14. Titik Balik

1.9K 260 44
                                    

Dari Januari -  Desember, terima kasih untuk kalian yang selalu sabar nungguin Denting update. Semoga tetap suka sampai akhir, dan selamat membaca!

"Are you out of your mind?"

Aldo mengembuskan napas berat. Ia sudah memperkirakan pertanyaan jenis itu akan keluar dari mulut Noor. Karena cowok itu orang terlogis di antara teman-temannya yang lain. Tapi Aldo tetap tidak suka jenis pertanyaan tersebut. Ia hanya menyuruh Noor membaca, meneliti dan memberikan hipotesis pelakunya.

Namun tampaknya Noor tidak akan mempermudah hal itu. Aldo sudah menjelaskan bagian pentingnya. Ada surat yang ditujukan untuk Liora dan ia ingin tahu pengirimnya. Informasi memang tidak sepenuhnya hanya seperlunya.

"Jadi lo tahu atau enggak?" tanya Aldo langsung.

"Seperti mencari jarum di tumpukan jerami," jawab Noor menahan kejengkelan. "Berapa banyak orang di SMA Cahaya Selatan dan lo minta gue memprediksi pengirimnya. Lo kira gue paranormal?"

Aldo menggaruk kepala yang tak gatal. "Kali aja lo tahu."

"Emang penting buat lo, ya? Kan suratnya buat Liora bukan buat lo."

"Penting nggak penting, sih. Jadi bener nih lo nggak tahu? Coba lo lihat lagi, deh. Lo kan suka nganalisis tulisan orang. Kali aja lo inget pernah lihat tulisan itu." Aldo tak menyerah.

Gelengan kepala Noor sudah cukup menjadi jawaban. Aldo tak ingin menuntut lebih banyak. Percuma juga. Aldo memutuskan berpamitan hendak pulang dari rumah Noor. Ini hari Sabtu, ia tak ingin mengganggu lebih banyak jadwal libur temannya itu.

"Nggak semudah itu. Lo berhutang penjelasan ke gue," cetus Noor sambil mendorong kacamatanya ke pangkal hidung.

Aldo kembali duduk ketika temannya tersebut mengetahui gelagat kepergiannya. Lima menit terlewati. Mereka hanya berdiam di kamar Noor dengan keheningan yang menyelimuti. Kamar Noor rapi dan nyaman. Aldo lebih sering main ke rumah Noor dibanding lainnya.

Alasannya sederhana, Noor anak tunggal, jadi tidak ada yang tiba-tiba datang merusuhkan perdamaian. Tidak seperti Yara yang punya satu adik perempuan dan heboh dengan teman-temannya. Atau Andy yang memiliki dua cowok adik bandel minta ampun, dan kakak laki-laki yang memiliki masalah sendiri.

Kamar ini tanpa hiasan. Tidak ada poster band hanya tabel periodik yang menempel di dinding dekat meja belajarnya. Satu set meja belajar, tempat tidur, meja dekat dipan dan satu lemari pakaian. Minimalis tapi menguarkan suasana nyaman. Jendela kamar Noor menghadap ke pinggir jalan. Tapi tak menyebabkan suara bising. Maklum, Noor kan tinggal di komplek yang biasanya bersikap individualis.

"Jadi sebenernya apa yang terjadi?"

Pertanyaan singkat Noor membuyarkan lamunan Aldo. Rasanya ia ditarik paksa ke permasalahan utamanya dengan Liora. Bukan. Bukan dengan Liora. Tapi dengan seluruh keganjilan yang menyertai kematian Kulina.

Aldo mengambil gelas berisi jus yang disajikan Noor sejak awal datang bertamu. Tindakannya sekaligus memikirkan respons yang tepat. Terlalu banyak hal untuk diungkapkan. Masalahnya satu tapi beranak pinak di setiap jalan menelusuri jawaban.

"Lo siap untuk denger walau kemungkinan besar tidak masuk akal?" tanya Aldo akhirnya.

Noor mengangguk.

Aldo tidak tahu apa keputusannya tepat atau tidak. Karena ia lancar menceritakannya. Dari siaran radio yang dihentikan karena kematian Kulina, ia memainkan permainan di buku 13 Dark Game sampai surat misterius yang ditujukan untuk Liora. Masalahnya surat itu hadir tepat setelah Aldo memainkan salah satu dari tiga belas Dark Game. Seakan ada petunjuk-petunjuk dan teka-teki dari seseorang untuk mereka—mereka maksudnya Liora dan Aldo. Atau mungkin hanya untuk Liora saja. Yang jelas Aldo merasa perlu untuk terlibat.

DENTINGWhere stories live. Discover now