Nizam Pergi

13.8K 2.6K 528
                                    


Assalamualaikum, Alhamdulillah Adiba update, jangan lupa meninggalkan jejak vote dan komen ya. Karena ngebantu banget buat aku untuk semangat untuk update

***

"Bilang aja."

"Kurang ajar ya lo!"

Bugh

Gadis itu meringis kesakitan di bagian kakinya saat berbenturan dengan lantai semen, mungkin kaki-kakinya sekarang sudah membiru. Dia mengadakan kepalanya menatap tajam sang pelaku yang sudah menghalangi jalannya dengan kaki sampai terjatuh. Sedangkan orang yang ditatap hanya tersenyum puas setelah memberi pelajaran ke orang yang selama ini menyakiti sahabatnya.

"Lo udah gila ya?!" teriaknya.

Dila bersedekah dada, dengan gaya masa bodohnya. "Maaf gue nggak sengaja tu."

Adiba panik melihat sepupunya yang sekarang nyungsep di lantai. "Kamu nggak apa-apa? Maafin Dila ya."

"Jangan sok peduli lo! Lihat aja, gue bakal aduin kelakuan lo ini ke paman sama mama gue! Biar lo dihajar lagi! Sekalian sama sahabat lo ini!"

Dila menjongkok dengan smirk licik yang tidak lepas dari bibirnya. "Sampai lo lakuin itu? Jangan harap lo  bakal hidup tenang setelah itu, karena gue nggak akan ngelepasin lo. Bagi gue, bayar orang di sekolah lo untuk ngebully lo bukanlah hal yang susah. Tinggal kasih uang, masalah selesai!" Ucapan Dila berhasil membuat nyali sepupu Adiba menciut, dia sangat tau kalau sahabat anak haram ini merupakan orang kaya. Sial! Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Dila, itu nggak boleh."

Dila berdiri dan tersenyum lembut. "Ayo, kita ke sekolah. "Dila merangkul lengan Adiba. "Tapi Mbah Putri kita antar dulu ke rumah aku ya. Umi yang minta."

"Yaudah." Kata Adiba lalu kembali menjulurkan tangannya. "Ayo aku bantu."

"Nggak usah!"

"Udahlah Adiba, yang namanya iblis nggak akan pernah suka sama manusia, apalagi manusianya baik kayak kamu. Udah yuk,kita pergi takut telat."

Tangan Adiba langsung di tarik ke luar oleh Dila, matanya masih menatap khawatir ke sepupunya, tapi apa daya, dia sama sekali tidak ingin dibantu.

***

Adiba menemui Abrisam ke kelasnya dan sekarang dia sudah di luar kelas Abrisam.

"Ada apa?" tanya Abrisam yang baru ke luar.

Adiba memberikan sebuah kantong ke Abrisam. Abrisam belum menerimanya, dia masih menatap bingung.

"Ini apa?" tanya Abrisam.

"Aku mau kasih ponsel yang pernah kamu kasih ke aku."

"Aku kan udah bilang, ini untuk kamu!" nada bicara Abrisam mendadak tegas.

"Tapi aku nggak bisa menerimanya, ini terlalu mahal buat aku. Kamu juga udah terlalu banyak membantuku, jadi aku mohon, terima barang ini lagi Abrisam."

Abrisam menghela napasnya, kalau ini keputusan Adiba, dia harus menghargainya. "Ya udah." Abrisam mengambil kantong itu.

"Oh iya, di dalamnya juga ada kotak bekal. Sambalnya nggak telur dadar kok, mmm semoga kamu suka ya. Assalamualaikum." Adiba menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Abrisam yang masih mematung. Adiba membawakan makanan untuknya? Maksudnya dia sengaja bawakan ini untuknya? Abrisam masih tidak percaya.

Dengan buru-buru, Abrisam membuka kantong itu, ternyata benar, di dalamnya ada sebuah kota makan berwarna biru.

"Widih, apa-an tuh?" tiba-tiba Abimanyu datang sambil meletakkan tangannya di pundak Abrisam.

AdibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang