episode 18 : ini saatnya untuk kamu pulang

559 156 2
                                    

load number eighteen :
ini saatnya untuk kamu pulang.

Selepas main sama adrian dan keluarganya, satu-satunya tempat yg mau lile kunjungi setelahnya adalah gedung percetakan tempat ia bekerja. Karna dari sanalah, kabar baik yg Ia terima hari ini bermula.

Langkah kaki lile yg semangat mendadak melambat begitu melihat papan tanda dijual digedung percetakannya. Lile bingung, ia mencoba menghubungi bosnya, tapi ga diangkat.

"lile?"

Lile menoleh, dan mendapati bosnya yg berdiri dibelakangnya seraya membawa map merah ditangannya. "bos? Ini? Apa maksudnya?"

Bosnya terkekeh lemah, "oh, ini, maaf ga ngabarin kamu dulu karna saya tau kamu lagi sibuk akhir-akhir ini direstoran makanya ga mampir kesini, dan saya ga mau ganggu itu. Perusahaan utama yg naro sahamnya diusaha saya baru aja cabut sahamnya. Dan mau ga mau saya harus jual gedung ini, karna saya ga punya modal lagi buat lanjut." jelasnya.

Hati lile mencelos, kakinya lemas, niatnya untuk memberikan kabar istimewa jadi hilang begitu mendengar kabar ini. "tapi kenapa? Bukannya selama ini kita pendapatannya tinggi dibandingkan percetakan lain?" tanya lile, ga terima.

Bosnya itu terkekeh, "gatau. Mungkin emang bukan rezeki saya lile. Saya udah ikhlas, masih banyak usaha lain. Oh iya, kamu kesini ada apa?"

lile menggigit bibir bawahnya, sedikit ragu untuk menceritakannya atau tidak. "itu, anu, saya diterima bekerja di cabang stasiun TV, rekomendasi dari bapak." ucap lile pada akhirnya, yg sukses membuat bosnya terperangah.

"oh ya? Selamat ya!! Wah!! Saya seneng dengernya, ya allah." ucap bosnya itu. Lile mau ga mau langsung meluk bosnya itu.

"makasih, pak. semua ini ga bakal terjadi, kalo bapak ga meminta saya untuk coba kesana" kata lile. "saya ga akan lupain bapak, karna orang baik seperti bapak, yg mampu ngebuat saya masih hidup sampai sekarang." ucap lile lagi.

Bosnya terkekeh, lalu mengusak rambut lile lembut, "yaudah. Berarti sekarang waktunya kamu buat pulang."

"pulang?"

Bosnya terkekeh sekali lagi, "saya pernah baca tulisan kamu lile. Siapa aja pasti bisa bedain mana yg pengalaman pribadi dan mana yg bukan kalo mereka baca cerita kamu. Jadi, pulang ya?"



💻💻

Balik dari kampus rola diminta ibunya untuk jagain papanya dirumah sakit, karna ibunya mau ngurus problem dikantor, sekalian jagain zian karna Nino lagi ada les sore ini.

Pas rola baru masuk lobi utama rumah sakit, ga sengaja rola ketemu sama kak cila yg lagi berdua sama cowok yg ga dia kenal, mereka diri dideket meja informasi. Rola pun nyamperin.

"hei kak." sapanya, cila sama cowok itu refleks noleh.

"hei. Kebetulan, aku sama sahabat aku cole mau jenguk papa kamu. Sekalian ngatur jadwal buat ketemu dokter kandungan." ucap cila.

Rola kaget natap kearah cila dan cowok yg bernama cole bergantian, "kalian?"

Cila yg paham terkekeh, "bukan. Yg hamil bukan aku, tapi temen ku yg lain karna aku mau kesini duluan, jadinya aku yg ngatur jadwalnya buat dia."

Rola mengangguk paham, "tapi sebelum ke kamar papa, boleh ga aku ngobrol sebentar sama kakak?"

Cila melirik cole, cole yg paham pun ngangguk, dan pamit menjauh dari mereka berdua.

"mau ngobrol apa, rola?" tanya cila. "kak lile ya?"

Rola ngangguk, "kak, aku tuh sebenernya pengen tahu. Kak lile tuh, sebegitu bencinya ya sama aku?"

Cila terkekeh, "rola, denger aku ya. Sebandel apapun seorang adik dimata kakaknya, kamu harus tau. Jauh didalam hati seorang kakak, ga pernah terbesit rasa benci untuk adiknya. Begitupun juga sama lile." ucap cila.

Rola mengernyit, menatap cila ragu, " tapi kok keliatannya dia kayak benci banget sama aku?"

Cila lagi-lagi terkekeh, "tau ga? Lile pernah bilang gini sama aku, katanya, klarifikasi terpercaya itu dateng langsung dari orangnya. Jadi, kalo kamu ragu sama aku soal itu, kamu bisa tanya langsung sama kakak kamu. Gimana? mau coba?"

ujung-ujungnya, emang rola selalu dipaksa untuk ngomong sama kakaknya yg satu itu.

°load number eighteen :
to be continued.

[✔️]all the kids are depressed; LileWhere stories live. Discover now