk kamu, Mel. Bunga mawar itu cantik kan? Kayak kamu. Tapi ada durinya, hehe. Eh, durinya udah dipotong kok, tenang aja."

"Kamu yang potong durinya?" Tanya Mel yang sempat terpukau, namun Nath langsung menggelengkan kepalanya, membuat Mel sedikit kecewa.

"Ya bukan donk, penjual bunga yang memotongnya, Mel." Jawaban Nath memang masuk akal. Mel hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mengatakan terima kasih.

"Sama-sama, sayang." Nath mengelus rambut Mel. Kepala Mel masih dililit dengan perban putih, Nath merasa sedih melihatnya.

Sesekali Nath menyentuh perban yang membalut kepala Mel,"Masih sakit gak?"

"Masih.." Mel mengangguk lemah."Tapi aku tidak apa-apa kok!"

Nath merekahkan senyumnya melihat Mel yang berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapannya.

Pandangan Nath melemah ketika Mel membalas senyumannya. Hal yang sangat langka dilakukan oleh seorang Melyavaritta. Tersenyum!

"Ku harap kamu bisa terus tersenyum, Mel."

"Semoga saja ya, Nath."

~~^^~~

Cahaya matahari meredup akibat tertutup oleh gumpalan awan, sepertinya sebentar lagi akan hujan. Mel, Nath, dan Ferdi sedang berada dalam perjalanan pulang dari rumah sakit tempat Mel dirawat sebelumnya.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras setibanya mereka di rumah. Nath langsung memapah Mel untuk memasuki rumahnya sambil berusaha untuk melindungi Mel dari derasnya hujan.

"Terima kasih, Nath." Ucap Mel ketika mereka telah sampai di dalam rumah yang penerangannya sedikit remang-remang.

Ferdi pun mengikuti dua sejoli ini ke dalam rumah sesaat setelah ia meletakkan mobilnya di garasi.

"Mel, pergilah ke kamar untuk istirahat, lebih baik hindari interaksi dengan Valerie dalam beberapa hari ini, oke?" Perintah Ferdi yang langsung di-iya kan oleh Mel.

Setelah berpamitan dengan Nath, Mel langsung beranjak dari tempatnya menuju kamar di lantai dua.

Sepeninggalnya Mel, Nath langsung menatap sedikit sinis kepada Ferdi.

"Om, saya ingin bertanya sesuatu."

"Apa itu? Mari kita duduk dulu sambil minum kopi... Valeriiee???!" Ferdi mempersilakan Nath duduk dan langsung memangil Valerie, istrinya.

Valerie langsung muncul ketika namanya dipanggil oleh Ferdi. Tatapan Valerie kosong dan cenderung sayu. Ia tampak tidak senang dan kehilangan semangat,"ada apa?"

"Tolong buatkan dua cangkir kopi." Ferdi mengembangkan senyumnya kepada Valerie, yang senyumannya tertular kepada Valerie."Oke!!" Ia pun langsung pergi dengan semangat.

Melihat tingkah laku Valerie yang berbeda dan cenderung aneh, Nath merasa ada keganjalan dengannya.

"Apa hal yang ingin kamu tanyakan?" Kembali ke topik, sepertinya pembicaraan ini lumayan serius.

"Mohon maaf apabila ini terasa lancang, namun saya tidak bisa membiarkan Mel tinggal bersama ibu tirinya." Nath langsung berterus terang dengan ucapannya, Ferdi yang mendengarnya pun sedikit tercengang dengan keberanian Nath.

Ferdi menghela napas panjang,"Haah, aku tidak menyangka kamu akan memberi pernyataan langsung seperti ini."

"Melihat kejadian Minggu lalu, saya sendiri bingung harus melakukan apa. Karena biasanya Valerie tidak melakukan hal yang sangat berlebihan seperti itu. Tapi, aku akan berusaha untuk membahas hal ini lagi dengannya."

Ekspresi Ferdi sangat susah untuk didefinisikan, terlalu dingin namun lemah disaat yang bersamaan.

"Baiklah, saya hanya ingin bapak untuk memastikan hal seperti ini tidak terjadi lagi, ini mengenai keselamatan Mel. Saya mengkhawatirkannya." Nath berdiri, memberi kode bahwa ia ingin pulang.

"Duduklah dulu, kopinya akan diantarkan." Bujuk Ferdi yang tidak ingin Nath pulang tanpa meminum apa-apa, mengingat Nath telah membantu banyak hal mengenai Mel.

"Tidak apa-apa. Saya ingin pulang sekarang karena tadi ibu saya telah mengirim pesan untuk pulang cepat. Lagipun, hujannya sudah reda."  Nath berusaha untuk memberi alasan yang sedikit masuk akal, dan Ferdi langsung mengerti sehingga ia mempersilakan Nath untuk pulang.

"Baiklah, terima kasih karena telah memerhatikan Mel." Nath mengangguk mendengar perkataan Ferdi. Nath pun segera keluar dari rumah tersebut.

Sepeninggalnya Nath, Ferdi berjalan menuju dapur. Ia pun mendapati istrinya yang sedang menunggu air mendidih sambil termenung.

"Val, bagaimana keadaanmu?" Tanya Ferdi lembut.

"Baik saja kok Mas!" Valerie sedikit tersentak dari lamunannya dengan pertanyaan tiba-tiba dari Ferdi.

Ferdi mendekati Valerie dengan perlahan dan meraih sebelah jari jemari Valerie,"Bagaimana perasaanmu?"

Jantung Valerie berdegup kencang hanya dengan Ferdi menyentuhnya,"A.. Aku.. Merasa lebih baik di saat seperti ini, Mas." Wajah Valerie bersemu merah, senyuman tipis pun terpancar di wajahnya.

"Lalu, menurutmu bagaimana dengan perasaan Mel?" Pertanyaan Ferdi langsung membuat Valerie mengerutkan dahi tidak suka. Ekspresinya berbanding terbalik hanya dalam waktu kurang dari satu detik.

"Aku tidak menyukai Mel." Tegas Valerie menepis tangan Ferdi.

"Bukankah.. kamu sudah berjanji untuk menjadi ibu yang baik untuknya? Dimana janji itu, Val?" Tanya Ferdi dengan nada yang ia usahakan selembut mungkin.

Valerie menatap Ferdi tidak percaya,"Hei.. Aku bukanlah ibu kandungnya."

Ferdi membalas tatapan tidak suka oleh Valerie,"Tapi kamu sudah berjanji, Val.."

"Mel tetap bukan anakku, Mas. Dan sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi anakku!" Valerie mulai meninggikan nada bicaranya.

"Tahu gak, Mas. Bagaimana rasanya seseorang yang aku cintai, memiliki anak dengan orang lain, lalu malah aku yang harus bertanggung jawab atas anak itu."

Terdiam, Ferdi membiarkan Valerie menjelaskan apa yang ada di pikirannya.

"Kenapa Mas tidak menikahiku waktu itu? Kenapa malah dia? Kenapa Mas malah nikah sama perempuan gak tau diri itu!? Aku tidak habis pikir! Sebenarnya mas ini mencintaiku atau dia sih!--"

Ferdi langsung menarik Valerie ke pelukannya.

"Kita sudah pernah membahas ini kan, Val. Haruskah ku jelaskan kembali?" Bisik Ferdi tepat di telinga kiri Valerie.

~~Bersambung~~

Melyavaritta Where stories live. Discover now