Chapter 16 - Safety Riding

19.4K 1.2K 21
                                    

Aku memelototi Ethan yang hanya senyum-senyum saja.

"Ethan, are you kidding me?"

Dia kemudian menyerahkan sebuah paper bag besar yang sejak tadi ditentengnya. Sejak keluar dari apartemen si bos, aku sudah melihatnya namun aku tidak iseng bertanya-tanya apa isi kotak kertas itu.

"Gue udah mempersiapkan semuanya. Jangan kuatir. Nih, ambil. Toilet di sebelah sana."

Aku menerima paper bag yang diserahkan Ethan dengan pandangan penuh teka-teki. Tapi Ethan tidak membiarkan aku berlama-lama dengan segala pertanyaan berkecamuk di kepala.

"Lo cuma perlu ganti baju aja kok," jelasnya enteng seraya terkekeh melihat kebingunganku.

Akhirnya aku mengikuti saja seperti yang diperintahkan Ethan. Aku mencari toilet yang katanya tidak jauh dari situ.

Toilet di siang ini tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa wanita yang keluar masuk. Syukur lah. Aku jadi tidak perlu mengantri.

Setelah keadaan toilet lebih sepi, aku mengeluarkan isi tas kertas itu. Ada sebuah plastik besar yang membungkus. Kutarik perlahan, dan mencurahkan semua isinya ke atas kabinet dekat wastafel.

Awalnya aku terkejut, tapi kemudian berganti senyum dan gelengan kepala. Betul-betul nggak menyangka Ethan bisa sedetil ini memikirkan semuanya.

Penasaran, ya. Jadi di dalam paper bag tadi itu isinya, jaket semi kulit wanita berwarna hitam, celana panjang bahan stretch juga berwarna senada. Ditambah sepasang sepatu boot tinggi pun warna hitam. Tak percaya, tapi semua benda ini tepat sesuai ukuranku.

Aku segera berganti rok dengan celana panjang, high heels dengan boots dan memakai jaket kulit hitam melapisi kemeja kerjaku.

Setelah memasukkan rok, sepatu dan tas ke dalam paper bag, aku melangkah mantap menuju motor besar Ethan.

Rasanya lebih nyaman dengan penampilan begini ketimbang memakai rok ketat tadi. Aku jadi bisa melenggang bebas tanpa takut ada mata mata jahil yang mencuri pandang dan berfantasi menjijikkan di luar sana.

"What do ya think?"

Aku melebarkan tangan, terkekeh keras saat melihat Ethan melongo menatapku.

"You are so ... different!" ucapnya masih dengan mata melekat pada penampilanku. Cowok ini seperti baru saja melihatku dalam bentuk yang lain. Semacam peri atau malah dedemit barangkali?

"Woy, biasa aja kali. Itu mulut enggak usah pake mangap segede kandang gajah juga deh!" Aku menepuk bahunya.

"Gorgeous!" desisnya sambil geleng-geleng kepala dan ikut-ikutan tertawa.

"Kok lo bisa tahu ukuran gue?" tanyaku penasaran.

"Jangan lupa, kemarin gue yang anterin lo nyari kemeja, rok dan sepatu, kan?" Ethan menepuk dadanya sendiri.

Aku mengangguk maklum. Benar juga. Kemarin Ethan sudah seperti ajudanku saja. Kemana-mana ikut. Dia bahkan membantu memilihkan kemeja, rok bahkan sepatu yang aku beli. Ethan memang seperhatian itu. Aku saja baru menyadarinya beberapa hari ini. Padahal dulu, waktu di kantor lama, kami tidak pernah sedekat ini.

"Yuk, naik!" serunya seraya mengambil alih paper bag yang kupegang.

Ethan kemudian memindahkan isi di dalam paper bag ke dalam ransel besar yang diletakkan di depan dadanya.

Aku ragu untuk naik karena jok belakang motor besar ini kelihatan tinggi sekali. Melihat itu, Ethan memiringkan sedikit motornya hingga aku bisa duduk di atas jok penumpang.

Terus terang, kalau tidak terpaksa, aku lebih baik naik kendaraan umum saja ketimbang naik tunggangan Ethan yang satu ini.

Mengancingkan jaketnya sendiri, mengenakan sarung tangan dan helm, membuat penampilan Ethan terlihat sangat berbeda tapi juga keren.

Ethan mulai menstarter motor saat dirasanya aku sudah bisa duduk dengan nyaman. Beberapa detik kemudian motor melaju perlahan.

Tadi aku sudah memberikan arahan kepada Ethan untuk lokasi rumah mama. Jadi aku tidak perlu lagi menjadi navigator cerewet yang menunjuk-nunjuk jalan.

Sabtu siang itu jalanan di ibukota cukup ramai. Sepertinya semua orang bergegas dari tempat pekerjaan kembali ke rumah masing-masing. Walau tidak seramai hari-hari kerja biasanya, Sabtu selalu tetap menyisakan kepadatan lalu lintas.

Aku masih terus menikmati pemandangan di jalan dari atas motor besar Ethan yang melaju sangat mulus di jalanan beraspal.

Aku meletakkan tanganku di atas paha. Memberi sedikit jarak antara tubuh bagian depanku dengan punggung Ethan. Terasa sedikit canggung, namun aku memastikan tidak ada kontak fisik pada laki-laki yang belakangan ini sangat akrab denganku.

Belum jauh meninggalkan apartemen Akasia, sebuah motor dari arah berlawanan tiba-tiba saja memotong jalur kami, berbelok dengan sangat cepat. Ethan merem motornya mendadak. Tubuhku yang tidak siap menabrak punggung Ethan dengan keras. Spontan kedua tanganku berupaya mencengkeram pinggang Ethan mencari pegangan. Entah karena jaketnya licin atau memang dorongan yang terlalu keras, tanganku tanpa sadar malah meluncur ke perutnya. Memeluk dengan erat.

Ethan memelankan laju motor lalu menepikannya. Dia membuka helmnya. Menoleh ke belakang.

"Lo nggak apa-apa, Mars?" tanyanya dengan wajah kuatir.  Sebelah tangannya menggenggam jemariku yang masih memeluk perutnya yang terasa keras dan rata.

Seperti ada serangan listrik menjalari tangan, sekujur wajah bahkan seluruh tubuhku.

Seketika tersadar aku segera menarik kedua tanganku dengan cepat dari genggaman Ethan di atas perutnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


-------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-------------

Haiii nyonyaa datang...

Gimana part yang ini?  Kalian pada syuka gak? Kayaknya ada yang modus nih hahaha....

Gapapa laahh sama-sama jomblo ini ihiiyy

Makasihh sudah terus baca ya! Komen jangan lupa 😍😍

Muaachh muacchhh lope lope
NM

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now