09 || Nonton Konser

417 64 3
                                    

"Mampir TDA dulu, ya, Nil? Jangan langsung ke kos."

Danil mengangguk setuju. Dia sekarang sudah hafal dengan Yosep yang membeli lima kaus kaki rutin. Kedua cowok itu melewati indekos untuk langsung ke TDA.

Pelayan TDA sudah hafal dengan mereka berdua, sehingga menyambut keduanya ramah. Yosep langsung mencari kaus kaki yang sudah dia hafal betul tempatnya, diikuti juga dengan Danil di belakang. Kali ini Danil ikut membeli lima kaus kaki.

Yosep melihat sekeliling, matanya berhenti tepat pada beragam jenis ikat serta jepit rambut yang tak jauh dari tempat dia berdiri sekarang.

"Gue jadi ingat Radea," gumam cowok itu masih menatap ikat rambut warna-warni yang berada sekitar lima meter di depannya.

Danil yang mendengar itu menoleh pada Yosep, kemudian mengikuti pandangan cowok itu. "Dia nggak pernah pakai ikat rambut. Kenapa lo malah ingat dia?" tanya Danil memerotes, kemudian kembali memilih kaus kaki.

"Justru itu, kalau pakai ikat rambut pasti bagus."

"Terus?" tanya Danil tak santai.

"Gue beliin, ah."

"Teguran sama dia aja lo nggak pernah, malah mau kasih ikat rambut?"

"Aneh, ya, Nil?" tanya Yosep jadi ragu. "Tapi tadi pas liat dia ketawa, lucu juga, ya, orangnya? Bibirnya kecil, imut." Yosep menjelaskannya sambil senyum-senyum. Namun sesaat kemudian kaus kaki yang masih dibungkus mendarat ke wajahnya. Danil yang lempar.

"Kampret!" umpat Yosep sembari mengusap wajahnya. Dia kemudian melangkah mendekati beragam ikat rambut itu tanpa memdulikan Danil.

Yosep tidak tahu ikat rambut yang mana yang sedang tren di kalangan perempuan. Namun pilihan Yosep jatuh pada ikat rambut berwarna hitam yang berhias bola-bola kecil warna putih. Dia juga mengambil jepitan kecil berbentuk bintang—untuk poni.

Danil hanya memerhatikan dari jauh. Dia juga tak banyak berkomentar, hanya heran saja dengan Yosep yang tiba-tiba mengingat Radea sampai membelikan ikat rambut segala. Padahal baru kemarin Yosep masih merasa ngeri kalau melihat Radea, sekarang hanya dengan mendengar gadis itu terkekeh kecil sudah hilang sisi mengerikan Radea di matanya.

Danil menaikkan kedua bahu tak ingin peduli. Dibawanya lima kaus kaki yang sudah dipilih ke kasir. Setelah selesai membayar, datang Yosep di sampingnya. Cowok itu memberikan lima kaus kaki serta ikat dan jepit rambut.

"Beneran lo beli, Sep?"

"Iyalah. Tanda terima kasih, karena berkat dia PR Matematika gue dapat seratus," kata Yosep. "Lo nggak beliin dia apa gitu? Lo 'kan yang sering dikasih contekan sama dia."

Danil menggeleng. "Nggak, buat apa juga," tolaknya. Padahal tak tahu saja Yosep, Danil juga sudah membelikan ikat dan jepit rambut lebih dulu. Hari pertama mereka ke TDA.

"Dasar, nggak tau diri."

"Resek lo!" Danil menjitak kepala Yosep, membuat cowok itu mengusap-usap kepalanya kesakitan.

"Makasih, Mbak," kata Yosep ramah setelah menerima angsulan dari tukang kasir. Kasir itu hanya membalas dengan tersenyum kalem.

Danil dan Yosep keluar TDA. Mereka langsung pulang ke indekos tanpa mampir-mampir lagi. Beberapa kali mereka disapa ramah oleh orang-orang yang berjalan kaki dan tinggal di daerah dekat indekos Bu Yen. Danil betah di sini. Semua anak-ank indekos juga baik-baik dan bersahabat.

Introvert VS Ekstrovert ✔️Where stories live. Discover now