Chapter 4 - Thank God first day almost over!

31.8K 1.9K 33
                                    

Hari pertama yang penuh gejolak akhirnya akan segera berakhir juga. Setidaknya, begitulah harapanku sebagai PA baru si bos.

Jam di dinding menunjukkan hampir pukul lima sore.

Aku baru saja menyelesaikan pembayaran tagihan TV kabel di rumah si bos. Tadi dia malah memintaku menelepon CSnya untuk mengurangi beberapa fasilitas layanan TV tersebut.

Sepertinya si bos tidak punya cukup waktu untuk menonton televisi di rumah. Percuma dan hanya buang-buang uang saja katanya. Bayar mahal-mahal untuk sesuatu yang tidak bisa dinikmati sepenuhnya. Dan kali ini aku setuju dengan pemikirannya.

Aku sedang membereskan map-map di atas meja saat sebuah pop up pesan singkat muncul dari ponselku.

Hello, Mars. How was your day?

Kubaca pengirimnya. Lalu tersenyum sebelum mengetikkan balasan.

Hi, Ethan. Full of stress!

Ethan Malachi, adalah mantan bosku di kantor yang lama. Tadinya kami berada satu divisi di keuangan. Setelah perusahaan kolaps,  terjadi pengurangan karyawan besar-besaran. Sekali pun paling akhir, kami berdua tetap juga kena imbasnya. Itu terjadi enam bulan yang lalu. 

Berbeda denganku yang masih tetep ngotot mencari pekerjaan sesuai bidang keilmuan dan pengalaman, Ethan malah berinisiatif membuka jasa perekrutan personal assistant sendiri.

Pas banget saat itu, si boss Bryan ini, sahabatnya, sedang membutuhkan PA baru. Asisten yang sebelumnya resign karena sedang hamil. Jadilah Ethan mengajukan aku untuk menggantikannya.

Awalnya, aku sempat menolak. Namun kemudian tidak punya pilihan selain mengiyakan.

Thank God!  Aku langsung diterima. Entah karena resume-ku memang semeyakinkan itu atau memang semua karena bumbu-bumbu penyedap si Ethan ini.

Ethan is typing.

Sebuah stiker muka bengong Ethan kemudian muncul.

Aku tergelak. Narsis juga ini orang. Bikin stiker pake muka sendiri.

Menyusul dibawahnya kejutan lain dari Ethan.

Gue pengin denger langsung cerita hari pertama lo. Gue jemput di kantor ya?

Aku terdiam sejenak sebelum memutuskan membalas.

Gue belum tahu bakal pulang jam berapa. Si bos belum bilang.

OK. Gue tunggu kabar dari lo. Atau, nanti gue yang tanya aja sama bos lo.

Lalu aku balas secepatnya dengan sebuah gambar.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now