Nizam

23.3K 2.7K 48
                                    


Assalamualaikum teman-teman, Adiba kembali update. Jangan luppa ramaikan ya.

Happy reading

***


"Udah sadar ya?" tanya seorang dokter perempuan, yang tadinya sempat dipanggil. Beliau tidak masuk seorang diri, tapi juga diikuti oleh murid lain. Adiba sempat tercengang dengan kehadiran Nizam di ruangan ini. Kenapa bisa?

"Alhamdulillah, dok," jawab Adiba.

"Kalau gitu kita periksa dulu ya."

Dila memberikan ruang kepada dokter untuk memeriksa Adiba.

Setelah dokter memeriksa Adiba, tinggallah Adiba bersama Dila dan juga Nizam. Nizam sangat penasaran dengan kondisi tangan Adiba yang memerah seperti melepuh, apa yang sebenarnya yang membuat tangan Adiba seperti itu?

"Adiba,  apa yang sebenarnya terjadi? kenapa kamu bisa pingsan?" Nizam sengaja belum bertanya tentang keadaan tangan Adiba.

Adiba nampak ragu untuk menjawabnya, namun Adiba tetap menjawab, "mungkin karena aku belum sarapan kak." Adiba tidak berbohong, Adiba memang tidak sarapan sebelum  ke sekolah.

Nizam mengangguk paham. "Lain kali kamu harus perhatikan pola makan kamu ya."

Adiba mengangguk. "Iya kak."

"Aku bawakan kamu makanan, kamu makan ya." Nizam membawa satu kantong plastik warnah putih tidak transparan dan memberikannya kepada Dila.

"Terima kasih ya kak," ucap Adiba. Mata mereka berdua sempat berhenti sesaat memandang satu sama lain, kemudian Adiba langsung tersadar dan mengalihkan pandangannya setelah teringat dengan sebuah hadist.

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya." (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).

"Kalau gitu, aku ke kelas dulu ya. Cepat sembuh," ucap Nizam sebelum pergi.

"Aamiin kak," balas Adiba.

Nizam tidak jadi bertanya soal tangan Adiba, sepertinya Adiba juga tidak ingin membahasnya. Tapi dia akan cari tahu kenapa bisa Adiba terluka, dia hanya cemas dengan Adiba yang dikabarkan mempunyai masalah dengan Abrisam.

"Kak Nizam baik banget ya, cocok sama kamu," celetuk Dila.

"Astaghfirullah Dila, ngomong apa sih?"

"Kamu suka kan sama Kak Nizam," goda Dila.

"Dila ya Allah, nggak baik ngomong gitu."

Dila memutar matanya. "Iya deh. Yaudah, kamu makan ya roti dari Kak Nizam," ucap Dila.

"DIla, aku puasa," tutur Adiba. Sebenarnya Adiba tadi tidak berniat untuk berpuasa, tapi melihat gadis kecil, Adiba menjadi tidak tega dan memberika kotak bekalnya. Tidak apalah, hitung-hitung bayar hutang puasa ramadhan yang kemarin.

Kening Dila berkerut. "Lalu kenapa kamu nggak bilang ke Kak Nizam, kalau kamu puasa?" tanya Dila.

"Nggak enak aja, Kak Nizam udah bawain makanan, takut dia tersinggung."

AdibaWhere stories live. Discover now