23 || Perasaan Dimengerti

299 58 6
                                    

Langkah cowok itu menggema di koridor yang sepi. Dia berlari dengan harapan belum ada guru yang masuk di kelasnya. Karena tidak bisa tidur semalam, dia jadi kesiangan.

Danil sempat mengintip sebelum masuk kelas, dia menghela napas lega saat tidak menemukan guru di dalam sana. Perlahan, kaki cowok itu melangkah masuk kelas, matanya langsung tertuju pada tempat duduknya.

Langkah Danil berhenti saat melihat yang duduk di samping bangkunya adalah Merin. Matanya menelanjangi seisi kelas, tatapannya berhenti pada bangku Yosep. Radea di sana, duduk menunduk di samping Yosep yang tampak canggung.

Iya, Merin dan Radea bertukar tempat duduk. Entah ini ide siapa.

Danil kembali melanjutkan langkahnya, bukan menuju bangku cowok itu, tetapi menuju Radea.

Radea sadar akan langkah Danil yang berjalan ke arahnya. Gadis itu bernapas pelan dan hati-hati, dia gugup. Keringat dingin mulai membasahi dahi gadis itu. Pikiran-pikiran buruk mulai menjalari otaknya. Kemungkinan Danil membocorkan tentang kehidupannya membuat Radea meneguk saliva berat. Kedua tangan gadis itu meremas rok.

"Ra," panggil Danil saat sudah berada di samping Radea yang duduk. "Apa-apaan, nih?"

Yosep meringis menatap Danil, lalu matanya melirik Radea takut. Dia sendiri terkejut saat Radea mendatangi Merin dan meminta bertukar tempat duduk. Merin awalnya bingung, tetapi tetap setuju karena tidak ingin mengobrol lama-lama dengan Radea. Takut.

"Ra, jawab gue."

"Saya di sini aja," jawab Radea pelan. Remasannya pada rok semakin erat.

Yosep menggaruk-garuk kepalanya tidak nyaman. Dalam hati cowok itu berharap agar Danil mampu membawa Radea kembali duduk bersamanya saja. Dia tidak membayangkan duduk berdua dengan Radea yang ... ah sudahlah. Intinya Yosep takut. Dia tidak mau jantungan setiap menoleh ke sisi kanannya.

"Ayolah, Ra. Nggak kayak gini," mohon Danil.

Bukankah harusnya Danil yang marah karena Radea tidak bicara apa-apa padanya selama ini? Bukannya di sini Danil adalah pihak yang dibohongi?

Radea menggeleng.

Danil mendengkus, kedua tangannya yang semula berada di saku celana kini mengacak rambutnya frustrasi.

"Sep, pindah lo!" usir Danil. Dia berjalan melewati belakang Radea, lalu ke samping Yosep. "Lo duduk di bangku gue sama Merin."

Keadaan itu menarik perhatian murid di kelas. Ada yang bisik-bisik penasaran dengan hubungan antara Danil dan Radea, serta alasan keduanya bertengkar.

"Eh, eh, kok gue jadi pindah? Ini kursi gue, lho," ujar Yosep merasa digampangkan.

"Jadi lo mau duduk sama Radea?"

Yosep otomatis menggeleng. Ya tentu saja tidak. Karena itu, dia buru-buru berdiri, lalu mengambil tasnya yang berada di atas meja.

Dia menatap Danil sembari menepuk bahu temannya itu. "Jagain sementara bangku gue, kalau sudah akur kita balik tempat masing-masing."

Danil berdecak lalu menepis tangan Yosep di bahunya. "Pergi lo jauh-jauh."

"Dih, si Bambang. Dibantuin juga, malah jahat. Gue doain nggak baikan sampai lulus!"

Danil mendelik ke arah Yosep sebelum duduk di samping Radea.

*****

Bel pertanda istirahat akhirnya menggema. Radea membuang napas berat untuk merayakan berakhirnya pelajaran Sejarah yang membuat isi otaknya terasa terlilit. Gadis itu memasukkan buku-buku pelajarannya ke tas dengan santai. Sejak tadi kepalanya tidak pernah menoleh ke sisi kiri, tempat di mana Danil duduk.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang