BAB 07 [Dekat]

6.3K 328 5
                                    

Tidak terasa bila besok adalah hari terakhir MOS, dan tentu itu membuat Meira bernapas lega karena jujur, Meira sangat ingin MOS segera berakhir dengan cepat.

Di hari terakhir MOS, OSIS SMA Meteor mewajibkan seluruh peserta MOS untuk ikut serangkaian acara yang akan dilakukan di sekolah dari siang sampai malam hari. Oleh karena itu, seluruh peserta MOS dan OSIS harus menginap di sekolah selama satu malam.

Malam ini Meira terlihat berkacak pinggang sambil menatap tempat tidurnya yang sudah terdapat sebuah ransel. Ransel itu belum tertutup sehingga masih terlihat isinya.

"Masih ada yang ketinggalan gak, ya?" Meira bertanya pada dirinya sendiri dengan jari telunjuk yang mengetuk-ngetuk dagunya pelan.

Drett... Drett... Drett...

Pandangan Meira teralihkan dari ranselnya kearah ponsel yang bergetar diatas nakas samping Meira. Dengan gerakan cepat, akhirnya Meira meraih ponselnya tersebut.

Senyum Meira mengembang melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini. Tidak ingin membuat yang menelpon menunggu lama, Meira akhirnya segera mengangkat panggilan itu.

"Halo."

"Iya, ini dengan siapa?" Suara Meira dibuat berat agar terdengar seperti suara seorang lelaki.

Setelah tidak mendengar jawaban dari sebrang sana, Meira menahan tawanya dengan cara menjepit hidungnya sendiri. Mengingat bagaimana suaranya tadi pasti membuat orang yang menelponnya kebingungan.

"Halo." Meira kembali berucap dengan suara yang terdengar berat.

Seseorang disebrang sana menghela napasnya pelan, membuat Meira tersenyum kecil. "Jangan becanda, sayang!"

"Ya, kok tau, sih?" Meira membuang napasnya kasar setelah berucap.

Marvel, lelaki itu terkekeh pelan disebrang sana yang justru membuat bibir Meira mengerucut sebal. "Aku hafal suara kamu, meskipun kamu ubah kaya apapun." Ujar Marvel sambil terkekeh pelan.

"Ya, pura-pura gak tau, kan, bisa."

"Ya udah, mau diulang lagi?"

"Gak, usah, udah telat!" Ketus Meira sambil menghentakkan kakinya.

Marvel kembali terkekeh mendengar nada kesal Meira. Meira memang sangat menggemaskan baginya. "Kamu udah siap-siap buat besok?" Akhirnya Marvel mengutarakan niat awalnya menelpon Meira.

Meira mengangguk pelan meskipun Marvel tidak bisa melihatnya. "Iya, udah, kok." Jawabnya yang terdengar masih kesal.

"Udah masukin obat penambah darah kamu ke ransel?"

Meira menepuk dahinya pelan. Dia baru saja ingat jika obat penambah darah miliknya belum masuk kedalam ranselnya.

Meira memang sedari kecil darahnya suka rendah, dan dia harus selalu menyediakan obat itu takut-takut tekanan darahnya akan kembali rendah karena mengikuti berbagai kegiatan nantinya. Meskipun di sekolah akan ada obat-obatan yang lengkap, namun Meira harus tetap selalu sedia sendiri bukan?

"Aku lupa, Vel." Ujar Meira sambil menyengir lebar. "Aku mau tanya sama bunda dulu, ya?" Lanjut Meira.

"Ya udah sana. Tidurnya juga jangan kemalaman!" Ingat Marvel.

"Siap, bos!"

Setelah mengatakan itu, panggilan pun terputus dan Meira segera berjalan kearah pintu kamarnya yang tertutup. Dia akan bertanya kepada bundanya, apakah bundanya masih ada persediaan obat untuknya atau tidak, karena persediaan Meira sudah habis kemarin.

MarvelMeira [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ