(D-17) Sofa

682 130 14
                                    

The sofa that used to be yours

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

The sofa that used to be yours.

——

Musik klasik, saklar lampu ruangan yang sengaja Minhyun tidak sentuh sama sekali dan membuat seluruh ruangan gelap gulita tanpa adanya penerangan.

Minhyun disana, duduk sendirian.

Pikiram minhyun kalut, tatapan mata minhyun yang kosong, menuju ke luar jendela rumahnya, menunjukkan jalanan luar yang sudah sepi.

"Aku pulang,"

Minhyun diam, berusaha sekuat mungkin agar tidak menoleh ke sumber suara berasal.Minhyun memilih menatap ke luar jendela, walau Minhyun hafal betul suara siapa tadi.

"Kenapa lampu ngga dinyalain, hyun? gelap begini ngga baik buat mata kamu." katanya, Minhyun menghela nafas, menutup matanya sebentar untuk menengkan diri, sebelum buka mulut buat bicara.

"Kmu bisa nyalain lampunya ngga? ngga kan?" tanya balik Minhyun. gadis yang dari tadi diam menunggu jawaban Minhyun tersenyum, senang akhirnya Minhyun memerhatikan keberadaan dia, lagi.

"Ngga bisa. kamu udah makan?" tanya nya, minhyun menggeleng pelan. "belum," jawabnya. gadis itu tertawa kecil, menggeleng pelan sambil berjalan menuju ke arah Minhyun.

"Kok belum makan? kangen masakan aku ya?" tanyanya. Minhyun diam, tiba tiba ngerasa merinding karena sadar suara gadis itu semakin dekat dengannya.

"Hyun?" panggilnya. Minhyun reflek menutup mata, merasakan adanya sentuhan di leher Minhyun, lebih tepatnya seperti sepasang lengan yang melingkar di leher minhyun, memeluk Minhyun.

"Dingin," katanya, Minhyun mengangguk pelan, membuka matanya perlahan dan langsung berfokus pada pemandangan di luar jendela, lagi.

"Hyun, aku kedinginan." kata gadis itu, Minhyun hanya bisa menelan ludah, merasakan pelukan gadis ini semakin erat, membuat leher Minhyun merasakan dingin yang dia rasakan.

dingin, menusuk.

"Kamu lupa nengok aku," katanya, menenggelamkan kepalanya ke leher Minhyun . Ia langsung menarik nafas dalam, merasakan harum gadis yang sedang memeluknya.

Wangi citrus, wangi yangMinhyun sukai.

"Hyun?" panggilnya, sadar bahwa Minhyun diam daritadi, bahkan tidak menjawab pertanyaannya sama sekali.

"Hyun—"

"aku mau lupa sama kamu, Ran." potong Minhyun .

Aran, sang gadis yang daritadi masih memeluk Minhyun, tiba tiba melonggarkan pelukannya di leher minhyun, membuat Minhyun menghela nafas, sedikit lega.

"kenapa?" tanya Aran, terdengar sangat sedih. Minhyun hanya diam, masih tetap diam tanpa bergerak di tempat duduknya, sesekali melirik botol obat yang berada di atas meja di samping sofanya.

"kamu mau minum obat lagi? biar bisa lupain aku?" tanya Aran, Minhyun menggeleng pelan, bingung harus menjelaskan seperti apa lagi kepada Aran.

"Bukan—-"

"Terus apa? terakhir kamu makan obat itu kamu bahkan lupa siapa nama aku, siapa aku buat kamu." potong Aran, menjelaskan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya.

Minhyun anya diam, pikirannya kalut memikirkan segala sesuatu secara bersamaan.

dan Aran , melihat Minhyun yang terlihat terlalu banyak pikiran, terlihat stres, merasa kasihan.

"Hyun...." panggil Aran, lembut. Minhyun hanya mengangguk, masih tidak mau menolehkan kepalanya untuk melihat Aran.

"Makan obatnya, gapapa." kata Aran, diam sebentar. "Gapapa, kamu masih bisa ketemu aku." tambahnya.

"Minum obatnya, yang banyak."

Yang banyak. Pikir Minhyun.

Minhyun mengangguk pelan, mengulurkan tangannya untuk mengelus tangan kecil juga dingin milik Aran , yang masih melingkar di lehernya.

"Tungguin" ucap Minhyun, merasakan Aran mengangguk juga mencium pucuk kepalanya Minhyun , perlahan.

"Aku sayang kamu," kata Aran. Minhyun reflek menoleh, melihat wajah Aran yang berada tepat di samping minhyun, tersenyum.

pucat, dingin

"Aku juga Ran," jawab Minhyun , melihat butir butir obat di genggamannya.

"Tungguin aku Ran, biar kamu gak sendiri lagi. cukup ini terakhir kalinya kamu yang datang, selanjutnya biar aku yang temuin kamu."

--------------------------------

'you taught me love, pain, life,

and, death.'

—fin

By joyuri-nim

Thank you for your hard work ^^

Please give your comment to appreciate the author

The Last - Wanna One ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя