CHAPTER 21

15.1K 2.2K 79
                                    

#21

Seperti hari-hari biasanya, kantin SMA Citra Bangsa pasti akan dipadati para siswa yang datang untuk membeli makanan, entah hanya sekedar memesan untuk di bawa ke kelas ataupun di makan langsung di tempat dengan segudang makanan ini. Yang jelas, kantin selalu ramai. Keramaian di sini seakan tak akan pernah mati.

Ricuhnya kantin sama sekali tak memporak-porandakan isi kepala Nata saat ini. Cowok itu kini tengah memikirkan perjumpaannya kemarin dengan Marsha. Gadis itu merupakan teman baik Nata sewaktu di Bali-- tempat tinggal Nata sebelum pindah lagi ke Jakarta.

Setelah sempat berbincang-bincang kemarin, ternyata Marsha sudah pindah ke sini sekitar satu bulan yang lalu. Dan gadis itu pindah ke sekolah Zana, oleh karena itu kemarin mereka bertemu di rumah Daffa. Ternyata Marsha ingin bermain dengan Zana.

Jujur, keberadaan Marsha sedikit mengusik ketenangan Nata. Ya, tak sepenuhnya membuat Nata terusik, karena kini ada yang lebih mengusik ketenangan Nata. Dia, dua teman laknatnya; Diki dan Zikri.

Nata memutar bola matanya jengah kala dirinya menyaksikan tingkah kedua makhluk idiot itu sedang menggoda Elzi. Ralat, lebih tepatnya mereka sengaja menggoda Elzi untuk mengetes reaksi Nata.

Tak berselang lama, dengusan Nata berubah menjadi tawa kecil yang puas. Ia menyaksikan bagaimana Elzi yang jengah kepada Zikri, lalu berakhir dengan gadis itu yang menampar pipi Zikri, alhasil bakso bulat di mulut Zikri pun keluar dan menghantam wajah tak berdosa Diki.

Nata kembali merubah mimiknya ketika melihat Zikri yang tengah menarik paksa Elzi ke tempatnya duduk sekarang-- meja pojok kantin. Sedangkan Diki dan Nelly, terlihat sibuk memperebutkan semangkok bakso yang ditinggalkan oleh Elzi.

"Nat, liat! Jodoh gue jahat banget! Masa nampar pipi gemoy gue." Curhat Zikri yang sudah berdiri di hadapan Nata dan temannya yang lain.

Elzi menghempaskan tangannya kasar. Kemudian ia melotot dan berkacak pinggang. "Jodoh lo?! Amit-amit!"

"Terus? Lo jodoh siapa? Nata?" celetuk Fikri.

"Ogah!" ucap Nata dan Elzi bersamaan. Bedanya, Nata mengatakan itu masih diiringi dengan mimiknya yang santai dan datar, sedangkan Elzi ngegas. Kontan empat manusia bobrok itu pun memberikan senyuman yang menyeramkan.

Kalo kata Zikri si, senyuman Psikologis.

"Ngomongnya kagak usah janjian kali." Ujar Daffa.

"Dia yang ngikutin gue!" sewot Elzi.

Nata mendengus, "lo yang nggak kreatif."

"Sembarangan! Dasar cowok kaku!"

"Cewek pendek." Celetuk Nata santai.

Elzi menghentakkan kakinya, "ngeselin banget si, lo!"

"Bodo."

"Nataaaa!" kesal Elzi.

"Lah, kenapa perkara ular tangga di bawa ke sini, sih?" Zikri menggaruk kepalanya sok polos.

Regan menendang tulang kering Zikri, "rumah tangga!"

"Iya itu maksud babang. Typo dikit doang elah!"

"Semerdeka lo, sinting!" timpal Regan yang sudah jengah.

Elzi menghembuskan nafas kasar, kemudian ia kembali menghadap Zikri seraya melototkan matanya, "awas kalo lo ngikutin gue lagi!" ancam gadis galak itu yang kemudian berbalik-- hendak menuju mejanya lagi.

Manik Nata tanpa sengaja melihat sesuatu di rok Elzi. Itu-- darah. Sepertinya belum ada yang menyadari hal tersebut termasuk Elzi sendiri. Kontan Nata pun berdiri, lalu berjalan di belakang Elzi. Sengaja menutupi tubuh bagian belakang Elzi.

NATA [Selesai]✓Where stories live. Discover now