BAB 03 [Pesona Korea]

7.7K 380 6
                                    

My Pacar😚 :
Besok aku jemput kamu, sayang. Jangan marah lagi, dan aku minta maaf untuk hari ini. Love you 💕

Itulah pesan terakhir yang didapatkan oleh Meira malam tadi. Karena pesan itu pula, Meira harus rela bangun pagi-pagi dan berangkat sekolah pagi-pagi agar bisa menghindari cowok yang beberapa hari ini membuatnya kesal.

Didalam sebuah hubungan memang pastinya akan selalu ada masalah yang menerpa, yang mampu mengajarkan kita bagaimana caranya bersyukur saat hubungannya tengah berjalan baik, dan juga bagaimana cara kita untuk mempertahankan seseorang yang menurut kita pantas untuk dipertahankan.

Pada dasarnya semua punya sisi baliknya. Ada sedih terus senang, miskin terus kaya, cinta terus patah hati. Semuanya akan berputar dengan sendirinya, tinggal bagaimana cara kita menjalani semuanya saja.

Seperti sekarang, Meira dan pacarnya dalam hubungan yang tidak baik. Jadi untuk mendinginkan pikiran Meira terlebih dahulu, Meira memilih sedikit menghindarinya, daripada Meira memaksa untuk saling berhadapan dengannya yang justru hanya membuat emosi Meira semakin membesar nantinya.

"Ayah, bunda, kakak, aku berangkat dulu."

Meira berujar sambil mencium orang tuanya dan kakak perempuannya yang tengah duduk di meja makan secara bergantian.

"Kamu gak mau sarapan dulu?" Tanya bunda Meira sambil menatap Meira yang tengah meminum susu buatan bundanya.

Meira tidak segera menjawab, dia masih saja meminum susunya sampai tandas tidak tersisa. "Gak, bun, minum susu udah buat aku kenyang." Jawab Meira yang kini bergerak untuk mencium punggung tangan orang tuanya dan juga kakaknya. "Assalammualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Kamu mau berangkat sama siapa?"

Meira yang sudah berjalan beberapa langkah dari meja makan, kini menatap kearah ayahnya yang bertanya. "Aku minta dijemput Lay, yah." Jawabnya yang setelah itu segera meninggalkan mereka dengan tergesa-gesa.

"Tumben Meira berangkat pagi seperti ini." Kata bunda Meira sambil mengambilkan nasi untuk suaminya.

Gita, kakak perempuan Meira yang kini berusia dua puluh satu tahun itu juga menatap aneh kearah perginya Meira. "Meira juga tumben gak cemberut kalo gak dijemput dia." Katanya yang diangguki oleh bundanya.

•••••

Meira duduk disebuah halte sambil menendang-nendang kerikil yang ada didepannya. Dia sudah duduk manis disana sejak lima menit yang lalu, namun Lay belum juga kelihatan sampai sekarang.

Saat Meira masih berada di rumah, Lay bilang jika dia sudah akan kesini, namun nyatanya setelah lima menit Meira berjalan dari rumahnya untuk keluar dari perumahan sampai halte ini dan ditambah pula dengan Meira yang duduk disini selama lima menit, Lay belum juga sampai.

"Lay lama banget, sih, padahal rumahnya gak jauh dari perumahan ini. Kalo sampai dia lewat duluan gimana?" Gerutu Meira kesal.

Meira menatap jam tangannya yang menunjukan pukul enam pagi, lalu matanya berpindah ke arah dua lututnya yang masih terluka akibat insiden kemarin. "Udah lututnya sakit." Katanya sambil mengingat sang ketua OSIS yang menyebalkan itu.

Tin... Tin... Tin...

Meira menaikan pandangannya setelah mendengar klakson motor didepannya.

Pengendara motor ninja itu membuka helm fullface nya, membuat Meira dapat mengenali lelaki bermata sipit itu. "Lo lama banget, sih, Lay. Untung dia belum dateng." Kata Meira yang kini mulai menghampiri Lay.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now