05 || Galang Defan Adibrata

496 75 15
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua murid bangkit hendak menuju kantin, begitu pula dengan Yosep. Ia menghampiri Danil yang masih mencatat contoh soal di papan tulis.

"Nil, ayo ke kantin," ajak Yosep sembari berjalan menghampiri Danil.

"Duluan aja, gue mau nulis ini dulu. Sekalian, ya, booking tempat buat gue," jawab cowok itu tanpa menatap Yosep. Matanya bergantian menatap papan tulis dan buku.

"Booking-booking! Lo kira apaan?"

"Buruan sana, sekalian langsung pesanin gue makan sama minum. Bentar gue nyusul."

Kantin terlalu padat jika sudah jam istirahat begini, sehingga yang belakangan datang semakin menunggu lama.

"Ya udah. Gue duluan." Yosep langsung berjalan ke luar kelas.

Danil berdeham sembari mengangguk-angguk tanpa menatap Yosep. Saat Yosep sampai pintu, ia tersenyum ramah pada seorang senior cowok yang masuk kelasnya.

🌇🌇🌇

"Hai, bener Radea, kan?" Suara berat itu membuat Danil mendongak.

Seorang cowok berperawakan tinggi dan kulit putih berdiri di samping mejanya. Kemudian Danil menoleh pada Radea yang juga mendongak dan mengangguk patah-patah. Danil bisa membaca keterkejutan dari mata dan ekspresi gadis itu.

"Iy-iya, Kak, bener," jawab Radea ragu.

Danil kembali menulis, tapi masih mendengarkan percakapan dua orang itu. Bukan menguping, tapi memang kedengaran.

"Udah dikasih tau sama Pak Alif belum, kalau kita bakal wakilin sekolah buat lomba Matematika di acara ulang tahun SMA Integritas Bangsa?"

"Belum," jawab Radea pelan. Ia sejak tadi tak berkedip menatap cowok itu.

Siswa itu adalah Galang Defan Adibrata. Senior populer yang dikenal sebagai raja Matematika. Bahkan ia juga terkenal sampai sekolah lain karena selalu menang olimpiade. Radea kira Galang sudah tidak ikut lomba lagi, mengingat dia sudah senior. Mungkin ini lomba terakhirnya.

Galang tak banyak mengikuti ekskul, saat disarankan mencalonkan jadi ketua OSIS dia juga tidak mau. Cowok itu tidak sempat mengurus organisasi, takut belajarnya terganggu. Karena populer, Galang banyak disukai oleh gadis-gadis di SMA Bakti. Ditambah ia juga terkenal dari keluarga berada dan wajahnya ganteng. Benar-benar sempurna kalau mendengar dan melihat Galang. Bahkan Radea yang terbilang mainnya cuma di kelas dan perpustakaan saja tahu Galang.

"Kita belajarnya mulai hari ini, ya, di perpus. Setelah pulang sekolah."

Radea mengangguk. "Iya, Kak."

Galang tersenyum sebelum pergi, menampilkan senyum yang biasanya membuat cewek-cewek jejeritan dibuatnya. Tapi Radea tidak heboh, hanya saja hatinya yang berteriak.

"Heh!" tegur Danil, karena Radea masih juga menatap Galang dari belakang tanpa berkedip. Pundak lebar cowok itu terlihat nyaman buat bersandar.

Radea tersentak, tapi dia tidak begitu memedulikan Danil. Gadis itu mengambil kotak bekalnya di tas tanpa merespons cowok di sampingnya.

"Siapa?" tanya Danil menatap Galang yang sudah di pintu kelas.

"Galang kelas dua belas."

"Ketahuan banget lo suka sama dia."

Radea yang sedang membuka kotak bekalnya menatap Danil tanpa ekspresi. "Semua cewek suka sama dia," jawab Radea datar membuat Danil tertegun. Danil pikir gadis itu bakal mengelak.

"Oh, jadi bener lo suka sama dia? Kelihatan, sih. Pas ngeliat dia love-love keluar dari mata lo." Danil menutup bukunya.

Radea tertawa kecil. Danil spontan menoleh ke arahnya dengan mata membulat. "Ra, lo ketawa?!" Namun saat Danil melihatnya, wajah gadis itu sudah datar kembali.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now