Kebenaran Fatimah

19.3K 3.2K 540
                                    

Assalamualaikum teman-teman, Adiba kembali update ya.  Jangan lupa ramaikan setiap paragraf ya.

Selamat membaca

***

Adiba yang baru masuk kedalam rumah sakit itu langsung dibuat terdiam sesaat, masalahnya Abrisam membawanya kerumah sakit impiannya. Kuliah di Eropa dan bekerja ditempat ini sebagai dokter adalah impiannya. Tapi hal itu tidak dia perdulikan dulu. Yang jelas kondisi Fatimah dulu.

Mata Adiba berkaca-kaca melihat bagaimana Abrisam membawa Fatimah di pangkuannya dari dalam mobil. Terlihat sekali wajah Abrisam sangat khawatir, sekarang ia tau, Abrisam mempunyai hati yang benar-benar lembut.

"Suster!" panggil Abrisam. Dan hal itu sontak membuat semua pengunjung rumah sakit beserta perawat melihat kearah mereka. Mata mereka membulat siapa yang datang. Dengan bergegas mereka menghampir Abrisam dan memberi sedikit hormat. Tentu Adiba mengernyitkan dahinya.

"Abrisam?" tanya salah seorang dokter lengkap dengan baju putih kebanggaannya.

Sepertinya Abrisam kenal dengan dokter ini. Pikir Adiba.

"Ada apa?" tanya sang dokter.

"Dokter Haris, anda ahli dalam bedah bukan? Saya ingin anda memeriksa gimana kondisi kepala anak ini."

"Siapa dia?"

Dokter Haris mendekat. Betapa terdiamnya dokter Haris ketika melihat wajah gadis kecil ini. Ya dia tidak akan mungkin bisa melupakan wajah ini, wajah yang setiap hari hampir dia lihat dalam bentuk foto.

"Bawa brangkar ke sini!" perintah Haris.

Sekiranya Fatimah masuk kedalam ruangan pemeriksaan, atau bisa dibilang ruangan CT scan dokter Hafis keluar dari ruangan itu, Adiba dan Abrisam sudah siap menunggu informasi yang akan diberikan dokter Hafis kepada mereka.

"Bagaimana keadaan Fatimah dok?" Adiba sangat khawatir.

Dokter Haris menghela napasnya sejenak."Fatimah harus di operasi."

"Ada pembekuan darah di otaknya. Jika kita sampai lebih terlambat lagi melakukan tindakan, tulang kakinya juga retak. Tapi sekarang kita fokus dulu kepada kepalanya, karena ini lebih berbahaya."

"Berapa biaya yang harus saya siapkan dok?" Ya tuhan Adiba benar nggak berpikir dua kali memakai semua tabungannya untuk Fatimah.

"Kami di rumah sakit ini tidak mengutamakan biaya dulu. Moto kami keselamatan pasien dulu," ucap dokter Hafiz.

Ekspetasi Adiba terhadap rumah sakit ini tidak salah. Karena inilah Adiba sangat ingin bekerja nantinya dirumah sakit ini.

"Lakukan operasi sekarang dok," tutur Abrisam.

"Baiklah, tapi saya sarankan kepada kamu Abrisam. Jangan kemana-mana dulu, karena siapa tau saya akan membutuhkan kamu." Dokter Hafis menepuk bahu Abrisam.

"Terima kasih ya Abrisam," kata Adiba, sekarang keduanya sama-sama duduk dikursi yang disediakan namun jarak antar keduanya dari ujung ke ujung.

"Buat?"Abrisam menoleh menatap Adiba.

"Terimakasih sudah menolongku membawa Fatimah kesini."

Abrisam tersenyum miring sedikit, entahlah dia juga heran kenapa dia sepanik tadi ketika melihat kondisi gadis bernama Fatima itu.

"Kamu orang baik Sam," tutur Adiba. Namun Abrisam tidak menganggap dirinya seperti itu.

"Jadi selama ini lo sering nggak makan cuman untuk kasih gadis tadi makan?" tanya Abrisam agak serius.

AdibaWhere stories live. Discover now