41 || Bandara (END)

394 51 3
                                    

Bab terakhir.
Vote dulu sebelum baca.
Happy reading ♥

***

Waktu yang tersisa sedikit sepertinya sangat sulit dipergunakan dengan baik. Setiap detik semestinya dinikmati, buat kenangan sebanyak-banyaknya agar suatu hari dapat diingat. Dan kenangan itu bisa saja menjadi alasan atas sebuah pertemuan kembali.

Akan tetapi, Danil dan Radea tidak bisa memanfaatkan sisa waktu itu dengan baik. Mereka bahkan tidak bisa saling bicara dengan baik pula. Keduanya sibuk memikirkan yang terbaik, sampai akhirnya lupa bahwa yang benar-benar baik menurut orang lain adalah yang diinginkan orang itu sendiri.

Keputusan yang dibuat sepihak, menyakiti diri sendiri dengan niat membuat pihak lainnya bahagia. Padahal setiap orang punya rumus yang berbeda dalam menghitung kebahagiaan.

Mungkin Radea pikir dengan membebaskan Danil, cowok itu akan bahagia. Dia melakukan itu dengan menumbalkan perasaannya sendiri. Sedangkan bagi Danil, kebahagiaannya hanya dengan Radea mau menerima dan berani mengubah status mereka menjadi lebih jelas. Sekali pun dia harus melakukan hal sulit.

Namun, di tengah-tengah keduanya ada perasaan Radea yang diliputi rasa takut; takut tidak bisa menjadi yang terbaik; takut dirinya belum siap untuk sebuah hubungan serius, serta ketakukan lainnya. Hal itu Radea lakukan hanya semata-mata karena tidak ingin Danil terluka.

Kalau berbicara mengenai perasaan suka, sayang, cinta, serta hubungan memang tidak pernah ada jawaban akurat. Semua orang punya definisi yang berbeda.

Entah umur 16, 20, 25, atau bahkan 30 tahun, sebuah hubungan yang melibatkan perasaan, memang selalu diikuti masalah kompleks.

Makanya, kalau siap jatuh cinta, maka harus siap juga terluka. Dua hal itu sepaket. Dan sekarang, hal itulah yang dirasakan Danil dan Radea. Dua orang remaja yang punya perasaan saling suka, tetapi hal itu tidak cukup untuk mereka bisa bersama.

****

Ponsel di tangan Radea sejak tadi pagi menarik perhatiannya penuh. Setiap ada chat masuk, Radea selalu buru-buru membuka, tetapi setelah itu bahunya akan menurun. Lesu dan kecewa karena chat yang masuk bukan dari Danil.

Sebenarnya Radea ingin menghubungi cowok itu lebih dulu, tetapi dia tidak punya keberanian. Radea takut Danil marah dan merasa terganggu karena dirinya. Apalagi cowok itu bilang tadi malam dia akan bertemu Naraya.

Radea menggigit ujung kukunya. Perasaan bimbang yang menyerangnya ini sangat mengganggu.

"Kenapa, sih, liatin hp terus dari pagi? Barang lo udah beres semua, nih?"

"Udah, kok, Key," jawab Radea. Dia menatap satu koper dan tas ransel di samping kasur. Setengah jam lagi dia akan berangkat ke bandara.

"Ada masalah?" tanya Keyla. Dia duduk di kursi meja rias, sedangkan Radea di kursi meja belajar.

"Hm, Key. Danil kayaknya marah sama aku," cicit Radea.

"Hah?! Kok bisa? Lo ngapain emang sampe dia marah?"

"Aku ... aku nggak bisa nerima dia, Key."

"Tunggu-tunggu." Keyla mengangkat satu tangannya tanda meminta Radea berhenti bicara. "Danil nembak lo?"

"Dia bilang punya perasaan sama aku."

"Terus nggak lo terima?"

Radea menggeleng pelan dengan ekspresi sendu. Ada sesal yang sulit dijelaskan.

"Serius?! Lo tolak?! Parah banget, asli! Kenapa lo tolak?"

"Aku bingung," ujar Radea, "aku nggak bisa nerima dia. Tapi, aku ...."

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now