Chapter 10 - Salah Jadwal

24K 1.4K 24
                                    

"Hi, Mars. Good afternoon," sapa si bos setelah membuka pintu apartemennya untukku.

Sarcasm. Sialan!

"Hi, boss. I'm terribly sorry for this late ...."

Aku menunduk, memainkan ujung jari kuku dengan gusar, sambil menahan sakit di kaki karena lecet akibat sepatu baru berhak lima senti sialan ini.

"Have a seat, Mars. Let's talk." Si bos ganteng yang penampakannya kentara banget blasterannya itu menyuruhku duduk. 

Sepintas tadi sempat kuperhatikan ruang apartemennya ini. Luas. Bersih. Bergaya moderen. Mewah. Tapi tetap nyaman sekali. 

Pas masuk pintu tadi, langsung ketemu sofa besar berwarna merah menyala di sebelah kiri dan sofa krem menghadap ke jendela besar.  Sedangkan di sebelah kanan ada televisi besar sekitar 48 inci yang diletakkan di atas rak TV berwarna kayu. Di ujung sana ada meja makan enam kursi dengan desain yang sangat elegan.

 Di ujung sana ada meja makan enam kursi dengan desain yang sangat elegan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku duduk di ujung sofa dengan kikuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku duduk di ujung sofa dengan kikuk. Bolak-balik menarik turun rok yang tertarik beberapa senti itu saat aku duduk.

"Kenapa kamu terlambat? Jangan bilang karena macet. Itu alasan paling tidak masuk akal yang tidak bisa saya terima. Jakarta is always macet. You have to try another reason." 

Memang bukan itu alasannya. Tapi aku ragu menjawab yang sebenarnya. Sementara si bos terus memperhatikanku yang bergerak gelisah karena rok pendek ini bikin tidak nyaman.

Apakah aku harus bohong dan bilang kalau dompetku ketinggalan jadi harus balik lagi ke kosan? 

Atau bilang, ada rombongan sirkus yang menghalangi jalan? 

Atau ini, kekunci di dalam rumah, terus kuncinya kebawa temen?

Atauuu....

"Perut saya sakit sekali, Pak. Hari pertama datang bulan." Akhirnya jawaban ini yang terpilih. Alasan yang melintas begitu saja di kepala. 

Aku pura-pura meremas perut dan meringis kecil. 

Kalau saat ini aku benar-benar sakit perut, bisa kupastikan itu bukan karena haid. Tapi karena memang belum sempat sarapan tadi. Aku malah sudah beres haid beberapa hari sebelum aku masuk di kantor ini.

Si bos kelihatan tersenyum miring. Sepertinya bisa menerima alasanku. Thank God!

"OK. I will forgive you this time. But, make sure this is the first and also the last."   

Dia lalu membetulkan cara duduknya. Tadi kaki kanan yang menopang kaki kiri. Sekarang sebaliknya.

Aku mengangguk cepat. "Ya, Pak." 

Sebenarnya, terlambat itu bukan aku banget. Sebab buatku, lebih baik menunggu, dari pada harus membuat orang lain menunggu. Apalagi orang lain itu adalah si bos, di kantor yang baru pula.

Beberapa saat kami terdiam. 

Sambil menyandarkan punggungnya di sofa krem, si bos mengamatiku terus. 

Ya ampun. Apakah penampilanku jadi aneh dan buruk dengan kemeja pink fanta dan rok mini hitam ini? 

Apakah dia akan mengomentariku miring lagi seperti kemarin?

"You look beautiful today." Kata-kata si bos meluncur kemudian, bikin hatiku rasanya adem banget.

Aihhh... si bos kok tumben nggak nyela kayak kemarin, ya? Dia malah kelihatan lebih tenang, sabar dan nggak senyebelin kemarin. Tampangnya yang ganteng itu kini terlihat semakin keren dengan balutan kaus oblong hitam yang makin menonjolkan otot-otot lengannya itu. 

Sinting! Kok aku jadi merhatiin si bos gini?

"Thank you," balasku. 

Tiba-tiba aku teringat, seharusnya kan kami pergi meeting. Tapi tadi katanya tidak jadi.

"Sorry, Pak. Kenapa meeting tidak jadi hari ini?" tanyaku ragu. 

Aku mencoba membalas tatapan matanya yang tajam. Loh, kok dadaku jadi bergetar? Apa-apaan ini?

Dia terkekeh pelan.

"Sorry. Saya sepertinya salah jadwal. Meeting ternyata Sabtu depan. Bukan hari ini," terangnya kalem. 

Aku terdiam sejenak. Mencerna.

APAA?? SALAH JADWAL KATANYA???

WHAT THE F***!

Setelah aku pontang-panting nyari setelan dan terpaksa tidur sampai larut malam, bangun kesiangan, dikerjain ojol dan drama sepagian dijalanan, membatalkan me-time bahkan janjiku untuk bawa mama ke psikiater, lalu dengan entengnya si bos tampan sejagat yang sekarang balik nyebelin lagi itu bilang, DI-A SA-LAH JAD-WAL???

Wajahku memerah seketika. Debaran-debaran aneh yang tadi sempat mengintip dari balik dada kini ngacir entah ke mana. 

"Ini seharusnya tugas kamu, Mars. Mengecek semua jadwal meeting saya, mengonfirmasinya, lalu mengingatkan pada saya. That's what a personal assistant for," katanya dengan telak.

Baiklah, bos! Setelah semua hal buruk yang menimpaku, tetap saja aku -- KACUNGMU INI --yang SALAH!

Aku menahan napas. Mencoba tidak kelihatan marah. Sekali pun dari atas pangkuan, tanganku sudah gatel banget, pengin rasanya nimpuk si bos pakai sepatu berhak lima senti ini! 


*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****





What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now