11. Brother's Here

3.9K 531 101
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Trella Gyllian Moersjid punya ketakutannya sendiri yang tidak bisa ia ceritakan pada siapapun. Sama seperti orang lain yang punya ketakutan tapi tidak berani. Bukan karena tidak ada yang mencoba menggapai jiwa, hanya saja, terkadang rasa takut tidak bisa dijabarkan begitu saja dengan kata. Hanya saja, rasa takut terkadang hanya diri sendiri yang mengerti bagaimana.

Trella tidak pernah takut apa-apa. Ketika rumah menawarkan kehangatan, Trella bersikeras mengambil pendidikan jauh dari rumah. Beradaptasi sendiri, mencari teman baru, mendapat cinta. Trella tidak pernah takut apapun. Pendidikannya terselesaikan dengan sempurna. Wajahnya cantik. Tubuhnya dirawat dengan baik dengan proporsi yang sama baiknya.

Trella tidak pernah takut apapun.

Atau mungkin, Trella tidak takut apapun karena ia tidak pernah gagal. Karena hidupnya selalu berada di ritme yang sesuai harapannya.

Trella tidak pernah takut apapun. Sampai suatu hari ia merasa tidak punya nyali untuk menatap Ailean Madhava Lazuardi—pria yang selalu ia tatap dengan sepenuh hati.

Trella tidak pernah takut apapun karena ia tidak pernah gagal. Tapi kegagalan pertamanya harus tentang Ailean dan nyawa lain yang tidak punya salah.

Untuk bertahun-tahun hidup di dunia, Trella pertama kali merasa gagal dan hidupnya hancur malam itu.

Ia tidak ingin memeluk siapapun bahkan dirinya sendiri. Untuk berminggu-minggu, Trella membenci dirinya. Trella membenci betapa ia baru sadar ia sebenarnya bodoh. Ia benci melihat senyum Ale karena pria itu mengingatkannya pada nyawa lain yang tidak bisa ia jaga. Ia benci melihat Ale karena ia merasa bersalah pada pria itu.

--------------------

"Dith, should we just tell Ale?" tanya Wendie yang mengunjungi kantin kantor tempat Juditha bekerja.

Judith langsung menggeleng. "Ngapain lah, Wen.."

"To let him know. Biar dia stops wondering why.."

Judith masih menggeleng pelan. "Wen, Ella tuh down banget karena itu. Bayangin deh seberapa takut dia sampai ke kita pun, dia sembunyi."

Wendie menghela napas. "Gue kasian sama mereka berdua."

"Gue juga.. Tapi dengan kita ngasih tau Ale, tanpa persetujuan Ella, lo bisa bayangin gak gimana takutnya Ella nanti?"

"Percuma Wen, walaupun kita cerita. It won't erase her fear. Ella masih merasa dia yang salah sama semua ini." lanjut Judith menambahkan.

Wendie akhirnya mengangguk. "Gue cuma gak mau semakin banyak orang yang tersakiti."

Judith menghela napas. "Ella udah sakit duluan, sakit sendiri. Terus dia nyakitin Ale. Nggak tau deh nanti Rio gimana."

Wendie ikut menghela napas. "This is why we're still single, Dith. Pusing banget mikirin kisah cinta Ella.." ucap Wendie sedikit bercanda.

Judith langsung melempar kacang polong yang sejak tadi ia makan ke depan sahabatnya itu. "Rusak suasana banget lo!"

Lingua FrancaWhere stories live. Discover now