#12
Minggu pagi ini Elzi dan Nata kembali disibukkan dengan tumpukan soal beserta materi matematika. Mereka memilih kafe kemarin lagi untuk belajar bersama.
Elzi menarik nafas frustasi, lalu ia meletakkan kepalanya di atas lipatan tangannya sendiri.
"Gue udah capek." Keluhnya.
Nata melirik gadis yang tengah menunduk itu, "nggak usah manja."
Mendengar ucapan Nata, gadis itu pun mendongak tak terima.
"Dua jam otak gue dari tadi mikir, dan lo bilang nggak usah manja?" sewot Elzi.
"Lo kira gue itu lo, Si Batu tak berperasaan. Keras!" lanjutnya.
Nata sama sekali tak menggubris. Ia masih sibuk menelisik isi buku dengan tangan yang satunya ia gunakan untuk memegang secangkir kopi.
Elzi mencibir. Heran dengan pria di depannya. Dia pura-pura budek atau memang budek beneran sih? Senang sekali meng-kacangi makhluk hidup. Dikira enak apa?
Kalo saja ada aplikasi santet online, Elzi pasti akan menggunakannya setiap malam untuk dikirimkan ke Nata. Biar tau rasa dia!
"Berhenti ngebatin." Celetuk Nata.
"Lo tau?" heran Elzi.
Elzi menerawang ke atas, "ketahuan dong gue mau nyantet lo."
Dengusan kecil lolos dari bibir Nata. Ia meletakkan buku dan cangkirnya, kemudian memberikan atensinya kepada Elzi.
"Kalo capek diem. Nggak usah bawel." Ucapnya sembari menarik lembar soal di depan Elzi.
Goresan pulpen pun perlahan mulai memenuhi lembar jawab milik Elzi. "Istirahat dulu. Gue ngerjain ini." Ucapnya dengan atensi yang masih pada kertas.
Lengkungan pun terbit dari bibir Elzi, tanpa sadar tangan kirinya menyangga kepala-- ia menatap wajah Nata yang tampak serius mengerjakan soal.
Kalo saja sikapnya selalu seperti ini, mungkin Elzi juga akan kepincut dengan pesonanya. Tapi, realita selalu membalikkan segala persepsi Elzi. Sikap Nata itu sudah seperti cuaca--- berubah-ubah tidak jelas. Intinya manusia macam Nata itu sangat menjengkelkan.
YOU ARE READING
NATA [Selesai]✓
Teen FictionVersi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengeksperesikan perasaannya. Ia memiliki pribadi yang sangat dingin dan irit bicara. Dimana ternyata semua itu karena masa lalu kelam dan kerasny...