42 || E P I L O G

511 73 19
                                    

-Tidak ada yang dapat merubah seseorang, kecuali orang itu sendiri.-

*****

Langit yang sama, tanah yang sama, udara yang sama, dan jalanan macet yang tidak lepas dari Ibu Kota. Tidak banyak perubahan bahkan setelah empat tahun lebih berjalan. Jakarta yang jadi saksi bisu kehidupan banyak orang di setiap sudutnya seolah selalu menarik ke permukaan kenangan-kenangan setiap jiwa yang kembali menginjak tanahnya.

Embusan napas panjang menjadi awalan langkah yang lama tidak menginjak tanah ini. Setelah menahan diri selama empat tahun, bahkan hampir lima tahun tidak kembali ke tanah kelahiran, kini rasanya sudah saat yang tepat untuk kembali.

Kepala tegap, tatapan tegas, serta langkah tanpa keraguan itu bukanlah milik seorang Radea Tribuana sampai satu tahun lalu. Namun, kini semua sudah berubah. Tekad membawanya pada banyak kesadaran-kesadaran bahwa; tidak seorang pun dapat merubah orang lain.

Jika ingin menjadi lebih baik, maka menjadilah, jangan berharap dijadikan.

Semakin hari, semakin banyak menatap dunia yang ternyata luas, tetapi terasa sempit ini, mata akan lelah dengan seluruh perbedaan yang dia tangkap. Lelah pula melihat segala kepunyaan orang lain sedang dia tidak punya. Namun, lelah mata itu sama sekali tidak menyebabkan kepuasan, melainkan menumbuhkan rasa iri.

Mengapa aku seperti ini?
Mengapa mereka bisa seperti itu?

Setelah belasan tahun hidup dengan dua pertanyaan itu di kepala, akhirnya Radea bebas. Bebas dari pertanyaan yang begitu mengganggu setiap detiknya. Merasa berbeda, merasa tidak pantas untuk siapa pun, dan merasa tidak diinginkan siapa pun.

Radea akhirnya mendapatkan sebuah kunci dari ruang yang menjebaknya itu. Yaitu ... sebuah maaf.

Bermula dengan memaafkan semua orang yang menjadikannya manusia penuh ketakukan, ditambah orang-orang yang mendukungnya, kini Radea dapat penerangan.

Radea melambaikan sebelah tanganya yang tidak menarik koper. Gadis itu tersenyum karena pada akhirnya dapat melihat senyum di wajah itu lagi. Cowok itu menatapnya dengan mata berbinar, Radea sadar, bukan hanya dirinya kini yang bahagia.

"Apa kabar?" tanya cowok itu yang kini suaranya terdengar lebih berat di telinga Radea.

"Seperti yang kamu liat," jawab Radea.

Dia melihat penampilan cowok di depannya itu, tanpa sadar mulutnya bergerak dan berucap, "Wow."

Cowok itu terkekeh kecil, lalu mengambil alih koper yang dipegang Radea. Urat-urat tangannya adalah salah satu hal yang berubah dari sekian perubahan dari penampilannya. Dari balik jaket, Radea dapat melihat lengan cowok itu lebih berotot dan tulang-tulang wajahnya lebih menonjol. Sepertinya itu adalah hasil olahraga.

"Kenapa liatin gue kayak gitu?"

"Hm, hampir lima tahun, kayaknya kamu banyak berubah." Radea melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu menarik sudut bibir saat cowok di hadapannya memasukkan kopernya ke mobil.

"Lo juga. Sekarang udah berani liatin gue kayak gitu, matanya nakal banget," balas cowok itu yang berhasil membuat tawa Radea pecah, entah di mana lucunya.

"Danil, liat aku. Kamu kenapa, sih?" tanya Radea sambil tertawa kecil, pasalnya cowok itu sejak tadi seperti menghindari bertatap mata langsung dengannya.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang