CHAPTER 11

19.3K 2.4K 78
                                    

#11

Keajaiban kini tengah terjadi di basecamp geng bobrok yang beranggotakan enam manusia itu. Kamera pun sedari tadi tak henti-hentinya menyoroti wajah Diki-- guna mengabadikan momen langka ini. Lelaki itu kini tengah belajar bersama Nata. Suatu keajaiban selama 17 tahun Diki hidup, yaitu belajar.

Alasan dibalik ini semua karena perintah Daffa. Pria itu memberi syarat agar Diki belajar dan meningkatkan kualitas otak setidaknya 0,00001%-- baru Daffa akan memaafkan Diki dan merestui hubungannya dengan sang adik. Walau realitanya, Zana belum juga mau menerima Diki. Miris.

Fikri menjepit hidungnya dengan kedua tangan. "Saya mencium bau-bau kebucinan."

Diki menatap nyalang. "Masih gue dengerin, belum gue copot jantung lo!"

"Aku nggak denger, aku tutup mata." Ucap Fikri dengan telapak tangannya yang menutupi kedua mata.

Zikri memejamkan matanya, lalu meraba dada Fikri. "Sepertinya saya melihat banyak kebegoan yang natural dalam diri anda.

"Makasih buat yang lebih bego." Jawab Fikri.

Nata menatap mereka bertiga dengan datar, si empu yang memang tengah meminta bantuan Nata pun memberikan cengiran kudanya.

"Kasih soal yang nggak susah dong Nat. Ini susah banget dah suwer." Keluh Diki.

Nata menarik kembali lembar soal itu-- dan seperti yang ia lakukan pada Elzi tadi. Ia mengerjakan-nya hingga selesai sebagai contoh, lalu membuatkan Diki soal yang hampir serupa.

Di basecamp kini hanya ada mereka berempat. Daffa dan Regan tengah keluar untuk mencari makanan.

Nata melihat Diki yang tengah berkutat dengan soal, lalu ia mengalihkan pandangannya kepada dua manusia kembar yang tengah memakan cemilannya.

"Nggak mau belajar?"

Mendengar pertanyaan Nata sontak Zikri pun langsung tersedak. "Belajar? Kata kerja jenis apa itu?"

"Kita udah pernah Nat. Berat, biar Diki aja." Fikri ikut menimpali.

"Gini nih, kalo otak cuma 1/4 sendok nyam-nyam." Celetuk Diki dengan mata yang masih fokus pada buku.

"Ikan hiu makan permen. Pakyu men!"

"Udah pinter pantun lo? Kapan ke rumah Jarjit? Kok nggak ngajak gue?" celetuk Zikri.

"Gue gibeng lo!"

Decakan kesal akhirnya lolos dari bibir Nata. Sepertinya sulit sekali mengembalikan kewarasan mereka semua. Ingin rasanya Nata menengadahkan tangannya dan berdoa demi kualitas otak mereka yang tergolong kecil.

"Nat gue mau tanya nih. Lo 'kan pinter siapa tau bisa bantu gue." Ucap Zikri.

Nata mengangkat alisnya-- mempersilahkan Zikri untuk angkat bicara.

"Emang bener kalo daun telinga nggak disiram air bakal layu?"

"Idagot." Celetuk Nata.

"Apaan tuh?" tanya Zikri.

"Idiot dari zigot." Jawab Nata dengan mimik datarnya.

Mendengar ejekan Nata membuat Diki dan Fikri terbahak.

Zikri mengusap dadanya. "Kata-kata lo Nat, tembus sampe jantung."

Pria dingin itu tak menggubris lagi, ia lebih memilih mengerahkan seluruh atensinya pada benda pipih digenggamannya.

"Nata gitu yah, sekali ngomong bau kentut." Curhat Zikri mendramatisir.

"Makanya, Zik. Jangan mentang-mentang bego gratis sama lo di borong semua." Celetuk Diki usai meredam tawanya.

NATA [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang