Chapter 24 - Bos's Problem

16.8K 1.1K 27
                                    

Pramusaji datang  dan menaruh pesanan kami di atas meja. 

Seporsi paket chicken steik lengkap dengan kentang goreng dan salad sayuran ditambah segelas besar jus alpukat dihidangkan sesuai pesananku. Sedangkan Bryan hanya memesan seporsi spageti vegetarian dengan toping tumisan jamur dan bayam dengan segelas jus lemon.

Aku berusaha makan sejaim mungkin biar enggak ketahuan lapar akut. 

Bryan menatapku sambil tersenyum kecil. Sepertinya dia tahu aku hanya menjaga imej biar kelihatan enggak malu-maluin. Sebenarnya pengin rasanya aku menyuap steik ini besar-besar saking laparnya. 

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu menyentuh kakiku. 

Aku berhenti mengunyah. Bryan semakin lebar tersenyum. Aku menatapnya curiga. Eh dia malah terkekeh geli.

"Kamu kalau kelaparan gitu lucu," ucapnya. 

Aku segera menarik kakiku, membebaskan dari sentuhan kakinya.

Aku menyesap jus alpukatku cepat-cepat. "Please, Bryan. What's your problem?" tanyaku lagi, mulai serius.

Dia menghela napas. Mungkin merasa terganggu karena kesenangannya kuhentikan. 

"I'll tell you later. Now, finish your lunch. We get back to the office," perintahnya kemudian.

Okay, fine bos! Sepertinya dia belum percaya untuk menceritakan sepenuhnya masalahnya. No problemo! Aku enggak apa-apa. 

Setelah itu, kami pun sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan sampai akhirnya kami kembali ke kantor, kami tidak banyak mengobrol lagi.

*****

Mars, gue jemput lo ya?

Sebuah pop up pesan singkat dari Ethan muncul. 

Aku melirik arloji dengan tali kulit berwarna coklat tua yang melingkar di pergelangan tanganku. Memastikan bahwa sekarang memang baru pukul lima kurang lima belas menit. Rajin amat ini anak udah mau jemput aja. Padahal aku sepertinya bakalan lembur di kantor karena si bos tadi minta dibuatkan laporan hasil meeting sekaligus draft proposalnya.

Thanks, Than. Tapi gue pulang sendiri aja, ya. Gue belum tahu pulang jam berapa.

Aku mengetik balasan. 

Aku tidak ingin terus menerus merepotkannya. Ethan sudah terlalu baik. Kemarin waktu Papa meninggal saja, dia memaksa untuk membayar semua tagihan rumah sakit. Bahkan biaya pemakaman dan segala tetek bengek yang diperlukan, karena dia melihat aku benar-benar kacau.

Tentu saja aku menolak. Bukan tidak mau menerima bantuannya. Tapi aku tidak ingin berhutang budi. Karena hutang budi akan dibawa sampai mati. Lebih baik aku berhutang uang. Bisa kucicil hingga lunas bila nanti sudah saatnya gajian. Untung lah akhirnya Ethan setuju setelah aku terus mendesaknya.

Aku menunggu beberapa saat sebelum menutup ponsel dan melanjutkan mengetik laporan hasil meeting. 

Beberapa menit kemudian, ponselku berdering.

Bos Gelo is calling. 

Aku terkekeh geli. Ternyata nama di daftar kontak belum kuganti.

"Mars speaking," ucapku seraya menjepitkan ponsel di antara telinga dan bahu. Sementara jemariku tetap mengetik di atas keyboard.

"Come on in and help me, Mars. I have some problems with my notebook," jawab si bos.

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now