BAB 12 [Hari Sial]

4.7K 289 21
                                    

Hay... Hay... Hay...

Aku balik lagi di cerita ini 💃 maaf ya buat yang udah nungguin kelanjutannya dari dulu tapi baru hari ini aku NEXT 🙏 maafkanlah aku dan ide ku yang lagi tenggelam entah kemana untuk cerita ini 😫🙏 dan makasih juga buat kalian yang dukung aku beserta cerita ini, aku harap kalian belum pada kabur dari lapak ini, ya. Jangan kabur ninggalin aku, dung! 😂

Udah gitu aja, jangan lupa VOTE dan COMMENT biar cepet NEXT 😆

•••••

Kedua tangan Meira sudah menyentuh bagian paling atas tembok tinggi ini dengan bantuan tangga yang tadi dia pinjam dari warung yang berada tidak jauh dari sini. Keringat Meira juga sudah terlihat mengalir dari dahinya, karena dia merasa lelah setelah menggotong tangga seorang diri, dan juga ditambah dengan rasa takut karena harus menaiki tangga tersebut.

Tidak ada cara lain selain ini agar Meira bisa masuk kedalam sekolahan tanpa harus mendapatkan hukuman. Dan Meira juga berpikir, daripada dirinya pulang dan berakhir membolos yang pasti berakhibat mendapatkan wejangan dari mamahnya dan juga Marvel, Meira lebih memilih cara ekstrim ini agar bisa tetap sekolah.

"Huhuuuuuu, gak mau kaya gini lagi." Gumam Meira sambil memosisikan dirinya untuk duduk dibagian paling atas tembok ini.

Setelah duduk dengan benar, tangan Meira segera memegang tembok dengan kuat karena matanya tidak sengaja menatap rumput yang ada dibawah sana. Dia tiba-tiba merasakan pusing setelah melihat jarak yang cukup tinggi antara tempat dimana Meira duduk dengan tanah dibawah sana.

"Ini kenapa tinggi banget, sih?" Ujar Meira dengan kedua tangan yang sudah gemetaran. "Nyesel gue manjat kaya monyet gini." Lanjutnya lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Rasanya Meira ingin menangis saja sekarang disaat dia merasa bingung antara turun dari sini dengan cara meloncat, atau memutar tubuhnya saja dan kembali turun menggunakan tangga dibelakangnya. Jika lebih memilih loncat kebawah sana, Meira tidak yakin jika kedua kakinya akan baik-baik saja. Namun jika dia memilih opsi kedua, kakinya saja sudah gemetaran seperti ini, bagaimana caranya dia turun dengan kaki yang gemetaran coba?

"Huhuuuuuu, masa gue harus stay disini, kan, gak lucu."

"Ah, itu apa lagi? Mampus, mampus lo, Meira!"

Meira bergumam dengan nada sangat panik setelah matanya menangkap sebuah bayangan hitam yang berada di koridor sana. Tolong katakan, jika belakang sekolah ini tidak termasuk kedalam salah satu bagian sekolah yang harus diperiksa oleh OSIS atau guru, kan, setelah bel masuk berbunyi untuk menangkap siswa siswi yang terlambat sepertinya?

Memikirkan itu membuat Meira mulai bergerak panik ditempatnya. Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Padahal dia sudah berjuang mati-matian untuk sampai sini tadi, tapi masa sekarang dia harus tertangkap basah juga, sih? Kan, benar-benar tidak lucu.

"Kenapa kamu ada disitu?"

"Mampus."

Meira membatin saat tubuhnya hendak berbalik untuk kembali turun dari sini menggunakan tangga dibelakangnya. Tapi sepertinya niatnya ini tidak di ridhai oleh yang diatas, sampai dirinya sudah ketahuan lebih dulu sebelum berhasil kabur.

"Meira." Entah sekarang Meira harus suka atau tidak dengan suara yang baru saja memanggil namanya itu.

Setelah beberapa detik terdiam, pada akhirnya Meira memilih memosisikan tubuhnya seperti semula. Menatap sosok yang sudah berdiri tidak jauh darinya dengan senyum tipis andalan Meira.

"Hay, pagi Marvel." Ujarnya kikuk sambil melambaikan tangan kanannya kearah Marvel.

Marvel yang berdiri disana dengan posisi kedua tangan masuk kedalam saku celananya, menatap kearah Meira dengan sebelah alis yang terangkat. "Terlambat?"

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now