Chapter 15 - The Red Thingy

20.8K 1.3K 16
                                    

"Jangan lupa Senin kita ada meeting dengan Torex Mining, Bos. Jam sepuluh pagi di kawasan SCBD Sudirman," ucapku mengingatkan.

Si bos mengangguk. "Kamu juga harus ikut, Mars. Besok-besok kamu yang harus memberikan presentasi kalau saya tidak ada."

Aku mengiyakan sambil menyesap sup jamur yang masih mengepul-ngepul asapnya. Sementara Ethan telah bersiap menyelesaikan mini burgernya yang kedua.

Sebagai seorang asisten pribadi bos Bryan, aku memang harus selalu siap sedia untuk mendampingi. Bila perlu, menggantikan beliau memberikan presentasi kepada calon klien. Termasuk juga menyiapkan presentasi-presentasi yang menarik. Aku harus belajar cepat untuk itu. Mengingat latar belakang pendidikan dan pekerjaanku sebelumnya sangat jauh berbeda dengan kali ini.

Aku sama sekali tidak keberatan mempelajarinya. Aku malah merasa tertantang  mengeluarkan seluruh kemampuan terbaikku untuk membesarkan TME. Bahkan bila diperlukan aku pun siap harus memberikan layanan personal misalnya membuat makan siang, seperti hari ini. Satu-satunya yang memberatkan aku hanya lah sikap si bos yang tidak tahu tempat dan waktu. Bisa nggak sih dia having sex dengan tunangannya di saat-saat tidak ada orang lain di dekatnya?

Kami masih terus mengobrol hingga tak terasa perutku sudah penuh dengan sup jamur dan mini burger yang telah berpindah ke situ.

Aku melap mulut dengan tisu seraya menarik ponsel yang bergetar dari saku rok.

Pesan singkat masuk. Dari adikku, Rima.

Aku sudah reserved untuk mama konsultasi ke psikiater sore ini jam empat. Jangan lupa ya, Kak.

Aku melirik jam. Pukul dua belas lebih sedikit. Masih cukup banyak waktu untuk menyelesaikan urusan di sini sebelum si bos pergi main golf dan aku pulang ke rumah.

Aku menutup ponsel setelah mengetikkan jawaban Oke dan mengirimkannya.

Si bos dan Ethan sudah selesai makan. Dengan sigap aku membereskan piring-piring dan wadah bekas makan kami lalu menaruhnya dalam kitchen sink di dapur. Si bos tadi kembali menegaskan agar aku tidak perlu mencuci piring. Ya sudah, sebagai bawahan aku menurut saja. 

"Mars, saya akan pergi golfing sebentar lagi. Kamu sudah boleh pulang. Thanks for coming," ucap si bos dengan lengkungan senyumnya yang menawan. 

Dia menemaniku ke dapur dan membawakan beberapa gelas kotor. 

Di luar sikapnya yang terkadang out of control , tidak bisa dipungkiri bila pesona si bos memang sangat luar biasa. Matanya yang tajam bisa sangat menusuk atau menggoda di waktu yang bersamaan. Sikapnya juga terkadang galak namun sangat perhatian di kesempatan yang lain. Aku hanya perlu menyadari hal seperti ini dalam dua hari bekerja dengan dia. 

Semoga saja aku tetap diberikan kesehatan mental dan cukup pikiran yang waras untuk menghadapi semua ini.

"Mars." Si bos mendekat setelah melap tangannya. "Did I tell you how beautiful you are today?"

Nah, apa lagi ini? Gombalan? Memuji? Atau apa?

"You did. Thanks, boss!" jawabku cepat seraya terus menjaga jarak aman.

"Kapan-kapan saya mau kamu buatkan makan siang lagi, ya. Yang tadi kelihatan enak sekali. Sayang, saya tidak sempat menikmatinya." Dia mengerling lalu menatapku dengan tatapannya yang menggoda. 

"I will," ucapku cepat. "Sekarang saya boleh pulang ya, Pak? Saya ada keperluan keluarga." Aku meremas rok seraya bergegas menghindarinya. Tangannya sudah terulur hendak menyentuh bahuku. 

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu