Chapter 6 - Rok Mini

32.8K 1.7K 34
                                    

"Udah, jalanin dulu aja sih. Nggak usah pake miring-miring gitu mukanya...."

Ethan tergelak sambil mencolek daguku dengan ujung jarinya.

"Iya, tapi nggak usah pake colak-colek juga kali. Emangnya di sini cocolan rujak!" Aku pura-pura geram.

Ethan menatapku dengan bibir merah mudanya yang melengkung indah.

Oh iya, apa aku sudah pernah bilang kalau si Ethan ini juga nggak kalah ganteng dengan artis Thailand Prin Suparat? Kulitnya bersih, berwarna kuning langsat. Matanya kecoklatan dengan bentuk bulat proporsional, tidak kecil atau pun terlalu besar. Dinaungi alis hitam lebat seperti barisan semut yang mau kondangan. Belum lagi hidungnya tinggi banget, ngalah-ngalahin menara pemancar televisi.

Ethan Malachi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ethan Malachi

Walaupun kadang nyablak, tapi kata-katanya bisa juga sangat perhatian dan manis seperti ditumpahin madu. Bikin cewek-cewek suka gagal fokus sekaligus gagal move on karena sering dikira naksir. Sekali pun begitu, sampai saat ini Ethan tetap masih betah menjomlo.

Aku sendiri sudah kenal Ethan sejak kami sama-sama bekerja di PT Narada Utama, tiga tahun yang lalu. Sebuah perusahaan kontraktor tambang batu bara yang pernah sukses berat, namun yang kini hanya tinggal nama dan kenangan saja.

Selama ini hubungan kami memang hanya sebatas teman kerja. Tidak lebih. Apalagi hitungannya dia itu dulu bosku juga. Sekali pun dia tidak pernah memperlakukan aku sebagai bawahannya. Makanya terasa aneh juga kalau sekarang dia berani colek-colek begitu.

Eh, apa dia jangan-jangan sudah mulai ketularan pak bos Bryan, nih? Ish, amit-amit deh!

"Tumben ngeliatinnya sampe begitu amat?"

Aku tersentak. Lalu terkekeh.

"Ge-er an banget sih jadi orang!" rutukku sambil berdiri. "Pulang, yuk!"

Ethan mengamati Swiss Army yang melingkar di pergelangan tangannya sebentar, lalu menatapku.

"Masih sore begini udah mau pulang aja. Mau kemana sih lo? Kan besok libur?"

"Libur dari Hongkong!"

"Emang?" Mata Ethan kini intens memandangiku.

"Barusan itu si bos yang nelpon. Dia bilang gue kudu ikut meeting dengan klien bareng dia besok pagi!" sungutku.

"Besok Sabtu?"

"Menurut lo?"

Yap! Betul sekali! Besok itu hari Sabtu sodara-sodara! Hari di mana biasanya aku manfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga, jalan-jalan dengan teman, baca novel, atau me-time ke salon untuk sekedar creambath atau luluran.

Aku menepuk jidat.

"Ya ampun, gue lupa!"

"Apaan?"

Tiba-tiba aku teringat, besok harus mulai berpenampilan selayaknya seorang asisten pribadi, sesuai kriteria si bos.

Padahal ya, sewaktu di kantor lama, aku termasuk yang tidak pernah pusing memikirkan apa yang harus aku pakai untuk ke kantor. Tidak ada aturan khusus juga, selain sopan dan rapi. Dan itu sering aku interpretasikan sendiri dengan celana panjang bahan dan kemeja kasual yang nyaman.

"Bos nyuruh gue pake mini skirt dan dandanan yang layak sebagai asisten pribadi dia." Sengaja kutekankan kata layak, karena jujur aku sebal dengan kriteria kata itu menurut si bos.

"Ya udah sih, ikutin aja. Kan gak salah, toh? Gue yakin lo pasti makin cantik kalo mau dandan kayak cewek beneran." Ethan tersenyum lebar.

"Maksud lo? Emangnya gue...?"

Cewek beneran? Apa lagi itu? Emang selama ini aku cewek jadi-jadian apa?

"Enggak, kok. Lo itu cewek yang udah sebenar-benarnya cewek."

Ethan menyeretku keluar dari sofa. Tampangnya lempeng banget. Bikin ....

 Bikin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yuk. Gue antar lo pulang."

Aku melangkah gontai menuju pintu keluar seraya menunggu Ethan menyelesaikan pembayaran di kasir.

Pikiranku kembali disesaki kejadian hari pertama bekerja yang terasa amat panjang. Apalagi besok, untuk pertama kalinya seumur hidup, aku terpaksa harus pakai stilleto dan rok mini! Demi apaa???

Aku menghela napas berat. Baru membayangkan saja kepalaku sudah berputar hebat.

Kenapa punya otak cemerlang dan kerja bagus saja tidak cukup, sih?

"Oh great!" pekikku kemudian.

Ethan celingukan. Mungkin dia pikir aku meninggalkan sesuatu di kafe. "Ada apa?"

"Anterin gue ke depstor terdekat, dong. Gue baru inget, gue enggak punya rok!"

Ethan kembali terkikik sambil melirik rok denim panjang yang kukenakan.

"Ini rok adek gue!"

*****

Iyaaapp...

Mulai molor nih apdetnya hehehe... maapkan yak? ^___^

Mudah-mudahan nyonya bisa kuat ngejar dua chapter lagi hari ini yeiiyyy!!

*angkatpompom*

Selamat menunggu, semoga kuat! Kalo enggak, coba cari jamu atau obat kuat sana ... hohoho!

Salam sayang

Muaacchhh muaachh

NM

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now