13. one fine day

213 41 0
                                        

***

Daya tarik pulau Bali memang beraneka ragam, salah satunya adalah Pura. Beberapa Pura bahkan telah menjadi ikon pariwisata yang memperlihatkan keindahan, serta uniknya arsitektur bangunan dari masa kerajaan Bali. Selain memperlihatkan keindahan, Pura juga telah menjadi spot favorit wisatawan untuk mengambil gambar. Selain Pura, ada begitu banyak pantai yang mampu memberikan daya tarik yang berbeda.

Sinar matahari telah berubah warna, memperlihatkan warna jingganya yang cantik. Alia sampai tidak bisa berhenti berdecak takjub di sepanjang jalan menuju ke pantai. Di sampingnya, ada Abadi yang tak berhenti mengarahkan letak kamera ponsel ke berbagai arah.

“Lia...”

Alia menoleh. Ia melotot begitu menyadari kamera ponsel yang sedang diarahkan padanya.

Abadi menunduk, melihat hasil jepretannya. Dengan mulut menganga, dan kedua mata melotot berang seakan hendak protes, ekspresi Alia yang tertangkap lensa kamera benar-benar sulit dideskripsikan.

Lelaki itu tersenyum seraya menggigit bibir bawahnya. Melewatkan gambar Alia yang baru saja diambil, Abadi menggeser layar, mulai menghapus gambar yang lain.

***

“Alia, aku tahu ini nggak agak keluar dari topik pembicaraan, tapi kamu ada hubungan apa sama cowok yang namanya Akash?”

Alia tidak langsung menjawab. Ia mengerjap lambat, mencerna maksud dari pertanyaan yang terlontar. “Hubungan?” gumamnya, “hubungan apa maksudnya? Kami hanya teman.”

“Dan kamu percaya dia menganggap kamu begitu?”

Mulai mengerti ke mana arah pembicaraan mereka, Alia lantas mengubah posisi sehingga tubuh mungilnya menghadap pada lelaki itu. “Jadi, apa yang kamu takutkan?”

Abadi terkekeh. “Aku tahu, kamu ngerti maksud aku.”

“Lalu kenapa kamu nggak mencoba?”

“Mencoba apa maksudmu?”

“Mencoba mencari perempuan lain selain aku. Mengingat gimana pandainya kamu berinteraksi sama orang lain, aku yakin, mencoba untuk dekat dengan perempuan bukan sesuatu hal yang sulit buat kamu.”

“Nyatanya sulit.” Abadi menjawab sembari tertawa ringan.

“Kenapa sulit? Nggak ketemu yang cocok?”

“Karena aku nggak akan pernah bisa nemu yang kayak kamu,” tandas Abadi.

“Kenapa?” Alih-alih merasa senang, Alia justru takut. Ia takut kalau lelaki itu akan terobsesi dengannya. Dan itu jelas berbahaya.

“Kenapa apanya?” jawab Abadi dengan wajah heran, “jelas, karena aku cuma mau sama kamu.”

“Aku jadi takut deh sama kamu,” aku Alia, lagi-lagi membuat Abadi keheranan. “Kalau kamu mau sama aku, itu artinya kamu terobsesi.”

Abadi terkekeh geli, lalu menggeleng dengan tegas setelahnya. “Nggak, Lia. Aku cuma merasa cukup dengan kamu,” katanya mengakui, “meski ada banyak perempuan di sekelilingku, bagaimana kalau ternyata aku bisanya cuma mencintai kamu?”

Dan Alia dibuat membisu di tempat.






bersambung...

Dia Abadi [Terbit]Where stories live. Discover now