29 || Marah?

254 45 1
                                    

Suara musik nyaring yang berasal dari speaker besar itu tidak mengalihkan pikiran seorang cowok yang berdiri di depan panggung. Dia fokus menatap ponselnya, menunggu balasan pesannya sejak dua hari lalu yang tidak kunjung dibalas. Semalam, tadi pagi, dia juga mengirim pesan, tetapi hasilnya sama.

"Danil!" panggil seorang gadis dengan ceria sembari menyambar lengan Danil untuk digandeng.

"Eh? Hai, Nar." Danil tersenyum menatap Naraya.

Satu hal yang ada di pikiran Danil saat menatap gadis itu, cantik. Danil memasukkan ponselnya ke jaket celana abu-abu yang dia kenakan.

"Aku denger sekolah kamu juara, ya? Selamat." Naraya sedikit berteriak agar suaranya terdengar.

"Juara dua, Nar. Thank you."

Naraya menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan mengikuti irama musik yang diciptakan oleh pemain band di panggung. Gadis itu mengalungkan tangannya di lengan Danil. Dia ikut bernyanyi bersama penonton lain.

Danil hanya menatap gadis di sampingnya itu. Dia mendesah berat, pikirannya masih pada Radea yang tidak kunjung membalas pesannya. Cowok itu meraih ponselnya lagi, mengecek notifikasi, tetapi masih nihil.

"Nil, kamu bawa motor atau ikut bus sekolah?" tanya Naraya, dia menatap Danil sekilas, lalu kembali fokus pada panggung.

"Bawa motor sendiri."

"Aku ikut, boleh?"

Danil mengangguk saja, tetapi matanya fokus pada ponsel. Dia kembali mengirim pesan untuk Radea, menanyakan kabar gadis itu.

Naraya melihat jam tangannya. "Sebentar lagi pensi selesai, ini lagu terakhir. Kita langsung pulang?"

Danil tidak menjawab. Bukan, bukan karena tidak ingin memedulikan Naraya, hanya saja dia tidak mendengar karena pikirannya hanya diisi oleh Radea.

"Nil," panggil Naraya nyaring sembari menggoyangkan lengan cowok itu.

Danil sontak menatap Naraya. "Kenapa tadi, Nar?"

Naraya mendengkus. "Chat sama siapa, sih? Cewek kamu? Kamu punya pacar?" tanyanya beruntun.

Cowok itu menggeleng. Dia langsung memasukkan ponsel kembali ke saku celana. "Temen."

"Kenapa, sih?" tanya Naraya lagi, karena melihat ekspresi Danil yang tidak bersemangat.

Padahal mereka sedang di tengah keramaian, sedang menonton konser bergabung dengan murid-murid dari sekolah lain, harusnya orang-orang yang berada di sana bahagia. Namun, wajah Danil malah terlihat tidak nyaman, padahal Naraya kenal baik dengan cowok itu, Danil bukanlah orang yang menghindari keramain.

"Nggak. Pulang sekarang aja gimana? Aku mau mampir ke rumah dulu."

"Sekarang?" Naraya mencebik, dia masih menikmati acara ini.

"Iya, sekarang. Yuk." Tidak menunggu persetujuan, Danil melepas tangan Naraya dari lengannya, lalu berganti dia menggenggam tangan gadis itu.

Tidak ada penolakan, Naraya mengikuti langkah Danil. Walaupun kurang setuju, tetapi Naraya juga tidak ingin menolak.

Keduanya berjalan pelan-pelan di tengah sekumpulan manusia. Sekitar lima menit menerobos, akhirnya mereka sampai di barisan paling belakang. Keduanya lanjut jalan menuju parkiran.

"Nar, tapi aku cuma bawa helm satu."

"Aku bawa helm kok, tadi ke sininya naik motor juga bareng temen."

"Oke."

Danil duduk di motornya, lalu memakai helm, sedangkan Naraya mengambil helmnya di spion motor temannya. Tidak sampai semenit, Naraya sudah duduk di jok belakang motor Danil.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now