AD - WHAT IS LOVE ? (1.1)

40.7K 1.9K 44
                                    

LILY :

             Daniel mengandeng erat tanganku. Menuntunku untuk berjalan di atas jalan setapak. Udara yang dingin membuat ku sedikit kedinginan, mengingat ini masih jam 5 pagi. Daniel melepaskan kemeja yang dia pakai dan memberikannya kepadaku. Aku menolak, tapi Daniel memaksa. Jika aku memakai kemejanya, Daniel akan telanjang dada. Dan itu bukan yang yang ingin aku lihat hari ini. Membayangkan tubuh sixpack nya saja membuatku ngeri. Lagi pula apa dia tidak kedinginan ? Ya, aku tau...
             "Kaum serigala memiliki suhu tubuh yang cukup panas. Jadi kita tidak akan pernah kedinginan. Di badai salju sekaligus" katanya. Aku kagum dengan yang Daniel katakan. Mereka tidak akan pernah merasakan kedinginan. Itu cukup menarik.
              Tapi tetap saja, aku tak ingin melihat dada bidangnya yang telanjang. Aku masih wanita normal. Aku bisa saja melakukan hal hal bodoh. Yang bisa mempermalukan diri sendiri. "Pakai saja kemejanya Daniel. Lagi pula udaranya tidak terlalu dingin. Dan kemeja mu juga tipis tak akan berpengaruh jika aku pakai"
            "Kalau kamu menolak kemejaku. Sini aku akan mengendong tubuhmu. Mungkin bisa mengurangi rasa dinginnya"
             "Tidak! Itu ide yang buruk. Aku tidak kedinginan"
            "Jangan berbohong Lily. Bibirmu bahkan hampir membeku. Akhir akhir ini udara semakin dingin"
           "Tapi Daniel. Bagaimana jika dilihat orang, aku malu"
          "Masih terlalu pagi untuk orang orang bangun dari tidurnya. Sekarang berdiri di depanku!"
          Oke, Daniel selalu menang. Aku berdiri didepannya. Daniel menyuruhku mengalungkan tanganku di lehernya. Awalnya aku menolak, pasti ada itikad buruk dari Daniel, tapi dia berkata tidak apa apa. Daniel mengangkat tubuhku, melingkarkan kaki ku di pinggangnya. Seperti mengendong seorang bayi. Daniel dengan mudahnya mengangkat tubuh kecilku.
             Jarak wajah kami sangat dekat. Kenapa jantungku berdegup kencang lagi. Tatapan matanya membuat ku tak bisa memalingkan pandangan. Hanya kepadanya. Daniel bergumam sesuatu yang tak aku mengerti. Aku masih terfokus dengan mata indahnya.
           "Lily! Kau tidak apa apa kan?"
           "Lily!"
           Aku tersadar, "Iya Daniel?"
          "Tutuplah matamu. Akan tunjukkan sesuatu. Jika kamu merasa mual bilang saja. Aku akan berhenti" ucapnya.
          "Mual? Memang kenapa...."
          Wow! Aku belum bertanya, tapi Daniel sudah berlari sangat cepat. Lebih cepat, bahkan sangat sangat lebih cepat. Semuanya berlalu begitu cepat. Perutku seperti berputar putar. Mataku pening melihat semua nya berjalan cepat. Aku menutup mataku erat. Memeluk Daniel lebih erat. Bibirku pucat pasi. Hingga Daniel berhenti, dan menurunkan ku diatasnya rumput.
               "Ya Tuhan Lily. Wajahmu sangat pucat" ucap Daniel terkejut melihat keadaanku. Aku seperti orang mabuk kendaraan.
              "Aku tak apa-- wuek!"
              Aku memuntahkan isi perut ku ke kemeja Daniel. Langsung aku tutup mulut ku. Aku kira Daniel akan jijik, tapi tidak. Daniel membuka kemeja nya yang kotor. Mengusap bekas muntahan dimulutku dengan kain kering yang dia ambil dia saku celana.
            "Jika kamu tidak nyaman, bilang Lily. Memang Awalnya memang begini. Ini wajar jika kamu akan muntah. Jika dunia manusia mungkin, kamu seperti menaiki sebuah mobil dengan kecepatan sangat tinggi dengan jalan yang berbelok belok. " ucap Daniel sambil merapikan rambutku. Aku masih diam memperhatikan nya. Entah beberapa persen hatiku terbuka untuk Daniel.
              "Apa sudah agak baikan? Bagaimana perasaanmu?" Daniel bertanya.
              "Lebih baik. Maaf telah mengotori kemejamu"
             "Jangan meminta maaf kepada ku. Itu bukan suatu kesalahan. Seharusnya aku yang minta maaf"
             "Kenapa kamu yang meminta maaf?"
              "Seharusnya aku tidak mengajakmu berlari dengan cepat tadi. Nanti kita pulang berjalan kaki"
              Aku mengangguk. Daniel membelai lembut wajahku. Merapikan anak rambut diwajah ku. Ibu jarinya berhenti di bibirku. Mengusapnya dengan perlahan. Aku melihat Daniel menggigit bibir bawahnya.
             "Bibirmu selalu menggoda ku Lily" gumamnya.
             Aku terdiam menatap wajahnya yang rupawan. Diam diam aku juga memperhatikan bibirnya yang penuh. Bibirnya sangat menggoda. Aroma mintnya membuat ku ingin merasakannya lagi dan lagi. Ada apa dengan diriku? Ada rasa ingin menciumnya. Tidak! Jangan! Itu bukan Lily! Ini rayuan setan!
            "Persetan" batinku mengumpat.
           Aku mencium bibir Daniel terlebih dahulu. Awalnya Daniel terkejut. Lalu dia membalas ciumanku. Ciuman yang cukup lembut, hingga berakhir sedikit panas saat aku berani menyentuh dada bidangnya yang telanjang. Memeluk tubuhnya erat, seakan tidak ada jarak diantara kami. Melepaskan ciuman ini, saat matahari terbit.
             Kening kami bersentuhan. Deru nafas ku berhembus kencang di wajahnya. Mataku bertemu dengan matanya lagi. Matanya sangat indah, dan baru ku sadari baru baru ini.
             "Apa kau sudah mencintai ku?" Tanya nya.
             "Tak tau. Aku saja belum tau apa itu cinta? Aku takut cinta itu akan membawa hal buruk untuk hidupku" jawabku.
             "Cinta itu saat aku dan dirimu bersama. Saling melengkapi, menyayangi, menyukai. Dan berjanji akan bersama selamanya. Aku berjanji aku telah mencintai mu, bahkan sebelum kamu dilahirkan Lily. Aku sudah menunggu sangat lama"
             "Sebelum aku terlahir?" Tanyaku penasaran.
             "Tentu. Aku melihat mu menangis sepanjang malam di atas kasur reot itu. Meminta susu kepada nenekmu." Jawab Daniel
              "Berarti kamu sudah tua Daniel ?"
             "Tidak juga. Umurku baru setengah seabad, emm...bukan lebih mungkin"
             "Kamu terlihat masih sangat muda Daniel, aku tak percaya bahwa kau sudah sangat tua" ucapku tak percaya.
             "Ya kau tau werewolf itu makhluk immortal?" Aku mengangguk, lalu tersenyum menatap nya. Daniel seolah mempertahankan kenapa aku tersenyum.
             "Kamu sudah tua ya Daniel, ya kakek Daniel" ucap ku mengejeknya diakhir kalimat. Menjulurkan lidah ku didepan nya. Daniel terlihat marah, tapi tidak juga. Hanya gemas melihat tingkah ku. Sebelum dia menangkap ku. aku berlari menjauh dari Daniel. Dia kan mengejar ku.
            "Jangan lari sayang. Kemarilah ke kakek" ucapnya penuh percaya diri mengejek dirinya sendiri. Aku berlari sambil tertawa terbahak-bahak.
            "Kakek Daniel! tangkap aku!Hahaha" ucapku keras. Entah kenapa menyebutnya 'kakek' menurut ku sangat lucu.
            Memang di dunia manusia dia akan menua. Tetapi ini dunia immortal, tidak ada yang akan menua. Daniel tetap terlihat tampan, gagah, dan mempesona.
            Percuma aku berlari dengan sekuat tenaga ku, Daniel dengan mudah menangkap ku. Mengangkat tubuh kecilku dengan ringan seperti mengangkat sebuah kapas. Lalu berputar-putar begitu cepat membuat ku pusing lagi.
               Aku berteriak meminta ampun kepada-nya. "Daniel!!! Turunkan aku!! Atau aku akan muntah lagi!!"
              "Tidak sampai kamu tidak memanggil ku kakek!"
              "Tadi kamu menyebut dirimu sendiri kakek?!"
              "Benarkah? Intinya jangan memanggilku begitu. Aku masih terlihat muda sayang. Jangan biasakan memanggil ku begitu"
             "Terus aku memanggilmu apa?"
             "Sayang"
             "Iya! Iya! Turunkan aku!!" Aku tidak benar benar memanggil nya 'sayang'. Entah panggilan itu sangat canggung untuk kusebut.
             Daniel menurun tubuhku di atas bunga bunga. Aku baru sadar sekarang. Aku berada di sebuah taman bunga yang sangat luas. Seperti sebuah tempat luas tak berujung, hanya hamparan bunga bunga yang terlihat.
              "Daniel... Ini sangat indah" gumam ku sambil menggenggam tangannya.
              "Aku menanamnya selama setengah hidupku. Dan aku tau kau akan menyukainya"
             Aku menatap wajahnya.
             "Ini untukku?"
             Daniel mengangguk.
             "Seluruh hamparan bunga ini milikmu"
             "Dan kamu yang menanam semua bunga ini?" Tanyaku tak percaya.
             "Iya, sendirian. Dan ini untuk mu. Saat kamu masih sangat kecil aku pernah berjanji, di usiamu yang ke 21 aku akan mengajakmu kesini. Sebagai bukti cintaku kepadamu, Lily"
             Aku tak bisa berkata apa-apa. Dia tampan rupawan, dan sangat romantis. Kenapa aku sangat sulit untuk jatuh cinta kepadanya? Atau jangan jangan sebenarnya aku sudah mencintainya?
            "Aku mencintaimu Lily"
            "Terimakasih Daniel. Aku sangat menyukai nya"
            "Masih tersisa 20 jam lagi untuk membuatmu mengatakan cinta kepadaku" ucapnya terlihat mengingat kan ku tentang tantangan 24 jam membuat ku mengatakan cinta kepadanya.
             "Lalu?"
             "Aku memiliki banyak kejutan untuk mu. Aku yakin kamu akan menyukainya"
            "Kita lihat saja nanti"

Alpha Daniel [TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang