Chapter 9 - Stay

23 5 9
                                    

Keheningan di sebuah rumah berakhir petaka. Pecahan kaca berserakan dimana-mana, diikuti dengan darah segar yang mengalir dari lengan seorang gadis.

Mel menggigit bibirnya menahan sakit yang teramat sangat.

"Haa.. Mel.. Sudahku bilang jangan melakukan sesuatu yang bisa menyebabkan aku malu!" bentak Valerie sambil menghentakkan kaki kirinya.

"Perlakuanmu terhadapku inilah yang akan membuatmu malu." gumam Mel. Valerie dapat mendengar apa yang dikatakan Mel karena keheningan ruang tamu tersebut.

Valerie mengambil beling bekas pecahan kaca bingkai foto tersebut dan menggenggam nya erat. Ia mendekat ke arah Mel, diiringi dengan suara beling kaca yang terinjak tiap kaki melangkah.

"Mel.. Gausah sok tau deh.. " Valerie menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan Mel.

Valerie memegang wajah Mel yang masih memancarkan aura kebencian yang pekat," Kamu cantik Mel, tapi sayang.. Kamu adalah anak dia.. Dan parahnya.. Kamu harus kuanggap sebagai anakku."

Tok tok tok...

Valerie menoleh ke arah pintu utama. Ia mengabaikan nya. Namun ketukan pintu semakin keras, membuatnya kesal dan langsung membuka pintu tersebut.

"Siapa!?" ucapnya tepat setelah membuka pintu. Nath yang berada di mulut pintu terkejut dengan penampilan kacau Valerie. Rambutnya berantakan, bahkan tangan yang memegang pecahan kaca telah bercucuran darah akibat genggaman nya yang kuat.

"Er.. Mel nya ada?" tanya Nath canggung. Ia melirik ke dalam rumah yang ruang tamunya telah hancur bak kapal pecah.

"Ohh.. Jadi kamu yang antarin Mel pulang kemarin?" tanya Valerie sinis. Nath terdiam, ia mengalihkan pandangan ke dalam rumah.

Nath langsung menerobos masuk ke dalam ketika menemukan keberadaan Mel yang sedang terluka.

"Hei! Beraninya kamu masuk ke rumah orang tanpa izin!?"

"Mel! Kamu tidak apa-apa? Kamu.. Berdarah, Mel!" Nath menghampiri Mel yang terduduk lemah. Memegang dan hendak mengangkat tubuh Mel, sebelum akhirnya seseorang menghentikan nya.

"Sudahlah, biarkan saya yang mengurus Mel." ucap Ayah Mel yang baru saja pulang dari pekerjaan nya.

"Tapi.. " Nath melihat Mel penuh khawatir.

"Hm.. Baiklah, ayo obati luka Mel." Ayah Mel langsung mengangkat tubuh Mel dan membawanya ke kamar. Sedangkan Valerie tidak dapat berbuat apa-apa lagi, ia juga kembali ke kamarnya dan bersembunyi di balik selimut.

Nath mengekor dari belakang. Ia juga tidak sengaja mendapati kotak P3K dan langsung mengambilnya.

Sesampainya di kamar Mel, sang ayah keluar sebentar untuk mengurus Valerie. Nath langsung mengurus luka Mel yang darahnya sudah berhenti menetes.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Nath sambil membersihkan luka di lengan Mel.

"Emh.. Iya, gapapa." Mel tampak menahan rasa sakit. Namun sepertinya Mel sudah berpengalaman dengan hal ini. Seolah-olah rasa sakit ini tidak seberapa baginya.

Nath tidak bertanya lebih lanjut. Setidaknya ia sudah dapat menebak garis besar tentang kejadian yang menimpa Mel malam ini.

Beberapa saat kemudian, ayah Mel datang dan ikut mengobati luka Mel tanpa sepatah kata yang terucap.

"Mel, istirahatlah.. Aku mau pulang.. " ucap Nath setelah selesai merawat luka Mel.

"Hem.." Mel memegang tangan Nath. Dan sang ayah langsung mengerti saat Mel melirik nya dengan tatapan memelas. Ia menghela napas dan keluar dari kamar si anak gadis. Ayah Mel merasa bahwa ia telah terlalu kejam dengan meninggalkan Mel bersama Valerie di rumah berdua, sehingga ia memilih mengalah.

"Jangan macam-macam kamu dengan putri ku.. " ancam sang ayah sebelum menutup pintu.

Nath kaku seketika. Berdua dengan Mel... di kamarnya. Hanya berdua! Berdua lho!

"Nath, jangan pernah kasi tahu hal ini kepada siapapun." ucap Mel sambil menggenggam erat tangan Nath.

Pikiran Nath melayang. Antara memikirkan keadaan Mel sekarang, berduaan dengan Mel di kamar, kondisi orang tua Mel, hari yang semakin larut, dan sepeda motor nya yang kedinginan di luar.

"Nath? Bisa kan?" Mel menjentikkan tangan tepat di depan wajah Nath.

"Eh? Iya! Tentu saja akan ku rahasiakan." ucap Nath spontan. Mel menghela napas secara perlahan.

"Nath.. Kalau kamu mau menjauhiku.. Tidak apa-apa kok.. " lirih Mel, melepas tautan jari Nath.

Nath merasa kecewa saat Mel melepas tangannya. Namun ia malah tersenyum hangat, senyum yang benar-benar menghangatkan hati siapapun yang melihatnya, tak terkecuali Mel.

"Aku tidak akan meninggalkanmu cuma karena mengetahui rahasia kecil, Mel.." Nath mengusap rambut Mel yang berantakan. Ia juga menyisir helaian-helaian rambutnya dengan lembut.

Mel hanya bisa menunduk dan menahan tangis. Ia menggumamkan sesuatu.

"Kalau begitu.. Tetaplah bersamaku.." lirih Mel.

"Iya.. " jawab Nath.

"Tetaplah di sisiku."

"Iya."

"Tetaplah hibur aku...."

"Tentu saja, Mel." Nath menarik Mel ke dalam pelukan nya. Mel tak kuasa membendung tangis.

Buliran bening itu terus saja mengucur dan membasahi kemeja Nath. Isakan kecil terus terdengar, dan Nath hanya bisa mengeratkan pelukan seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

>>Bersambung>>

Aaaaaa!!!! Ku baper dengan cerita sendiri!!! Aaaaaaa 😆😆😆😆😆

😅😅😅
Abaikan yang di atas😅

Melyavaritta Where stories live. Discover now