Chapter 5 - 24 hour /7 day stand by!

29.9K 1.7K 66
                                    

"Baru sehari ngantor lo udah mo minta resign aja? Are you kidding me?!" sungut Ethan.

Ethan tadi menjemputku di kantor. Begitu lihat mukaku sekeruh air rendaman cucian seminggu, dia segera menyeretku ke kafe ini.

Seventh Avenue, kafe yang lagi hits karena tempatnya instagramable banget. Wajar sih, karena desain interiornya memang mewah. Ditambah lagi dominasi nuansa kayu dengan warna coklat tanah menjadikan kafe terlihat lebih natural. Jangan lupakan juga sofa empuk dan free wifi, yang membuat siapa pun betah berlama-lama nongkrong di tempat cozy ini.

"Rasanya gue enggak bakalan betah kerja di situ, deh," keluhku sambil menyeruput jus jeruk.

Mataku nyalang menembus plafon yang terbuat dari kaca, menatap langit yang mulai menggelap.

Ethan mengaduk-aduk fruit punch-nya dengan sedotan.

"Emangnya lo diapain sih sama bos lo sampe segitu enegnya?"

Aku terdiam sesaat. Lalu pelan-pelan mulai menceritakan pengalaman hari pertamaku di kantor itu.

Ethan memang pendengar yang baik. Terbukti dia tidak menyela sedikit pun saat aku bercerita. Dia hanya meledak tertawa ketika aku telah menyelesaikannya.

Dasar!

Nggak tahu apa orang lagi amsyong gini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nggak tahu apa orang lagi amsyong gini. Malah diketawain!

"Dia cuma ngetes elo doang kali!" Ethan menyeka sudut bibirnya yang masih menyisakan senyum lebar.

"Ngetes enggak perlu sampe uh ah uh ah gitu juga kali!" semprotku.

Aku ingat betul bagaimana wajahku jadi merah padam setelah si bos keluar dari ruangannya tadi. Dia menanyakan kopinya dengan kemeja belum terkancing sempurna dan rambut yang masih awut-awutan. Belum lagi bekas lipstik yang masih menempel tipis di sekitar rahang. Mungkin belum sempat dihapus.

Sementara di belakangnya, cewek yang kemudian diperkenalkan sebagai tunangannya itu sibuk merapikan rok dan blousenya.

Setelah aku menyodorkan kopi, si bos malah marah-marah dan minta ganti dengan yang baru. Menurutnya, kopi itu sudah kadaluwarsa.

"Brengsek!" umpatku masih menyimpan kesal.

"Bukan salah gue dong kalo kopinya keburu basi! Dia aja tuh yang ena-enanya kelamaan!" tandasku.

Apes banget deh rasanya. Seumur-umur aku kerja baru kali ini dapat bos yang begini banget mesumnya.

"Emangnya dia enggak bisa apa check-in di hotel aja kalo mau begituan? Atau seenggaknya, tunggu dulu kek sampai gue, bawahannya ini pulang?" amukku.

What's Wrong With You, Boss? (COMPLETED)Where stories live. Discover now