Chapter 5 - Pilihan

28 6 5
                                    

Mel memilin jari-jemarinya. Sejak pagi tadi, Mel hanya berdiam diri, tanpa ada niat untuk mengangkat pantat dari permukaan empuk kasur kesayangannya. Hm, mungkin memang takdirnya dihari minggu.

Pada saat seperti ini, Ia memilih untuk menghabiskan waktu luang nya dengan mengetik cerita, menonton action movie di laptop, sambil memainkan media sosial.

Drrrrtttt...

Ponsel Mel bergetar. Mel sempat kaget, lalu kembali normal sesaat kemudian. Ah, pasti Riata. Mel mematikan laptop nya yang sedang memutar sebuah film.

Sebelum meraih ponsel yang terletak di atas nakas, Mel berpikir. Apa yang harus ia jelaskan tentang Nath? Haruskah Mel memberitahu kan bahwa sebenarnya ia mengenal Nath, dan Nath lah laki-laki yang sering dibicarakan Mel?

Tidak. Mel tidak akan melakukan nya. Mel tidak ingin Riata sedih, mengingat kondisinya yang sedang sakit.

Bergerak mengambil Ponselnya, Mel membaca nama yang tertera di layar. Ternyata dugaan Mel salah, karena telepon tersebut tidak berdering karena Riata.

"Halo?" ucap Mel.

"Oh! Hai Mel! Apa kabar?"

"Hm.. Baik." Mel berbaring di kasurnya.

"Souka desu*.. Ada hal menarik yang mau ku ceritakan nih!" (*begitu..)

Dia langsung menceritakan hari-hari nya sebagai siswi SMK. Katanya sih, dia menjadi sekretaris OSIS, jadi sibuk terus sehingga tidak sempat bercengkrama dengan Mel seperti biasanya. Sepertinya sudah 5 bulan lamanya mereka tidak saling bertukar kabar.

Bahkan, Mel sampai melupakan keberadaan teman jauh nya yang satu ini. Lalu, siapa dia? Tidak lain dan tidak bukan, Layla Afiya.

Teman random kenalan dari FB ini telah menjadi sahabat Mel sejak tahun pertama di SMA.

Layla sangat suka bercerita tentang keseharian nya di SMK yang ia banggakan itu. Walau Layla lumayan cerewet, tetap saja Mel dapat merasakan sesuatu yang berusaha ia tutup rapat-rapat. Mel tidak ingin mengetahui masalah apa yang sedang Layla hadapi,sebelum akhirnya ia membuka mulut dengan sendirinya. Oke, cukup tentang Layla.

"Em.. Layla?" panggilan Mel menghentikan rentetan kata yang sedang disusun Layla dalam cerita nya.

"Ya?!"

"Aku hanya ingin bertanya."

"Hee.. Nani nani?? " (Ehh? Apa apa??)

" Itu... " Mel terdiam sejenak."Apa yang akan kamu lakukan jika teman yang sangat kamu sayangi menyukai orang yang kamu cintai?"

"Hee... Itu masalah kamu ya? Ahaha, Wah gak nyangka kalo Mel punya gebetan!!!" Yang disana malah cekikikan.

"Layla.." Mel menggeram.

"Eh iya, Gomen gomen.. Tentu aku akan sangaatt membenci temanku itu! Kalau dia memang benar-benar temanku, seharusnya dia tau bahwa aku menyukai laki-laki itu. Dia bisa saja jadi tukang tikung. Ah, pokok nya ga suka deh!"

Mel sudah menyangka kalau Layla akan mengatakan seperti itu. Mel tidak puas dengan jawaban Layla.

Tampaknya, Layla hanya tidak mengerti bagaimana posisi Mel saat ini.

Riata adalah sahabat pertama Mel dan lagi.. Riata sedang sakit. Mel akan melakukan apa saja supaya Riata menjadi lebih baik dan sehat kembali. Karena bagi Mel, Riata adalah seseorang yang sangat berharga.

"Gimana menurut kamu, Mel?" tanya Layla.

" Ya, mungkin bagimu seperti itu." jawab Mel datar.

Tidak ada yang harus dibicarakan lagi dengan Layla. Mel memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan salam perpisahan.

Beranjak dari kasur, Mel langsung bersiap untuk pergi.

Kemana? Tentu saja ke tempat dimana Riata berada.

~~~^^^~~~

Matahari telah tergelincir ke arah barat. Mel kembali mengunjungi Riata di hari yang terik ini. Ia memilih untuk datang menggunakan transportasi umum daripada harus terus menerus merepotkan Nath yang sudah kelewat baik.

Mel membuka pintu dan mendapati Riata sedang tidur. Wajahnya pucat, dan ia berkeringat.

Mel bingung. Sangat bingung. Apa yang harus ia lakukan di saat seperti ini?

Keringat terus mengalir, dan Riata juga terlihat sesak napas. Mel langsung meraih tangan Riata dan menggenggam nya. Sesaat kemudian, napas Riata mulai stabil.

Mel pun menghembuskan napas lega. Ternyata sahabat nya tidak apa-apa. Eh? Bukankah tadi sebaiknya panggil dokter, ya?!

Tok tok tok

Nath masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu. Mel langsung berbalik menatap Nath nanar, tanpa melepaskan genggaman pada tangan Riata.

"Nath, tolong panggilkan dokter." Ucap Mel sambil melirik Riata.

Melihat keadaan Riata, Nath langsung mengerti dan bergegas memanggil dokter.

Beberapa saat setelah kepergian Nath, Riata terbangun.

"Mel... " panggil Riata dengan nada lemah.

"Iya.. Aku disini." jawab Mel pelan.

"Aku akan datang ke sekolah besok, oke?" Mel terhenyak.

"Tapi.. "

"Gak ada tapi Mel.. Aku ingin sekolah, jajan di kantin, dan bertemu Nath." perkataan Riata seolah menuliskan tugas baru untuk Mel.

Riata kembali menutup matanya, keningnya berkedut-kedut seolah sedang menahan sakit.

Tugas utama bagi Mel, bagaimana pun caranya, besok Riata harus datang ke sekolah!

>>Bersambung>>

Melyavaritta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang