Chapter 7 - The Story Begins

29K 1.5K 18
                                    

Sinar matahari menerobos masuk jendela kamar. Hangatnya menyeruak sampai ke tulang-tulang. Aku membuka mata dengan malas, sambil membuka mulut lebar-lebar aku merentangkan ke dua tangan. Thank God! Akhirnya aku bisa tidur pulas juga setelah hari pertama yang panjang di kantor baru kemarin.

Aku duduk di ranjang, mengucek-ngucek mata sebentar. Sekilas, aku melirik jam yang menempel seperti cicak-cicak di dinding.

Oh, baru pukul tujuh lebih tiga puluh menit!

Aku memeluk guling dan mulai mengumpulkan nyawa, coba mengingat-ngingat dan mengurai setiap kejadian yang telah lewat.

Kemarin itu Jumat yang heboh di kantor baru, blah blah blah, terus aku pulang lanjut ke kafe dengan Ethan blah blah blah. Lanjut lagi ke departemen store Surya, blah blah blah....

Eh ngapain aku ke Surya, ya? Oh iya, beli rok dan kemeja baru untuk meeting dengan bos hari Sabtu....

Sabtu?
Kemarin kan Jumat, ya?
Berarti hari ini...
Sabtu dong!
Dan sekarang pukul tujuh lew....

"What??!" Mataku terbelalak liar.

Seketika aku terlonjak dari tempat tidur. Segera menyambar handuk yang tergantung pasrah di handle pintu lemari.

Bagaimana mungkin aku tidak ingat kalau harus ke rumah bos hari ini juga untuk sama-sama ketemu klien!? Hhh!

Damn Marsha!
Apa lagi teror yang akan diberikan paduka yang mulia si bos kalo sampai aku telat tiba di sana?!

Secepat aku mandi, sekilat itu pula aku berganti baju. Kemeja baru berwarna pink fanta berenda tumpuk di bagian dada, dengan rok sedikit di atas lutut berwarna hitam dengan sabuk warna senada kukenakan. Setelan yang merupakan pilihan Ethan itu, tampak pas di tubuhku. Kuakui, selera Ethan lumayan juga. Dia juga bilang, pakai ini membuat aku terlihat ramping. Ya jelas aja, bobotku kan hanya 55 kilo dengan tinggi 164 cm. Wajar kalau terlihat langsing. Itu juga karena dia mungkin enggak tega untuk bilang aku cungkring. 

Aku juga tidak peduli lagi setelan itu masih bau toko. Bagaimana tidak? Aku sampai di kosan saja sudah hampir barengan dengan orang yang keluar bioskop nonton midnight show. Mana sempat aku cuci?

Setelah memakai bedak dan make up tipis-tipis, lipstik warna senada dengan baju, dan semprot parfum sana-sini, aku memasangkan stiletto berhak lima senti berwarna hitam mengilat, di kakiku yang lurus bebas lemak itu. Menata sedikit rambut ikal yang kucat brunette dengan ujung jari, lalu mematut diri sebentar di cermin.

Kurasa penampilanku sudah sempurna sekarang. Aku harus segera pergi kalau tidak mau terlambat dan dapat kata-kata mutiara lagi dari si bos.

Pukul 08.15.

Great! Terlambat lima belas menit dari rencanaku sendiri!

Tadi malam aku memang sudah mengecek lokasi apartemen pak Bryan. Lumayan jauh dari tempat kosku. Butuh waktu sekitar satu jam-an untuk sampai di sana dengan situasi jalan tidak  macet sama sekali.

Bangun kesiangan saja sudah cukup membuatku stres, semoga tidak ditambah lagi dengan suasana jalan yang tidak bersahabat.

Belum sempat mengunci pintu, ponselku bordering.

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt