Rahasia yang terungkap

22.3K 3K 298
                                    

Assalamualaikum teman-teman, Adiba kembali update ya. Jangan lupa ramaikan setiap paragraf ya.

Selamat membaca.

***

Sudah tiga hari sejak kejadian waktu itu Abrisam tidak memperlihatkan dirinya di sekolah maupun dirumah sakit, bahkan ketika Adiba menjenguk Fatimah di rumah sakit Adiba juga tidak melihat Abrisam. Adiba masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar waktu itu. Fatimah adik perempuan Abrisam. Cuman ucapan itu yang dapat dia dengar, setelah itu tidak ada lagi suara di Luar kamar inap Fatimah.

Hati Adiba menjadi lega melihat kondisi Fatimah sudah membaik, ya walaupun gadis ini belum sadarkan diri, Adiba mengusap pelan rambut Fatimah.

"Cepat sembuh ya Fatimah, kakak yakin Fatimah gadis yang kuat."

"Kenapa bunda menangis? Apa dia sudah menyakiti bunda?"

 "Sayang kita harus bicara."

"Kasih tau sekarang bun siapa yang buat Bunda menangis?"

Melia tersendu menatap puteranya dengan pandangan yang berkaca-kaca."Melia meraih kedua tangan puteranya seraya menunduk." Ayah kamu sudah mengakui semua kesalahannya sama bunda." Dan tentu ucapan bundanya barusan membuat seluruh aliran darah Abrisam mendidih, dia tidak perduli menyembunyikan masalah ini selamanya dari bundanya, asal bundanya tidak terpukul. Dan sekarang apa yang ia rahasiakan dari bundanya sudah percuma.

Abrisam melepaskan tangannya dari genggaman bundanya."Apa yang anda lakukan kepada bunda saya?"

Melia dengan cekat memegang pergelangan tangan Abrisam yang ingin menarik krah jas milik Arif." Jangan lakukan Abrisam! Dia ayah kamu!"

"Dia bukan ayah Abrisam sejak dia mengkhianati bunda!" tutur Abrisam dengan sorotan mata yang benar-benar tajam.

"Abrisam maafkan ayah, kamu tidak tahu bagaimana kejadian sebenarnya."

"Anda menghasilkan anak dari wanita lain, dan anda bilang saya tidak tau bagaimana kejadian sebenarnya?!"

"Bahkan surat dan hasil tes DNA itu sudah menjelaskan betapa bejadnya anda sebagai suami dan lelaki! Dan anak yang anda hasilkan dari wanita jalang itu, tidak lain dan tidak bukan hanyalah anak haram!"

Plak!

Bagaikan sambaran petir ditelinga Arif ketika putera semata wayangnya dan putera yang dulunya ia banggakan, di matanya tidak lebih dari manusia yang rendahan.

Abrisam terdiam terpaku disaat wajahnya sebelah kanan merasakan sesuatu yang panas setelah bundanya menampar dirinya. Untuk pertama kalinya bundanya dia ditampar oleh bundanya sendiri.

"Kamu bukan abrisam anak bunda! Anak bunda bukan orang yang seperti ini. Orang yang kamu hina tadi adalah suami bunda! Ayah kamu!" Dada melia dibuat naik turun dengan air mata yang tidak terbendung, ia merasa gagal menjadi orang tua sehingga anaknya bisa sekurang ajar ini kepada orang tuanya sendiri.

"Orang yang menghinanya, juga menghina bunda! Aibnya adalah aib bunda! Dan sekarang? Astaghfirullah, putera bunda menghina bundanya sendiri."

Tubuh Abrisam rasa disiram timah panas ketika bundanya mengatakan kalau dia sudah menghinanya bundanya sendiri. Bumi yang dia pijak dan Allah sebagai saksinya, bagaimana bisa dia menghina wanita yang sangat dia muliakan dimuka bumi ini. Hati Abrisam sungguh sangat hancur mendengarnya.

"Bunda maafkan Abrisam."

Melia mundur selangkah sewaktu Abrisam mau meraih tangannya."Dan kamu tau Abrisam, gadis kecil didalam sana adalah adik kamu."

AdibaWhere stories live. Discover now