06 || Buas

423 74 6
                                    

Cowok itu membereskan bukunya dan memasukkan ke tas. Sesekali ia melirik, membaca gerak-gerik gadis di sampingnya. Tak seperti biasa, gadis itu juga melakukan hal yang sama seperti Danil.

Bel pulang baru saja berbunyi. Para murid berlomba-lomba keluar dari bangunan yang mencekam bagi sebagian orang itu. Biasanya saat bel, Radea bukannya bersiap pulang, tapi malah mengeluarkan sebuah buah buku untuk dibaca. Entah itu novel atau buku pelajaran. Dia memang biasanya tidak langsung pulang. Namun kali ini berbeda, dia menyimpan semua buku di tas tanpa mengeluarkan buku lain.

Danil yang heran jadi teringat bahwa Radea ada janji belajar dengan Galang di perpustakaan. Cowok itu mengurungkan niatnya bertanya.

Tadi, saat Danil datang dari kantin, Radea sudah mengurai kembali rambutnya. Gadis itu juga duduk seperti biasa—tangan dilipat di meja dengan kepala menunduk, seolah tak pernah terjadi apa-apa padanya.

"Ra, lo mau belajar, ya?" tanya Danil basa-basi sembari berdiri. Dia mencangklong tas.

Radea mengangguk tanpa menatap Danil.

"Terus kenapa nggak langsung ke sana?"

"Tunggu sepi."

Ah, harusnya Danil tidak perlu bertanya itu.

"Mau gue antarin?" tawar Danil, tapi Radea menggeleng.

"Ya udah, gue pulang duluan." Lagi-lagi Radea membalas dengan anggukan, sampai Danil terbiasa. Dijawab beberapa kali saja itu sudah rekor buat Danil, mengingat tak seorang pun yang biasanya direspons Radea selain anggukan.

"Ayo, Sep." Yosep yang hampir satu menit lalu sudah berdiri di samping Danil mengikuti langkah temannya itu. Namun sebelum itu dia menatap ngeri ke arah Radea.

Dua orang yang sekarang jarang pisah itu sedang berjalan di koridor. Sebelum ada Danil, Yosep berkumpul dengan Arka dan Sandi, kakak kelasnya. Namun saat ada Danil, dia lebih sering dengan teman barunya itu, karena mereka sekelas.

"Sep," panggil Danil, "tentang Galang yang lo bilang nggak sebaik keliatannya, itu maksudnya apa?"

"Kenapa lo kayak pensaran banget sama dia?"

"Pengen tau aja."

Yosep berdeham sembari mengusap-usap dagunya, berpikir harus menjelaskan mulai dari mana.

"Sep! Jangan ham-hem aja, jawab."

"Yang gue dengar dari mantan gue, nih, ya." Yosep mulai bercerita serius. "Mantan gue denger dari—"

"Sep," interupsi Danil, "langsung aja. Nggak perlu pakai silsilah." Bisa-bisa Danil sakit perut lagi mendengarnya.

Yosep nyengir. "Kan biar jelas kalau gue nggak ngarang."

Danil berdecak dua kali sembari geleng-geleng. "Langsung aja."

"Katanya, Galang itu walaupun usianya sama kayak kita, tapi mainnya di atas kita," ucap Yosep pelan, agar hanya Danil yang mendengar.

"Di atas kita gimana?" tanya Danil kurang paham. "Berandal? Gue juga. Lo aja belum liat brandalnya gue."

"Bukan. Lo taulah dia banyak yang suka, mungkin dia cuma menggunakan sebaik mungkin kesempatan itu."

"Cara pacarannya maksud lo?" perjelas Danil.

"Hem ... gimana, ya, Nil, jelasinnya." Yosep terus saja berbelit membuat Danil kesal.

Akhirnya Danil berhenti melangkah sebelum mereka melewati lapangan sepak bola yang cukup ramai di depan sana. Dia bersandar di pilar koridor dan menatap Yosep yang ikut berhenti.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now