CHAPTER 14

16.7K 2.2K 82
                                    

#14

Bola mata Nata menatap nanar dua gundukan tanah yang berdampingan. Semilir angin yang berhembus tenang seolah menjadi melodi untuk menyempurnakan keheningan di sana. Pria itu berjongkok dan mulai mencabuti rumput-rumput liar yang mengelilingi makam tersebut. Mulutnya masih enggan untuk sekedar menyuarakan satu kalimat. Bahkan, yang terdengar hanyalah gesekan dedaunan yang beradu karena terpaan angin.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Nata meletakkan setangkai mawar di masing-masing gundukan bernisan itu. Masih dengan posisi yang sama, bola mata Nata menelisik batu nisan di hadapannya. Lengkungan bibir yang membentuk garis tipis terbit di wajahnya. Perlahan, jemarinya meraba nisan usang tersebut.

"Maaf, Nata baru sempet ke sini." Nata mulai bersuara. Mencoba memecahkan keheningan yang sempat menyelimuti.

Nata terkekeh, "kalian jangan marah. Nata janji nggak bakal telat ke sini lagi."

Sejurus kemudian, matanya berubah sendu dengan senyuman miris yang menyeimbangi mimiknya. "Semuanya semakin berantakan. Bahkan Nata udah mati rasa sama yang namanya hidup... "

Ucapannya di biarkan mengambang-- layaknya mempersilahkan hembusan angin untuk mengisi keheningan sebagai jeda.

"Mungkin karena itu kalian ninggalin Nata sendirian?" lanjutnya lesu. Hembusan nafas lemah terdengar dari bibir Nata. "Nata butuh kalian."

Gemuruh petir yang mulai terdengar membuat pria itu mendongak. Terlihat gumpalan awan hitam yang sudah mendominasi di langit sana. Nata memutar arah pandangnya ke objek semula. Senyuman tipis pun kembali ia layangkan begitu menatap nama yang tertera pada nisan.

"Nata pulang duluan, yah? Nata janji nggak akan terlambat lagi." Pamit Nata.

Pria itu akhirnya berdiri. Sedikit meringis kala kakinya terasa kebas. Tangannya sedikit membenarkan seragamnya yang lusuh. Kemudian ia mulai melangkah pelan menjauhi makam. Sesekali Nata mengalihkan pandangannya lagi ke makam di belakangnya.

Nata menghampiri motornya yang berada dekat di pintu utama. Setelah memakai helm, pria itu akhirnya melajukan motornya dan berbaur bersama pengendara lain.

Deru motor yang terus bersahutan sudah menjadi melodi yang tak asing di telinga para insan. Begitupun bunyi klakson yang semakin membuat ricuh jalanan-- mungkin ini faktor mendung. Jadilah, mereka berlomba-lomba untuk sampai ke tujuan-- ataupun sekedar mencari tempat meneduh karena linangan air yang sudah mulai berjatuhan ke bumi.

Begitupun dengan Nata, pria itu memutuskan untuk berhenti sejenak kala obsidiannya melihat sebuah pet shop. Niat awalnya untuk menerobos hujan ia urungkan. Motornya mulai menepi dan terparkir rapi di depan bangunan sederhana itu.

 Motornya mulai menepi dan terparkir rapi di depan bangunan sederhana itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ingatannya tertuju pada Lily, kucing manis yang kini dirawat oleh Elzi. Pria itu memutuskan untuk mencarikan Lily makanan terlebih dahulu.

Setelah masuk dan membelikan makanan untuk Lily, pria itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Kembali menerobos linangan yang terus menerus menghantam tiap lekuk tubuhnya.

NATA [Selesai]✓Where stories live. Discover now