PART 11

5.1K 229 3
                                    

"Jodohmu ada diantara wajah-wajah asing

Di jalan setapak yang biasa kamu lalui."

***

Hari ini aku bangun kesiangan. Karena bangun terlambat, aku jadi tidak fokus membantu umi di dapur. Aku menggoreng ikan sampai hangus karena kutinggal sebentar kekamar mandi. Aku juga terlau banyak memasukkan garam ke kuah sup yang dimasak umi, karena terlalu sibuk membaca chat digroup kelas yang sangat ramai. Mereka membincangkan soal dosen filsafat dakwah yang akan masuk hari ini. Hendri, ketua angkatan sudah membuat pengumuman di group.

@Hendri:

"Pengumuman-pengumuman gaes, Dosen filsafat dakwah gantinya pak Agus bakal masuk hari ini. Kao bukan ustadz Najib yang menggantikan, berarti dosen baru yang katanya super killer itu gaes. Katanya dosen yang ini lebih serem dari si ustadz Yusuf. Biasa, dia tergolong Hafidz Quran yang masih fresh graduater from Al-Azhar University, Kairo. Usianya masih 29 tahun. Denger-denger dia direktur sebuah perusahaan ternama di Kudus. Hati-hati gaes Jangan sampai telat ya gaes atau kalian akan dapat detensi dihari peratama!"

Group chat kelas ribut membicarakan soal dosen baru itu. konsentrasiku menjadi pecah dibuatnya. Entah mengapa mereka seperti sangat tertarik membicarakan dosen baru yang batang hidungnya saja masih belum nampak.

Selepas membantu umi, aku segera bersiap-siap kekampus. Andai saja aku bangun tidak kesiangan mungkin aku memiliki waktu banyak untuk membantu umi didapur. Akhirnya semuanya berantakan. Aku beragkat ke kampus tanpa sarapan.

Jam tujuh kurang seperempat, aku sampai dihalaman kampus. Aku lupa satu hal, buku filsafatku tertinggal diperputskaan. Aku menaruhnya dibagian sirkulasi di lantai tiga, kemarin. Ku kencangkan larianku supaya segera sampai di perpustakaan. Ternyata pak Syamsyul dan beberapa anak prakerin sudah sedari tadi stay on disana. Kunaiki dua tangga sekaligus untuk mempercepat langkahku karena ada sekitar limapuluh dua anak tangga yang harus ku naiki untuk mencapai lantai tiga perpustakaan.

Setelah mendapati bukuku, aku segera meletakkannya didalam tas karena tanganku sudah penuh dengan lembaran skripsi yang belum jelas pembimbingnya itu.

Aku menuruni tangga dengan cepat. Dari kejauhan pak Syamsyul terlihat akan menutup pintu perpustakaan karena lantai perpustakaan akan dibersihkan terlebih dahulu. Lantai terlihat basah, tapi aku memaksa untuk lewat karena aku tidak ingin datang terlambat dikelas pertama filsafat dakwah hari ini.

"Paaak.. jangan ditutup dulu pintunya, saya masih mau keluar!!" aku mengencangkan suaraku sambil berlarian menuruni tangga. Belum sempurna pintu tertutup, ku pegangi gagangnya dan____

Duk...

Bruuuk..

Piyaarrr..

Aku menabrak seseorang dibalik pintu. Terdengar sesuatu jatuh kelantai entah apa itu. Draft skripsiku berceceran di atas lantai yang basah, ditambah lagi kertas-kertas putih tak berdosa itu juga terkena cairan cokelat seperti cappuccino yang masih mengeluarkan asap.

"Astaghfirullah, Ya Allah.. skripsiku!" aku meraih buku-buku dan lembaran-lembaran skripsiku yang tercecer dilantai. Ku kibas-kibaskan lembaran-lembaran itu sebelum tintanya luntur kerena basah.

"Mas, hati-hati kalau jalan. Jenengan tidak tau bagaimana perjuangan saya membuat skripsi-skrip....... !?"

Lidaku berheti seketika, seperti ada yang menahan pita suaraku. Tenggorokan ku tercekat tidak bisa melanjutkan kata-kata. Mataku membulat melihat sosok yang sedang berdiri didepanku. Pria itu, dia terlihat sama persis seperti pria yang ada dalam mimpiku semalam. Sorot mata coklatnya yang teduh menenangkan. Wajah serius dan tampan parasnya sama persis dengan pria yang hadir dalam istikharahku semalam.

Gus Alfin, Pejuang Cinta Halal Di Ujung Hilal (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang