BAB 27 [Lay dan Angel]

2.7K 196 38
                                    

Suara riuh itu menggema di setiap sudut lapangan basket indor yang terbilang luas dan megah ini. Teriakan penuh nada penyemangat saling sahut menyahut dari setiap barisan bangku penonton yang hampir terisi penuh oleh siswa siswi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas.

Seperti biasa di setiap bulannya, akan ada hari di mana setiap kelas free dari pembelajaran dan hanya akan ada kegiatan di luar pembelajaran seperti kebersihan, dan kesehatan. Dan pada hari ini, sekolah mengadakan kegiatan kesehatan yang berpacu pada olahraga. Oleh karena itu hari ini diadakan pertandingan basket dan beberapa pertandingan lain yang wajib di ikuti oleh perwakilan dari kelas masing-masing.

Berbeda dari biasanya, pertandingan basket kali ini tidak di lakukan antar kelas, namun antar organisasi-organisasi yang ada di sekolah ini. Tepatnya pada detik ini, berlangsung pertandingan antara organisasi OSIS dan Dewan Ambalan.

Pertandingan kali ini cukup sengit dengan para pemain yang terlihat lumayan mahir saling adu, dan juga para pendukung yang saling beradu suara memberikan semangat kepada tim yang di dukungnya.

Anggota OSIS khusunya lelaki memang memiliki kharismanya masing-masing, jadi tidak heran jika banyak penonton yang mendukung tim OSIS. Terlebih, pemain basket dari tim OSIS kali ini adalah anggota-anggota yang paling tersorot semenjak organisasi OSIS tahun ini terbentuk. Seperti, Fino sang cassanova OSIS, Rangga sang kutu buku namun terkenal karena ketampanannya walaupun berkaca mata, dan yang terakhir yang paling utama adalah seorang lelaki berkaos basket dengan nomer punggung sembilan puluh enam. Lelaki itu yang paling banyak di sorot oleh mata kaum perempuan.

Pemain dengan nomor punggung sembilan puluh enam tersebut telah menjadi sorotan sejak pertandingan basket di mulai. Lelaki dengan pakawan tinggi dan lumayan bersisi itu bermain dengan sangat cekatan, itu terlihat dari pergerakan tubuhnya yang membuat banyak siswi menjerit dan bersorak meneriaki namanya. Marvel, sang ketua OSIS sekaligus menyandang sebutan prince di sekolah ini selama tiga tahun berturut-turut.

Tidak kalah dengan tim OSIS, tim dari Dewan Ambalan pun memiliki pendukung yang lumayan banyak. Soarakan penuh semangat terdengar menyoraki tim tersebut. Anggotanya tim ini juga bisa di katakan bagus dari dua sisi. Bagus dalam permainan mereka, dan bagus wajah-wajah mereka.

Selain itu, sama seperti anggota OSIS. Anggota Dewan Ambalan ini terkenal oleh teman-temannya maupun adik kelasnya. Terutama yang baru menginjak kelas sepuluh tentu mengenal satu persatu anggota Dewan Ambalan ini, karena dalam seminggu mereka saling bertemu dan berhadapan di ekstra kulikuler pramuka yang wajib di ikuti oleh seluruh kelas sepuluh.

Seperti Marvel, Pradana Dewan Ambalan yang hari ini ikut bertanding basket tersebut juga sama-sama memiliki banyak penggemar yang kebanyakan adik kelasnya. Selain tampan, ia juga terlihat sangat tegas di setiap waktu. Tegas yang tidak membuat mereka ketakutan, namun terkagum-kagum.

Disalah satu kursi penonton yang berada di sebelah kanan. Meira memperhatikan dengan tatapan malas pertandingan yang semakin lama semakin memanas itu. Diantara siswi-siswi yang ada di sekelilingnya, mungkin hanya ia saja yang terlihat tidak tertarik dengan pertandingan ini.

Disaat Meira menatap pergerakan Marvel diatas lapangan, tidak sengaja Marvel ikut menatapnya. Lalu lelaki itu tersenyum kearahnya sambil menggiring bola basket dengan tangannya. Dan seketika pula, teriakan para siswi yang melihat Marvel tersenyum saling menyahut. Hal ini membuat Meira cemberut dan sedikit menggerutu.

Meira tentu sadar, gadis-gadis alay tersebut pasti mengira Marvel tersenyum kearah mereka. Dalam hati Meira, Meira mengatai mereka dengan hal yang tidak-tidak. Dan ketika tanpa sengaja tatapannya bertemu kembali dengan Marvel, Meira memalingkan tatapannya dan bertingkah seperti seseorang yang sedang menguap.

MarvelMeira [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя