Permulaan

24.9K 2.9K 43
                                    

Assalamualaikum semuanya, Adiba update lagi. Jangan lupa ramaikan ya....

Selamat membaca

***

Setiap kali, Adiba melewati koridor dan lorong sekolah pasti ada saja  murid yang membicarakan tentang aktivitas yang biasa Adiba lakukan setiap sedang berjalan. Namun Adiba tidak pernah mau mempedulikannya, karena kita juga nggak bisa mengubah cara pandang orang lain terhadap kita. 

"Lihat tu, Adiba mulutnya mulai lagi komat Kamit."

"Dasar gila memang."

"Baca apaan sih dia? Setiap jalan sendiri pasti mulutnya komat kamit sendiri."

"Kok bisa sih dia jadi ketua OSIS kita? Malah cowok sekolah kita banyak yang suka lagi sama dia."

Padahal Adiba itu selalu berpakaian sopan dan sederhana, dia tidak pernah mau mencari masalah dengan murid yang lain. Tapi masih saja ada orang yang tidak menyukainya. Adiba hanya selalu berpikir, Rasul saja yang merupakan makhluk yang hatinya paling bersih saja dan selalu berbuat baik kepada orang lain, masih saja ada yang tidak menyukai beliau, apalagi dia yang hanya manusia biasa.

"Adiba," panggil  wali kelasnya Bu Fia.

Adiba tersenyum lalu menyalami Bu Fia. "Assalamualaikum bu fia."

"Waalaikumsalam Adiba."

"Ada apa ya bu?"

"Gini Adiba tiga hari lagi akan ada perlombaan olimpiade matematika tingkat nasional, jadi ibu ingin kamu yang menjadi perwakilan sekolah ini lagi, gimana?" tanya Bu Fia.

Adiba tentu sangat senang mendengarnya, lagi-lagi dia dipercayai untuk mengikuti olimpiade, kalau tidak menang sekalipun, Adiba masih bisa mendapatkan seertifikat yang nantinya dapat dia jadikan sebagai bahan tambahan untuk bisa mengambil jalur beasiswa.

"Gimana? Kamu bisa kan?" bu Fia bertanya lagi.

Adiba mengangguk setuju. "InsyaAllah Adiba bisa bu. Tapi bu, olimpiadenya tiga hari lagi, saya belum ada persiapan sama sekali."

"Tenang saja, ibu yakin dengan kemampuanmu kok. Oh iya selama tiga hari ini kamu akan dibantu belajar oleh salah satu siswa kelas tiga. Dia juga beberapa kali ikut olimpiade matematika dan selalu menjadi juara.  Dia Nizam, dari kelas dua belas, A."

Kak Nizam? tentu Adiba sangat tahu dengan lelaki itu, lelaki yang dari dulu secara diam-diam dia kagumi. Nizam orangnya sangat sopan, taat agama dan juga lembut bijaksana. Nizam juga merupakan mantan ketua osis sebelumnya dirinya.

"Iya saya tahu sama Kak Nizam, Bu."

"Ibu percaya sama kamu. Ibu tinggal ya."

"Baik bu."

Setelah ditinggal oleh Bu Fia, Adiba melanjutkan langkahnya menuju kelas, namun mau sampai kelas, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan kasar. Adiba sudah berusaha melepaskan diri, tapi tenaganya tetap kalah karena yang menarik tangannya dua orang. Ya tuhan entah kemana mereka membawa dirinya.

"Velya, lepasian aku."

Velya seakan seperti menulikan telinganya, mereka masih menarik tangannya sampai mereka tiba di gudang sekolah. Adiva terjatuh, ketika Velya dengan teman-temannya sengaja mendorongnya dengan kasar. Adiba meringis sakit, karena lututnya bergesek dengan lantai gudang yang struktur agak kasar. Tanpa Adiba duga sama sekali, tangannya merasakan sakit yang luar biasa ketika Velya menginjak  tangannya dan Velya tidak tangung-tanggung melakukannya.

Adiba semakin merasakan sakit di tubuhnya. "Sa-sakit," ringis Adiba dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.

Velya bersama teman-temannya tersenyum senang melihat penderitaan Adiba. "Aaa, sakit ya? Gimana kalau ini?" Velyalebih menginjak tangan Adiba lebih keras lagi.

AdibaWhere stories live. Discover now