CHAPTER 1

64.9K 4.8K 207
                                    

#1

Setelah mengetahui dirinya berada dalam mode kesiangan. Pasti kalian tahu keadaan gadis itu sekarang. Terus berlarian kesana-kemari. Menggosok gigi, mengambil tas, memasukkan buku, merapikan rambut, memakai sepatu dan hal-hal lainnya yang memang harus dilakukan dengan secepat kilat. Catat! Secepat kilat.

Tidak perduli akan kerapian, yang jelas ia harus bergegas ke sekolah. Menapaki satu persatu anak tangga dengan tergesa, juga hal yang memang seharusnya ia lakukan. Katakanlah, ia tengah melakoni peran yang memang harus dilakukan jika seorang siswa terlambat bangun.

Netranya menangkap presensi wanita paruh baya yang begitu ia kenali.

Satu langkah, dua langkah, tiga langkah dan disusul langkah-langkah berikutnya, ia mulai mendekati wanita itu.

"Bunda! kenapa nggak bangunin Elzi?" dari sekian banyak sapaan, gadis itu akhirnya memilih untuk melontarkan lima kata itu sebagai pembukanya.

"Maaf sayang, bunda juga tadi bangun kesiangan." Balas Citra.

Sejurus dengan jawaban sang bunda, munculah perasaan bersalah dalam hati gadis itu. Pastilah sang bunda kelelahan karena selalu memforsir tubuhnya untuk bekerja. Semenjak sang ayah meninggal, bundanya menjelma menjadi wanita gila kerja. Walaupun Elzi tahu yang dilakukan bundanya itu untuknya serta untuk mengalihkan kesepian yang dirasakan bunda tanpa adanya ayah.

Meski sering menghabiskan waktunya di dunia kerja Citra selalu berusaha untuk memberikan kasih sayang terbaik pada putrinya. Harta paling berharga yang ia miliki di dunia ini.

"Bun, pinjem mobil yah? Hari ini Bunda kerja sore 'kan?" Elzi kembali bersuara setelah adanya jeda.

Sang Bunda pun mengangguk lalu mengulurkan kunci mobil kepada putri semata wayangnya. Dengan tergesa-gesa Elzi langsung saja mengambil kunci tersebut.

"Ya udah Elzi pamit dulu, Bun. Assalamu'alaikum." Pamitnya, tak lupa mengambil punggung tangan Citra untuk ia cium.

"Wa'alaikumsalam," jawab Citra dengan kerutan di keningnya, kala menyaksian sang putri sangat tergesa hingga tak menyentuh makanan yang telah ia siapkan di meja makan.

"Elzi! Setidaknya minum susu dulu!" teriak Citra cukup keras karena jaraknya dengan Elzi sudah terpaut jauh.

"Nggak keburu, Bun." Sahutnya sembari menengok dari sela mobil.

Citra hanya mampu menggelengkan kepalanya. Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama bagi Elzi, bisa dibilang anaknya itu memang sering terlambat. Penyebab utamanya yang tak lain dan tak bukan adalah begadang hingga larut malam. Tapi herannya, anak semata wayangnya itu tidak pernah kapok sedikit pun.

***

Entah menit ke berapa lagi yang harus Elzi buang sia-sia. Lihatlah, gerbang sudah tertutup rapat. Tentu tidak ada hal lain lagi yang bisa Elzi lakukan selain membujuk pria paruh baya berkumis di depannya. Fighting!

"Pak, please bukain gerbangnya. Sekali ini aja, pak." Pinta Elzi memelas.

Sudah ke-14 kali Elzi memohon kepada Pak Joko selaku penjaga sekolah untuk membukakan gerbangnya. Tetapi semua usahanya sia-sia, mengingat Pak Joko merupakan orang yang terkenal tegas, adil dan disiplin.

NATA [Selesai]✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon