AD - A HUG (1.1)

54.2K 2.9K 20
                                    

LILY :

          Hari sudah mulai gelap, aku ajak Clara untuk menginap di rumah ku. Tak baik seorang gadis pulang sendirian ditengah kegelapan hutan. Apalagi katanya, rumahnya sangat jauh dari sini.
           "Sudah mulai gelap, aku harus pulang" ucapnya. Aku mencegahnya untuk pulang. Aku suruh dia duduk kembali di kursi tua yang sudah termakan usia tapi masih kuat untuk diduduki.
           "Sebaiknya kamu menginap disini saja Clara. Rumah mu jauh, apalagi harus melewati hutan terdalam. Aku dengar banyak hewan buas didalam hutan itu" ucapku sambil bergidik ngeri. Clara menggenggam tanganku. Mengatakan, "Aku baik baik saja. Kakakku sudah menunggu"
            "Kamu punya kakak?"
            "Punya. Aku pamit pulang dulu Lily. Jika ada waktu aku akan main kesini lagi" ucapnya.
            "Mungkin aku tak akan tinggal disini lagi Clara". Tiba tiba terdengar suara geraman.
            "Suara apa itu?" Tanyaku pada Clara. "Biasa, anjing hutan yang sedang mencari makanan. Kamu tak perlu khawatir" jawab Clara.
             "Benarkah kamu ingin pulang?" Tanyaku sekali lagi. Clara mengangguk lalu memeluk ku erat.
             "Semoga kita bertemu kembali Lily" bisik nya. "Pasti"

..➿..

              Setelah kepulangan Clara, aku tutup rumah rapat rapat. Aku tak mau ada hewan buas yang masuk kedalam rumah. Aku sendirian sekarang. Suasana nya menjadi sangat hening. Hanya kadang kadang terdengar suara hewan malam.
               Karena belum ada listrik yang mengalir di desa ini, aku menggunakan lilin untuk penerangan. Aku tak merasa takut akan kegelapan. Aku hanya takut ada hewan buas yang siap kapan saja menyerang rumah tua ini. Tujuanku kesini awalnya hanya ingin tinggal beberapa hari, dan mengunjungi makam kakek dan nenek.
               Setelah itu, aku akan kembali ke kota dan mencari pekerjaan di sana. Mungkin aku bisa menjadi dokter di suatu rumah sakit. Cita citaku sejak kecil menjadi seorang dokter. Awalnya aku sedih tak bisa mengobati penyakit kakek. Aku tak bisa berbuat apa apa. Aku bertekad untuk menjadi seorang dokter, supaya dapat menyembuhkan kakek. Tapi apa boleh buat, Tuhan lebih sayang kakek.
                Lilin ku nyalakan, dan membawanya ke dalam kamar. Kamarku masih tetap sama. Kecil, sempit, dengan ranjang yang sudah rapuh. Aku taruh lilin di meja, dan membersihkan sprei yang berdebu.
Udaranya sangat panas, tak ada pendingin disini. Aku memilih membuka jendela kamar. Tenang saja, jendela kamarku telah di tralis besi oleh kakek dulu. Tak mungkin hewan buas bisa masuk, kecuali dapat membengkokkan besinya. Dan itu mustahil.
                 Udara malam langsung menerpa wajahku. Segar. Cahaya bulan purnama malam ini cukup terang untuk menerangi kamar ku. Cahayanya sangat indah membuat ku terpanah melihatnya. Angin malam membawa hawa kantuk.
Ku rebahkan tubuhku di atas ranjang reot ini. Ku tutup mataku perlahan dan bermimpi indah.

..➿..

               Kurasakan tangan besar yang melingkar di pinggangku. Aku raba, tangannya sangat besar. Mataku masih tetap saja tertutup. Rasanya sulit untuk terbuka.
             Ku rubah posisi tidurku. Menghadap kearah kanan. Wajahku tenggelam disebuah benda bidang yang berbulu. Benda apa yang berbulu. Apa mungkin guling ku berbulu ?

 Apa mungkin guling ku berbulu ?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Alpha Daniel [TERBIT E-BOOK]Where stories live. Discover now