Chapter 14 - Saved By The Boss' Best Friend

20.5K 1.3K 9
                                    

Aku masih mematung di pinggir kitchen sink, menyaksikan tumpukan panci dan wadah-wadah kotor bekas kupakai memasak tadi dengan nelangsa. 

Mbok Yana, asisten rumah tangga si bos tidak masuk hari ini. Tidak mungkin aku meninggalkan apartemen dengan tumpukan barang-barang kotor di tempat cucian piring ini, kan? Walau pun beberapa saat setelah mendengar suara kerucukan air keran mengalir, si bos berteriak dari ruang makan.

"Just leave it there, Mars. Mbok Yana will come tomorrow and do all the dishes!"

Dengan hati masih kesal karena belum tahu nasib yang akan menimpa masakanku, aku tetap memaksa membasuh wadah-wadah kotor itu. Membereskan dapur, melap kompor dan memasukkan semua bahan-bahan yang belum terpakai ke dalam kulkas.

Aku masih terbengong-bengong menatap hasil masakanku saat kudengar seseorang mengetuk pintu apartemen.

"I'll get it!" seruku berinisiatif. 

Si bos sedang makan. Tidak enak membiarkannya membuka pintu.

Aku melangkah ke pintu depan setelah memasukkan sampah bumbu terakhir yang sudah tak terpakai lagi ke dalam keranjang sampah.

"Ethan?"

Aku melotot heran. Melihat Ethan sudah berdiri di muka pintu sambil senyum-senyum penuh makna.

"Gue mau jemput elo, Mars." bisiknya. 

Aku masih tak habis pikir. Kok cepat banget ini anak udah sampai aja di apartemen. Padahal jarak rumahnya ke sini kan jauh. Dari utara ke selatan. Ujung ketemu ujung. 

"Who's there, Mars?" si bos melongok dari ruang makan. 

Ethan masuk tanpa menunggu kupersilakan lebih dulu.

"Hi, mate. Having your lunch?"

Basa-basi banget sih bocah. Aku terkekeh dalam hati. 

Si bos menyambut Ethan dengan hangat. Si nenek sihir kelihatan terpaksa memberi duduk pada lelaki yang baru datang itu.

"Kebetulan, nih. Gue laper banget. Boleh ikutan makan?" 

Aku melotot melihat Ethan menatap jelalatan makanan di atas meja.  

Si bos tergelak. "Kebiasaan lo dari sejak kuliah belum berubah, Than. Makanan aja di pikiran lo. Kapan mikirin cewek?"  

Ethan terbatuk. Si bos terkekeh semakin keras. 

Aku mengamati saja tiga orang yang sedang duduk di meja makan. 

"Tapi maaf ya, Than. Ini cuma cukup untuk kita berdua ...." 

Kulihat Celline menatap Ethan sambil menarik wadah-wadah berisi makanan menjauh dari jangkauan sahabat si bos itu. Persis seperti emak-emak galak yang melindungi makanan anaknya supaya tidak dihabiskan kucing. Kira-kira begitulah yang bisa kutangkap. Dan itu terasa agak sedikit ....

 Dan itu terasa agak sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terkekeh geli. Tapi dalam hati miris banget dengan posisi Ethan. 

Tiba-tiba aku teringat masakanku. Kenapa enggak? Ethan bisa makan itu. Daripada mubazir, kan?

"Eum, gue tadi masak. Ada sup jamur dan mini burger sayuran. If you dont mind, Bos. Boleh untuk Ethan?"

Si bos mengangguk setuju. Dia bahkan menyuruhku sekalian makan  dengan Ethan. 

Secepat kubisa, kupanaskan lagi sup jamur dan memanggang empat roti gandum untuk dimakan dengan salad sayuran dan keripik ubi ungu. Juga isian burger yang terbuat dari tempe yang dihaluskan menyerupai perkedel. 

Ah, akhirnya aku tahu bagaimana nasib masakanku. Syukurlah tidak harus berakhir di tong sampah seperti perkiraanku semula. Thanks to Ethan! 

Aku menaruh hasil masakanku di atas meja makan. Aroma sup jamur yang khas menguar memenuhi ruangan makan. Si bos sempat tertangkap mataku mengendusnya. Empat buah mini burger telah kuatur juga dalam dua buah piring lebar. Lengkap dengan sayur mayur berwarna-warni menggoda mata dan lidah untuk segera mencicipi. 

"Kelihatannya ini enak sekali, Mars," pujinya. "Sayangnya saya sudah kenyang," lanjut si bos setelah mendapat pelototan tajam tunangannya. 

Aku dan Ethan tergelak sambil menutup mulut. Nggak menyangka, si bos bisa takut juga sama cewek ini.

Sambil menikmati makanan, aku, Ethan dan si bos terlibat obrolan seru. Tentang bisnis rekrutmen yang sedang dikelola Ethan. Juga bagaimana bisnis penjualan software maintenance yang merupakan inti bisnis perusahaan The Maintenance Experts (TME) ini sedang menanjak. 

Saking asyiknya mengobrol, kami bahkan tidak menyadari kalau Celline, si tunangan bos itu,  sudah keluar dari meja makan dengan wajah ditekuk.

Saking asyiknya mengobrol, kami bahkan tidak menyadari kalau Celline, si tunangan bos itu,  sudah keluar dari meja makan dengan wajah ditekuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

Fiuuhh!!

Akhirnya, apdetan kedua di hari ini launching juga. Semoga bisa menemani yang sedang bermalam mingguan ya, uhuk...!

Nyonya sih mau bobok aja. Pegel nulis dua chapter tauk! Hehehe

Makanya, jangan lupa tinggalin sendal atau ketjup basah kalau selesai baca ya! Komen dan kritik ubi ungu pedas juga boleh kok wkwkw 😂😂

Enjoy reading and happy weekend!

Muaaacchh muacchh lope lope
NM

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang