PART 17

4.1K 224 2
                                    


Bimbingan skripsi perdana akan segera dimulai. Aku berputar-putar naik turun tangga perpustakaan. Aku mencari semua literatur yang pernah ku pinjam dilantai tiga lalu menfoto kopinya dilantai dasar, dekat ruang referensi. Sebagai salah satu sahabat perpustakaan aku tidak dipungut biaya foto kopi selama itu berkenaan dengan materi kuliah. Hal ini sangat meringankan bebanku sebagai seorang mahasiswa mandiri yang tidak ingin menyusahkan umi.

Tiga jam sudah aku berkutat dengan draft skripsi. Hari ini adalah bimbingan proposal sekaligus skripsi perdana. Aku tidak ingin sedikitpun menunjukkan sebuah kekurangan dalam menyajikan draft skripsi pertamaku. Sebaliknya aku ingin lembaran-lembaran yang sudah menemaniku sejak enam bulan yang lalu itu terlihat sempurna. Apalagi setelah aku tau dosen pembimbingku adalah gus Alfin, si dosen seribu ekspektasi itu. Dia pasti menginginkan mahasiswanya mengerjakan skripsi dengan sempurna

Hampir sepuluh kali aku menuruni dan menaiki anak tangga, sampai-sampai pak Syamsyul ikut membantuku membawa buku-buku yang jumlahnya puluhan itu. Aku memang ingin mencetak rekor sebagai mahasiswa dengan nilai skripsi terbaik. Mulai dari literatur, bukti fisik berupa rekaman dan foto-foto telah kupersiapkan.

Sebagai salah satu mahasiswa dari fakultas dakwah, aku tertarik pada sebuah masalah tentang pernikahan dini. Sebuah pernikahan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Fenomena ini dipengaruhi oleh desakan zaman yang semakin mengkhawatirkan. Sehingga, membuat para orang tua gelisah dan memutuskan segera menikahkan anak-anak mereka. Padahal dari segi psikis mereka masih belum cukup umur untuk memasuki gerbang pernikahan.

Alvin Faiz Arifin, putra dari tokoh muballigh kondang, ustadz Arifin Ilham. Dia sempat menjadi salah satu icon pernikahan dini. Alvin Faiz menikah ketika usianya baru menginjak tujuh belas tahun. Ustadz Arifin Ilham memutuskan segera menikahkan putra mereka dengan beberapa alasan. Salah satunya adalah agar dia terjauh dari fitnah syahwat.

Melihat pergaulan anak-anak muda zaman sekarang memang mengkhawatirkan. Pergaulan yang bebas itu membuat para orang tua resah. Sementara, anak-anak muda dilarang menikah sebelum memasuki usia yang sudah ditentukan pemerintah. Akhirnya, mereka terjebak pada dunia pacaran. Padahal konten-konten yang ada pada gaya pacaran di jaman sekarang hampir mirip dengan konten-konten yang ada di dalam pernikahan. Ending-nya, aborsi dimana-mana. Pembuangan anak bertebaran. Tak sedikit anak belasan tahun sudah hamil diluar nikah. Selain karena didikan yang kurang dari orang tua, media-media yang menyediakan konten-konten negatif juga banyak beredar di seluruh pelosok negeri. Bahkan tontonan di Televisi sudah tidak bisa dijadikan sebagai tuntunan. Tak heran jika para orang tua lebih memilih menikahkan anak mereka diusia dini. Dari pada nanti ujung-ujungnya kehormatan anak dan keluarga mereka ternodai.

Everything is done..

Aku puas dengan hasil kerjaku hari ini. Semua file-file penting sudah siap untuk dibawa. Aku segera meninggalkan perpustakaan setelah berpamitan pada pak Syamsyul dan Dita. Aku izin absen tidak membantu pekerjaan mereka hari ini.

Tiba-tiba pak Bashir datang membawa setumpuk buku-buku tebal. Dia terlihat sangat bersusah payah membawanya. Tubuhnya yang tambun membuat dia repot. Membawa diri saja sudah susah apalagi jika ditambah buku-buku berbobot itu. Aku menghampiri dan menawarkan bantuan.

"Wah, kebetulan ada Yasmin yang baik hati dan tidak sombong. Kamu bisa bantu saya membawa buku-buku ini, kan, Yasmin?"

"Iya pak, biar saya saja yang bawa!" jawabku sigap. Aku mengambil buku-buku itu dan segera berbalik arah menuju perpustakaan

"Loh, mau kemana?"

"Keperpus pak, mau naruh buku ini."

"Siapa bilang saya mau bawa buku-buku itu ke perpustakaan? Saya mau bawa buku itu ke fakultas bahasa. Empat dosen bahasa Inggris butuh buku itu. Kamu segera antarkan buku-buku itu ya kesana, ini nama-nama dosennya!"

Gus Alfin, Pejuang Cinta Halal Di Ujung Hilal (TERBIT)Where stories live. Discover now