13 || Trauma

424 58 0
                                    

Empat orang cowok itu joging di jalanan. Saat ada suara motor atau mobil lewat tanpa aba-aba mereka menepi, dua ke kanan dan dua lagi ke kiri. Jalanan di sana memang sepi karena bukan jalan utama melainkan jalan masuk ke sekolah SMA Bakti. Namun ada pula beberapa rumah saat masuk lebih dalam.

"Nil, lo dua kali pulang larut, nggak ketemu apa-apa?" tanya Sandi. Mereka masih berlari kecil.

"Nah iya. Gue juga penasaran. Apa beneran gosip ada hantu cewek di kos kita?" timpal Arka yang berada di samping kanan Sandi.

Mereka berjajar, hampir memenuhi jalan yang tak begitu luas. Arka paling kanan, kemudian Sandi, Yosep, barulah Danil paling kiri.

"Ada. Danil ketemu." Itu Yosep yang bicara.

Mendengar itu Danil mendelik ke arah Yosep, padahal dia sudah bilang untuk jangan bilang siapa-siapa. Namun sepertinya Yosep keceplosan, setelah bicara dia langsung dan menutup mulut rapat kemudian menatap Danil memelas.

"Cantik nggak?" canda Arka.

"Hantu mau lo pacarin juga?" tanya Sandi, mengingat temannya itu terlalu sering gonta-ganti pacar. "Ya kali hantu cantik."

"Gue nggak liat mukanya, gelap. Yang jelas rambutnya panjang diurai dan hampir nutup muka gitu," jelas Danil. Ya, tak masalah juga 'kan dia memberitahukan ini, karena nyatanya dia memang melihat.

"Denger penjelasan Danil, gue jadi keingat temen sekelas lo, Sep," celetuk Arka sambil terkekeh.

"Ye, gitu-gitu dia manusia kali," kata Yosep, "temen sebangkunya Danil, tuh."

"Loh, iya, Nil? Nggak takut lo?"

"Gue nggak takut sama manusia," jawab Danil datar.

Mereka berempat sudah berjalan pulang. Hari ini hari minggu, dan pagi-pagi sekali Yosep mengetuk setiap kamar anak laki-laki untuk mengajak joging, tetapi yang menyetujui hanya Danil, Sandi, dan Arka, sedangkan yang lainnya menggunakan liburan untuk waktu tidur sebaik mungkin.

"Eh, anjing lucu-lucu kok galak, sih." Yosep menoleh ke halaman kecil di samping jalan Danil. Ada anjing berwarna putih bersih dengan bulu panjang menggonggong ke arah mereka. Ada pagar kecil setinggi paha orang dewasa yang yang mengelilingi halaman dengan rumput hijau itu. Di pintu pagar ada dua plang, yang satunya bertuliskan 'Awas! Anjing Galak' kemudian di bawahnya ada lagi dengan tulisan 'Dilarang mendekat'. Dua-duanya tulisan itu berwarna merah.

Mereka berempat berhenti di pinggir jalan, sesekali menggoda anjing yang terus menggonggong itu dengan melemparkan batu kerikil.

"Ada yang tinggal di rumah itu?" tanya Danil. Dia jongkok di pinggir aspal sembari melempar kerikil ke dalam halaman itu. Di sana ada rumah kayu kecil tanpa cat yang tampak tak terurus.

"Nggak pernah liat ada orang di sini, sih," kata Sandi, cowok itu sudah lebih dari dua tahun tinggal di daerah ini.

Danil bangkit. "Ayo lanjut."

Kumpulan cowok dengan keringat di dahi itu kembali berlari kecil. Mereka masih sambil mengobrol ini dan itu. Dari tentang sekolah mereka yang berada di jalan masuk seperti ini, sampai alasan kenapa tetap banyak yang minat di sekolah yang tidak populer sama sekali itu.

"Alasannya, ya, Galang," kata Arka terkekeh. "Cewek-cewek yang rumahnya jauh dari SMA Bakti, tapi masih mau sekolah di sini, ya berarti karena Galang."

"Setenar itu emang dia?" tanya Danil, kurang suka.

"Iyalah. Instagram-nya, tuh, lo liat, Followers-nya udah ratusan ribu." Arka menoleh ke samping sambil bicara. "Sekolah kita 'kan setiap tahun sebelum ujian SMP selalu nyebarin pamflet tentang sekolah kita ke SMP-SMP. Lo tau isinya?"

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now