Chapter 8 - Ojol Tersayang

25.8K 1.5K 42
                                    

Setelah memotong jatah waktu lima menit lagi untuk mikir, akhirnya kuputuskan.

"Naik ojek online!" 

Sepertinya, inilah keputusan paling tepat saat ini. 

Naik motor pasti bakalan cepat sampai. Soalnya beberapa kali aku naik ojek, drivernya keren banget. Bisa ngepot-ngepot. Jago nikung-nikung.  Persis kayak di formula 1. Yang nggak keren cuma penampilanku setelahnya.

Segera kupencet-pencet ponsel, memesan lewat aplikasi. Untung segera dapat tanggapan. Tapi sialnya, si mas-mas driver ojol ini malah bikin drama. Nge-chat yang bikin aku bukan saja hampir kehilangan waktu, tapi kesabaran juga.

Diantar ke apartemen Akasia ya, Mbak?

Iya. Sesuai aplikasi saja, Mas. Kalau bisa cepat ya, saya buru-buru.

Mau buru-buru kok naik ojol. Helikopter, Mbak!

Kampret! Becandamu bikin aku pengin nonjok orang saat ini juga, Mas. Tahu nggak?

Mas, jangan becanda! Buruan ke sini atau saya cancel?!

Cancel aja Mbak. Nggak papa kok. Saya lagi ngopi ini di warung.

Ya Lord!  Ada yang mau saya tembak pake panah beracun nggak?

Rasanya itu darah semua sudah naik ke kepala. Tujuh menit terbuang sia-sia!

Kupencet ikon cancel seperti memites kutu di kepala. Lalu  secepatnya memesan ulang.

Kali ini responsnya jauh lebih lama dari sebelumnya. Untunglah, tidak sampai tiga menit kemudian driver ojol kedua sudah on the way menjemput. Tanpa drama chat gaje segala! Thank God!

Lima menit berselang, sang ojol penyelamat pun tiba.

Tanpa basa basi, segera kukenakan penutup kepala dan helm lalu melompat ke jok penumpang.

"Sudah, Mas. Bisa ngebut? Saya perlu sampai di apartemen Akasia dalam lima belas menit. Bisa?"

Mas-mas ojol tampak terdiam sejenak. Lalu mengangguk mantap.

"Siap, Mbak! Kita berangkat. Jangan lupa pasang sabuk pengaman!" perintahnya.

Glek! Apa? Sejak kapan motor punya sabuk pengaman?

Si driver terkekeh geli melihatku mencari-cari. Sialan! Salah apa sih aku sama driver ojol, sampai-sampai dapat karma dikerjain terus begini?

Tapi ternyata ini belum seberapa!

Sepuluh menit perjalanan dengan motor berjalan lancar dan... ngebut! Aku sampai harus menarik jaket si mas-mas driver sambil terus berpegangan kuat pada handle besi di belakang jok supaya tidak terlempar.

Tiba-tiba laju motor memelan. Semakin lama bertambah pelan. Bahkan motor seperti terbatuk-batuk sebelum semenit kemudian berhenti total. Yaduh! Ada apa lagi, nih?

"Mbak, maaf motornya ngadat. Turun dulu, ya!" Mas driver setengah memerintah.

"Aduh, kenapa lagi sih, Mas? Saya buru-buru nih!"

"Saya cek dulu, Mbak. Tadi nggak kenapa-napa kok." Si mas mencoba menstater lagi motornya.

Satu kali.

Tidak bisa.

Dua kali.

Gagal.

Tiga kali ....

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now