BAB 13 [Kalung Berbandul]

4.9K 313 37
                                    

Hay readers 👋 masih bertahan di cerita ini, kah? Masih dong ya, jangan pada kabur dulu! 😭

Maafkan lah jari-jari ini yang sempat males buat lanjutin cerita ini karena respon kalian di lapak ini aku rasa kurang 😶 maafkan lah juga otak ini yang lagi susah mikir kelanjutan cerita ini 😩

BUAT KALIAN, AKU BENAR-BENAR BUTUH SEMANGAT BIAR GAK DAWN YANG BISA BUAT AKU GAK LANJUTIN CERITA INI LEBIH LAMA LAGI, KAYA CERITA SEBELAH 😖 JADI JANGAN PELIT-PELIT YA BUAT KASIH VOTE SAMA COMMENT 😟

SEMOGA KITA DIPERTEMUKAN LAGI DI PART SELANJUTNYA 😔

BYE 👻

•••••

Ini bukan kali pertamanya Meira menginjakan kakinya di kantin sekolah yang luas ini, tapi tetap saja Meira masih merasa asing dengan tempat ini. Sebenarnya bukan hanya tempat ini, tapi disetiap sudut sekolah ini pun masih terasa asing untuknya, mungkin karena baru berapa hari Meira berada disini sehingga dia belum terbiasa dengan suasana sekolah barunya.

Sebagai siswi baru di sekolah ini, tentu butuh adaptasi lama agar rasa nyaman bisa hadir di setiap harinya. Beradaptasi dengan lingkungan, suasana, dan juga teman-teman baru sangat di butuhkan untuk menunjang rasa nyaman sehingga mampu membuatnya betah ber sekolah disini.

Seperti saat tadi, Meira yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam kantin sekolah merasa sedikit terkejut dengan suasana kantin yang berbeda dari hari sebelumnya. Kantin terlihat ramai sekali dengan kebisingannya disetiap sudut, membuat Meira harus membiasakan telinganya mendengar keributan yang di buat oleh siswa siswi selama berada di kantin.

Bukan hanya itu, Meira tiba-tiba juga merasa risih dengan beberapa tatapan dari senior lelaki yang di lewatinya. Sesekali mereka yang dilewati oleh Meira juga bersiul sambil terkekeh pelan, entah itu tertuju untuk Meira, Qia, atau justru Angel yang memang saat ini bersamanya.

"Gila, kantin ternyata ramai banget dari pada kemarin." Celetuk Qia setelah melewati segerombolan senior setelah tadi mereka memesan makanan untuk mereka makan siang ini.

"Gue ngerasa malu, berasa kalo disini junior itu jadi santapan tatapan mereka." Timpa Angel saat dirinya melihat beberapa seniornya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi disekitar sini, akhirnya Meira menarik tangan Qia dan juga Angel agar berjalan semakin cepat menuju kesebuah meja kantin yang belum berpenghuni. Meja tersebut berada jauh dari keramaian kantin, dan Meira pikir ini adalah tempat yang cocok untuk junior seperti mereka.

"Kalo bukan senior, kayanya udah gue colok matanya." Meira berkata lirih sambil melirik kedua sahabatnya setelah mereka menempati meja yang dimaksud oleh Meira tadi.

Angel dan Qia mengangguk bersamaan sebagai bentuk persetujuan dengan apa yang dikatakan oleh Meira. Ketiga gadis itu pun akhirnya kembali menatap kesekelilingnya dengan tatapan menilai.

"Mei." Qia memanggil nama gadis itu dengan suara yang terdengar lirih, membuat Meira menatapnya dengan tatapan bingung dan juga tatapan meminta kejelasan. "Liat arah jarum jam yang nunjuk angka delapan!" Lanjutnya lagi sambil melirik Meira.

Meira yang mulai memasang tampang polosnya itu, menatap Qia dengan dahi yang sedikit mengerut. Lalu dibeberapa saat kemudian, Meira mengangkat tangan kanannya yang sejak tadi memegang ponsel berwarna rose gold miliknya. Melihat layar lookscrene yang memperlihatkan gambar jam dinding yang menunjukan pukul sepuluh lebih lima.

"Qi, apaan, sih?" Meira menatap Qia kembali dengan tatapan yang sedikit kesal. "Ini jarum pendek nunjuk angka sepuluh, sementara jarum panjangnya diangka satu. Gak ada jarum jam yang nunjuk angka delapan." Ujarnya menjelaskan.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now