BAB 02 [Hukuman]

8.1K 400 12
                                    

Matahari terlihat bersinar begitu terik hari ini, membuat gadis yang tengah berdiri di lapangan tersebut menghela napasnya pelan sambil sesekali mengipasi bagian lehernya dengan telapak tangannya.

Gadis itu tahu jika sinar matahari di pagi hari seperti ini itu menyehatkan, namun tetap saja gadis tersebut tidak terlalu suka berdiri lama-lama dibawah sinar matahari.

Meira, gadis itu menatap seorang kakak kelas yang berdiri dihadapannya tengah asyik memainkan ponselnya. Kakak kelas itu adalah kakak kelas yang tadi ada di meja absensi, yang dengan teganya menyuruh Meira menulis di buku absensi jika dirinya terlambat.

"Kak." Panggil Meira yang membuat siswa tersebut menatap kearahnya.

"Ada apa?" Tanyanya sambil memasukan ponsel miliknya kedalam saku almameter yang dikenakannya.

"Ketua OSIS-nya lama banget, sih, ini udah panas, loh." Ujarnya sambil mengipasi lehernya dengan telapak tangannya.

"Tunggu aja! Sebentar lagi, Marvel pasti kesini."

Meira mendengus kesal. Sejak tadi dia berdiri disini karena menunggu si ketua OSIS yang bernama Marvel tersebut. Seperti yang diketahui oleh Meira jika Marvel lah yang akan menghukum peserta MOS yang terlambat, yaitu dirinya saja tidak ada peserta yang lain. "Aku udah la_"

Ucapan Meira terpotong begitu saja saat melihat sosok lelaki tampan yang berjalan kearahnya dengan almameter yang masih melekat sempurna dibadannya.

"Cuma dia doang, kan, yang terlambat?" Tanya Marvel kepada rekan OSIS-nya itu sambil menatap kearah Meira yang memutar bola matanya malas.

"Iya, cuma dia." Jawab lelaki tersebut yang juga tengah menatap kearah Meira.

"Kak, bisa kasih tau hukumannya sekarang? Aku udah kepanasan disini." Kata Meira.

Lelaki dengan mata sipit itu tersenyum singkat melihat Meira yang nampak sudah kepanasan seperti ini. Keringatnya saja sudah membasahi bagian dahinya. "Kamu telat berapa menit?" Tanya Marvel kepada gadis yang kini menatapnya.

"Satu detik." Jawab Meira ketus setelah mengingat hanya terlambat satu detik saja tetap saja mendapatkan hukuman.

Marvel nampak mengangguk-anggukan kepalanya singkat tanda mengerti. "Kalo gitu, lari memutari lapangan basket ini satu kali."

"WHAT?"

"Kenapa teriak, ada yang salah? Itu memang sudah peraturan sekolah ini."

Meira mendengus sambil menatap kesal Marvel. Meira benar-benar tidak habis pikir dengan lelaki didepannya ini. Meira tidak mau lagi berlari, apalagi ini harus lari memutari lapangan basket.

"Kakak ketua OSIS yang terhormat. Aku bener-bener gak menyukai sifat kakak!" Ujar Meira dengan kesal.

Marvel mengerutkan dahinya tidak mengerti akan ucapan Meira ini. "Kenapa kamu tidak menyukai sifat saya? Saya tidak kejam, saya juga tidak kasar, jadi apa yang membuat kamu tidak menyukai sifat saya?" Tanya Marvel dengan nada santai.

"Semua sifat yang kakak punya. Sok ramah, sok disiplin, senyum sana sini tapi masih aja hukum aku buat lari memutari lapangan satu kali, aku itu gak suka lari!" Jujur Meira yang greget kepada ketua OSIS ini. "Emang yah gak ada kasihan-kasihannya sama kaum cewek." Lanjut Meira yang diakhiri dengan decakan kesal.

Marvel sempat tersenyum kecil mendengar gerutuan gadis dihadapannya ini. "Itu juga karena kamu melanggar peraturan."

"Aku itu cuma telat satu detik, satu detik. Kenapa gak mau kasih toleransi, sih?" Meira berujar dengan sangat kesal.

"Peraturan tetap peraturan!" Tegas Marvel tidak mau dibantah sama sekali. "Lagian hanya satu kali putaran, dan itu tidak akan membuat kamu pingsan ditempat." Lanjutnya.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now