CHAPTER 15

17.8K 2.4K 218
                                    

#15

Tepat pukul satu siang, dua siswa berbeda gender itu telah selesai menghadapi turnamen Matematika yang sudah mereka persiapkan jauh-jauh hari. Usai menjalani hari-hari panjang dengan sekumpulan rumus yang memenuhi kepala, akhirnya hari ini terbayar sudah dengan kerja keras mereka dalam turnamen.

Walaupun hasil kemenangan tidak langsung diumumkan, namun mereka cukup yakin dengan kerja keras mereka yang tidak akan mengecewakan. Yah, pada perlombaan tadi bisa dikatakan Nata dan Elzi cukup sportif. Mereka juga tidak kewalahan dengan soal dan waktu yang dihadapi. Jadi, itu menjadi alasan kenapa mereka yakin dengan hasilnya. Sekalipun mereka enggan berbangga diri terlebih dahulu-- mengingat masih banyak kemungkinan yang akan terjadi di luar ekspektasi mereka berdua. Percaya dengan usaha keras mereka sendiri-- itu sudah cukup.

Usai perlombaan, Pak Rasyid mengizinkan dua siswa itu untuk pulang, alih-alih ke sekolah mereka diperintah untuk istirahat saja di rumah. Karena, mereka pasti akan sangat kelelahan jika melanjutkan belajar siang ini di sekolah.

Nata yang memang membawa kendaraan ke tempat perlombaan kini diperintahkan Pak Rasyid untuk mengantar Elzi pulang. Mengingat saat menuju tempat perlombaan, gadis itu menaiki mobil Pak Rasyid bersama guru pendamping lainnya. Sedangkan kini Pak Rasyid dan para guru akan menuju ke sekolah lagi. Jadi, Nata lah yang harus mengantar Elzi pulang dengan selamat.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan membosankan, akhirnya roda motor Nata berhenti di pelataran rumah Elzi.

Elzi turun dari motor Nata, tangannya otomatis menata surai hitamnya yang sedikit berantakan. Setelah di rasa cukup, ia akhirnya membuka suara.

"Nat, selamat atas kerja keras lo tadi." Ucap Elzi.

Lelaki itu pun tersenyum tipis, "lo juga."

"Thanks, udah nganter gue." Ucap Elzi yang dibalas anggukan beserta senyum tipis dari Nata.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Nata memilih untuk melajukan motornya-- keluar dari pelataran rumah Elzi.

Usai memperhatikan punggung Nata yang kian menjauh hingga akhirnya hilang dari pandangan. Elzi melangkahkan kakinya untuk memasuki rumah. Rasa-rasanya tubuh mungil itu kini sudah sangat mendambakan kasur empuk kebanggaannya-- serta ingin menyapa Sang Bunda dan juga Lili, kucingnya yang lucu dan menggemaskan.

Jemari Elzi memegang gagang pintu rumahnya, alih-alih terbuka ataupun Sang Bunda membukakan pintu kala Elzi mengucap salam. Elzi justru mendapati pintu itu terkunci rapat.

Dilihatnya home screen ponselnya, benar saja-- hari ini Bundanya akan pulang malam. Padahal bunda sudah memberi tahunya kemarin, tapi Elzi justru melupakannya.

Gadis itu memilih duduk di kursi teras, mencoba untuk mencari kunci cadangan yang selalu ia bawa. Sialnya, Elzi kini memakai tas yang berbeda dari biasanya. Oh Tuhan, kunci cadangan rumahnya masih bersemayam di tas sekolah yang satunya. Tentu saja tas yang Elzi maksudkan kini berada di dalam kamarnya. Ck, Elzi yang malang.

Elzi menghembuskan nafasnya kasar sebelum akhirnya ia bersandar di punggung kursi sembari memejamkan matanya. Sepertinya, hari ini Elzi harus menelan pil pahit, bukannya berbaring di kasur empuknya, yang ada ia malah duduk di kursi depan rumah-- sembari menunggu bundanya pulang. Aish! Ini melelahkan.

Deru suara motor yang kian mendekat, langsung membuat Elzi membuka kelopak matanya. Apakah itu bundanya? Tapi, tidak mungkin. Itu suara motor, sedangkan bundanya selalu membawa mobil saat bekerja.

Mata Elzi membola, alih-alih Bundanya yang ia lihat, justru ia mendapati manusia kaku bermulut tajam di hadapannya sekarang. Siapa lagi jika bukan Nata.

NATA [Selesai]✓Where stories live. Discover now