BAB 18 [Surat Biru]

4.3K 283 30
                                    

ALHAMDULILLAH, AKHIRNYA AKU BISA UPDATE CERITA INI JUGA 😍 POKOKNYA SEKARANG AKU BAHAGIA BANGET KALO UPDATE SOALNYA AKU UDAH SLOW UPDATE DARI 2 MINGGU KEMARIN 😌

BISA AKU MINTA KE KALIAN BUAT JANGAN TINGGALKAN LAPAK INI WALAUPUN AKU SLOW UPDATE? BISA AKU MINTA KE KALIAN BUAT TETEP SETIA MENUNGGU CERITA INI? KALO BISA, AKU AKAN TERUS UPDATE WALAU SLOW, TAPI KALO ENGGAK KAYANYA LEBIH BAIK AKU FAKUM LEBIH DULU SAMPAI AKU GAK SLOW UPDATE LAGI. JADI, KALIAN PILIH YANG MANA? 🙈

AKU HARAP READERS, VOTES, DAN COMMENTS-NYA GAK BERKURANG 😓 JADI, AYOK DI VOTE DAN COMMENT ☺️ AKU BUAT INI BUTUH PENGORBANAN EXTRA KARENA MIPIL-MIPIL SETIAP HARINYA BUAT NGETIK, PALING LAMA SEHARI SATU JAM 😣

SEMOGA KITA DI PERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA ❤

BYE 😱

•••••

Koridor sekolah yang berada di lantai satu ini terlihat sepi tidak seperti pagi tadi yang ramai oleh siswa siswi yang berlalu lalang untuk menuju ke kelasnya masing-masing, karena koridor ini termasuk koridor utama yang menghubungkan berbagai koridor lainnya. Koridor ini begitu sepi karena jam ini masih termasuk kedalam jam pelajaran bukan jam istirahat, sehingga para siswa siswi di wajibkan berada didalam kelasnya masing-masing untuk mengikuti pembelajaran.

Di koridor tersebut, terlihat seorang gadis dengan seragam sekolah yang masih terlihat baru, tengah berlari kecil dengan tangan kiri memegang sebuah ponsel yang terlihat baru juga, sedangkan tangan kanannya memegangi rok sekolahnya dengan bibir yang dia gigit.

"Aihhh, ini toilet perlu gue pindahin kayanya." Gadis dengan nametag Meira Adeliza tersebut menggerutu dengan kedua kaki yang berlari pelan dengan terpaksa karena dirinya sejak tadi menahan diri ingin pergi ke toilet.

Meira menatap kedua kakinya sambil kembali menggerutu pelan. Dirinya tidak suka berlari, meskipun berlari kecil seperti ini. Namun, jika dirinya tidak seperti ini, Meira takut tidak akan bisa menahan dirinya sendiri. Jika itu sampai terjadi, maka itu tidak akan lucu untuk Meira, malu iya.

Burghhh

"Eh, maaf, maaf." Didalam hatinya, Meira mengumpat dirinya sendiri disaat tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang yang berjalan dari berlawanan arah dengannya.

"Iya, gak papa kok."

Meira mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang dia tabrak. Dari suaranya saja Meira merasa sedikit mengenalnya. Dan benar saja, disaat kepalanya mendongak, Meira dapat melihat wajah cantik alami dengan alis yang begitu indah.

"Sekali lagi, maaf kak." Meira memaksakan senyumannya untuk terlihat didepan gadis tersebut. Sebelum akhirnya dirinya memilih untuk segera pergi.

Disepanjang koridor yang Meira lewati, Meira menggerutu kesal dengan bibir yang mengerucut. Dia tidak ada hentinya mengatakan hal yang tidak-tidak tentang seniornya yang tadi dia tabrak. Senior yang tidak lain adalah Agatha tersebut, entah kenapa selalu terlihat sempurna di mata Meira. Membuat Meira merasa takut jika Marvel akan berpaling darinya, apalagi Marvel dan Agatha begitu dekat.

"Jangan sampai, jangan sampai." Meira menggeleng pelan bersamaan dengannya yang masuk kedalam salah satu bilik toilet untuk menuntaskan keinginannya tadi.

Setelah beberapa menit berada didalam bilik toilet tersebut, Meira segera keluar dari sana dengan hembusan napas yang terdengar begitu lega.

"Gue cantik, iya." Meira bergunam sambil menatap bayangan wajahnya yang terpantul di kaca wastafel. "Tapi kenapa masih cantikan kak Agatha, sih." Meira menggentakan kakinya dengan kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now