Chapter 14 - Suara di Ujung Sana

17 5 7
                                    

"Nath.. Sepertinya aku harus menelepon Layla." Mel berusaha mengalihkan pikiran dan keadaan. Melihat Nath yang memakai kaos rumahan dan celana pendek cukup membuat Mel malu hanya untuk bertatap muka dengannya.

"Layla? Ada apa dengannya?" tanya Nath memasuki kamar.

"I.. Itu, sepertinya ia memerlukan teman setelah ditinggalkan selamanya oleh anggota keluarganya." Mel mengambil ponsel nya cepat, menonaktifkan airplane mode, dan langsung menelepon Layla.

Debaran jantung Mel masih tidak karuan. Ia menunggu telepon diangkat seolah menunggu seseorang untuk menyelamatkannya dari sebuah masalah besar.

"Ha..halo?" napas Mel tercekat saat Nath memeluk Mel secara tiba-tiba dari belakang.

"Halo~" Layla membalas dari ujung sana.

"Lay, lagi apa?" tanya Mel basa basi.

"Lagi.. Trkk..  Tadi Layla abis cium aku lho, Mel!" Mel menarik telepon dari telinganya, akibat suara keras Lukman yang tiba-tiba muncul dari ponselnya.

"Apa!? Wah, Layla.. Kamu ya.. " balas Mel. Mel tahu kalau itu bohong, tapi mendengar mereka bersama di jam segini sepertinya itu bukan hal yang mustahil.

"Ih.. Nggak kok!" terdengar suara Layla yang membela diri. Oke, berarti bukan.

"Tadi Mel juga modus peluk-peluk aku, lho!! " ucap Nath sedikit berteriak. Ternyata ia ikut mendengar percakapan mereka. Mel melirik Nath yang masih setia memeluk lengannya. Telinga Mel rasanya mau pecah mendengar teriakannya.

"Wah, Mel.. Gak nyangka." gantian Layla menggoda Mel dengan gaya berbicara yang sama.

"Nggak, kok!" Mel mencubit perut Nath hingga ia mengaduh kesakitan, lalu tersenyum jahil setelahnya.

"Layla tadi cabul!!" suara laki-laki kembali terdengar, padahal teleponnya tidak di loudspeaker. Memang besar suara Lukman tidak bisa diremehkan.

"Tadi Mel cubit aku!" balas Nath yang tak henti-hentinya mengganggu Mel.

"Tadi Layla bla bla bla."

Tuuttttt

Mendengar ocehan mereka berdua memang tidak ada habisnya, jadi kedua gadis ini memutuskan untuk menutup sambungan telepon. Mel melirik Nath yang seolah memasang wajah tanpa dosa. Ekspresinya seperti berkata,"Apa? Enak diganggu? Mau lagi?"

Sepertinya Mel kesal. Mel meletakkan teleponnya di atas nakas. Ia tak berkata apa-apa lagi dan langsung berbaring membelakangi Nath.

"Sayang~ kamu marah ya?" bujuk Nath. Namun Mel tetap diam.

"Maaf donk, akukan cuma bercanda."

Wajah Mel menoleh sekilas,"Tidak apa-apa. Berkat kamu aku tahu bahwa Layla baik-baik saja disana." ucap Mel sambil memeluk guling. Nath menggeleng-gelengkan kepalanya.

Memang kalau masalah temannya, Mel lah yang paling sibuk dan peduli. Sampai ia melupakan masalah dan keadaannya sendiri.

Drrt... Drrt...

Ponsel Nath bergetar, sepertinya ia mendapatkan telepon. Nomor tak dikenal.

"Halo?" sapa Nath setelah mengangkat telepon.

"Em.. Halo Nath, ini aku.. Riata." mendengar nama Riata, Nath membesarkan volume ponselnya supaya Mel dapat mendengar percakapan mereka. Nath juga mengisyaratkan Mel untuk senyap.

Nath menarik lengan Mel hingga ia terduduk.

"Oh.. Ada apa, Riata? Kenapa kamu belum tidur? " tanya Nath.

"Tidak ada. Aku..  Aku hanya ingin mendengar suaramu." Nath tertegun mendengar ucapan Riata.

Tangan Nath meraih pundak Mel, dan mulai menggenggam tangannya.

"Em.. Begitu ya." Nath bingung ingin berkata apa.

"Nath, kapan kamu akan menjengukku lagi?"

Hatchiii...

Mel tiba-tiba bersin tanpa sebab. Membuat Nath dan Riata terkejut. Mel langsung menutup mulutnya spontan.

"Itu siapa, Nath?" tanya Riata.

"A..a.. Itu ibuku." bohong Nath.

"Hm.. Benarkah? Bersinnya mirip dengan Mel." Uh-oh.. Sepertinya Riata curiga. Jelas saja Riata mengenali gaya bersin sahabatnya sendiri.

"Itu ibuku kok." bohong(2).

"Oh, jadi sekarang ibumu ada bersamamu?" tanya Riata seolah mengintrogasi Nath.

"Bukan gitu. Tadi ibu hanya berjalan melewati pintu." bohong(3)

"Begitu ya.. " sepertinya Riata percaya.

Nath menghembuskan napas lega.

"Nath.. Sudah dulu ya. Aku akan istirahat. Mendengar suaramu sudah membuatku merasa lebih baik."

"Iya, istirahat lah. Get well soon, Riata." ucap Nath.

Mel menatap Nath bingung. "Nath, kenapa hari ini rasanya masalah yang datang tidak lepas dari ponsel, ya? Apa aku buang saja?"

Mendengar perkataan Mel, Nath terkekeh pelan. Ia berdiri dan meninggalkan Mel di kamar."Good Night, Sweetie. Have a nice dream."

~~~^0^~~~

Mel menggenggam ponselnya sambil berpikir keras. Pikirannya bercabang-cabang. Kesehatan Riata pun tampaknya memburuk, hingga ia tidak jua diizinkan kembali ke rumah. Tapi tak apa, dia pasti sembuh.

Pasti saat ini Nath sedang bersama Riata. Mel tidak ingin mengganggu mereka. Mel pun mengirim pesan kepada Nath.

Mel: Nath, untuk beberapa hari ini jangan hubungi dan bertemu denganku. Aku sibuk.

Nath: Sibuk? Okelah😊 gpp kok. Aku tahu kamu lagi ujian. Semangat ya!!💕

Menghela napas berat, Mel mengambil sebuah alat perkakas. Meletakkan ponselnya di tengah lantai, lalu memukulnya menggunakan palu.

Mel meringis kesakitan, ia meremas lengan kanannya yang terasa ngilu. Mungkin karena tindakan Valerie terhadapnya tadi.

"Tak apa, nanti bisa beli hp baru." gumam Mel.

>>Bersambung>>

Melyavaritta Where stories live. Discover now