9. Be My Bride

4.9K 565 129
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ciyee Kak Ella mau nikah." Pekik Gika ketika memasuki studio.

Trella yang mendengar ucapan Gika langsung mengerutkan keningnya. "Hah? Sama siapa coba.." gumamnya bingung.

Gika terkekeh pelan kemudian menjawab. "Sama siapa lagi lah, Kak."

Trella terdiam sebentar, mencoba memikirkan bagaimana perempuan di depannya itu bisa menduga hal-hal seperti ini. "Gosip dari Ale ya? Bohong itu Gi."

Gika yang mendengarnya tentu terkesiap kaget, "Gausah malu sih, La. Si Ale sendiri yang bikin pengumuman kemarin sekeluarga besar." Ucap Catur yang mendengar perbincangan mereka dan memutuskan ikut bergabung.

Trella langsung bangkit berdiri sambil meraih HP nya. "Gue gak bohong. We decided to be friends. Ale ngaco emang." Ucap Trella sambil berlalu keluar dari ruangan studionya.

Trella berjalan cepat sambil mencoba menghubungi nomor Ale yang dalam tiga kali sambungan langsung diangkat oleh sang pemilik. "Kenapa, La?"

"Lo dimana, Le?"

"Di lobi studio kayak biasa.." jawab Ale heran karena tumben Trella menanyakan dimana dirinya.

Pintu lift terbuka dan Trella langsung terburu-buru masuk dan menekan lantai lobi. Sambil menunggu, perempuan itu mengetuk-ngetukkan sepatunya dan menggigit bibir bawahnya. Keluarga Ale luar biasa terkenal, kalau ucapan pria itu sampai ke mulut wartawan atau jurnalis bisa-bisa semua orang percaya ucapannya. Mau bagaimana nasibnya? Ia punya pacar dan selama satu minggu lebih ini ia merasa baik-baik saja dengan semuanya.

Ketika pintu lift terbuka, Trella langsung melangkah lebar dan Ale langsung menatapnya dengan tersenyum lebar. Trella baru sadar, pantas Ale sering kali tersenyum manis dan tertawa lebar seolah-olah terjadi sesuatu. Ia tidak ingin besar kepala, tapi mungkin saja semua ini terjadi karena Ale mengira ia akan menikah dengan pria itu.

"Le, kayaknya lo salah nangkep deh."

"Maksudnya?"

Trella berdecak. "Kita bisa ngobrol di tempat yang lebih sepi gak?"

Ale melihat sekeliling gedung studio yang memang ramai dengan manusia dan mengangguk. "Mau ngobrol apa?"

Trella menghela napas. "Gue ambil tas dulu." Ucapnya dan langsung meninggalkan Ale kembali ke lantai empat.

Ale mengerutkan keningnya bingung sambil menunggu Trella kembali. Pasalnya, hampir satu minggu lebih ini setelah ia keluar dari rumah sakit, ia harus mengejar seluruh pekerjaannya. Datang ke studio Trella pun hanya dilakukan beberapa kali dan Ale menghubungi Trella lewat telepon atau chat biasa, dan Trella membalas dan mengangkat semuanya. Tidak ada yang salah.

Sangat cepat untuk Trella kembali ke lobi setelah ia meminta izin pulang duluan pada ketiga rekannya dan membawa tasnya. Perempuan itu ingin meluruskan semua yang Ale duga selama seminggu lebih dan ia dengan bodoh tidak menyadari apa-apa. "Ayo, Le. Pakai mobil lo apa gue?"

Lingua FrancaWhere stories live. Discover now